Anda di halaman 1dari 4

Gaya geser negatif (negative skin friction) adalah suatu gaya yang bekerja pada sisi

tiang pancang dimana gaya tersebut justru bekerja kearah bawah sehingga malah
memberikan penambahan beban secara vertikal selain beban luar yang
bekerja. Negative skin frictionberbeda dengan Positif skin friction, karena positif
skin friction justru membantu memberikan gaya dukung pada tiang dalam melawan
beban luar/vertikal yang bekerja dengan cara memberikan perlawanan geser disisi-
sisi tiang, dengan arah kerja yang berlawanan dari arah gaya luar yang bekerja
ataupun gaya dari negative skin friction tersebut.
Negatif skin friction terjadi ketika lapisan tanah yang diperkirakan mengalami
penurunan yang cukup besar akibat proses konsolidasi, dimana akibat proses
konsolidasi ini, tiang mengalami gaya geser dorong kearah bawah yang bekerja
pada sisi sisi tiang (karena terbebani). keadaan ini disebut sebagai keadaan dimana
tiang mengalami gaya geser negatif (negative skin friction). Nah....jika jumlah
gaya gaya sebagai akibat dari beban luar dan gaya geser negatif ini melebihi gaya
dukung tanah yang diizinkan, maka akan terjadilah penurunan tiang yang disertai
dengan penurunan tanah disekitarnya.
Keadaan ini bisa terjadi karena tanahnya yang lembek, pemancangan pondasi pada
daerah timbunan baru, atau akibat penurunan air tanah pada tanah yang lembek,
dimana kondisi tersebut memungkinkan terjadinya penurunan atau konsolidasi
tanah yang cukup besar. Pondasi tiang pancang hendaknya direncanakan
sedemikian rupa sehingga gaya luar yang bekerja pada kepala tiang tidak melebihi
gaya dukung tiang yang diizinkan. Adapun yang dimaksud dengan gaya dukung
tiang yang diizinkan adalah meliputi aspek gaya dukung tanah yang diizinkan,
tegangan pada bahan tiang perpindahan kepala tiang yang diizinkan, dan gaya-
gaya lain (seperti perbedaan tekanan tanah aktif dan pasif).
1. Tanah granular
Jenis tanah yang termasuk kedalam tanah granular yaitu pasir, kerikil, batuan dan
campurannya. Tanah granular merupakan material yang baik untuk mendukung
bangunan dan badan jalan karena tanah ini mempunyai kapasitas dukung yang tinggi
dan penurunan kapasitas dukung kecil asalkan tanahnya relatif padat. Penurunanan
kapasitas dukung terjadi segera karena permukaan tanah diterapkan beban. Penurunan
yang besar juga dapat terjadi pada tanah yang tidak padat jika terdapat getaran dengan
frekuensi tinggi. Tanah granular merupakan tanah yang baik untuk tanah urug pada
dinding penahan tanah karena menghasilkan tekanan lateral yang kecil. Tanah granular
ini mudah dipadatkan dan merupakan material untuk drainase yang baik karena lolos
air. Tanah yang baik untuk timbunan karena mempunyai kuat geser yang tinggi. Tanah
ini jika dicampur dengan tanah kohesif tidak dapat digunakan sebagai bahan tanggul,
bendungan, kolam dan lain-lain permeabilitasnya besar [1].
2. Tanah kohesif
Jenis tanah yang termasuk tanah kohesif yaitu lempung, lempung berlanau,
lempung berpasir atau berkerikil yang sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari
butiran halus. Dalam menentukan kuat geser tanah ini dapat ditentukan dengan melihat
nilai kohesinya.
Tanah granular mempunyai beberapa sifat yaitu mempunyai kuat geser rendah,
bila basah bersifat plastis dan mudah mampat (menurun), menyusut bila kering dan
mengembang bila basah, akan berkurang kuat gesernya bila kadar air bertambah dan
struktur tanahnya terganggu, berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat
rayapan (creep) pada beban yang konstan, merupakan material kedap air, material
yang jelek untuk tanah urug karena menghasilkan tekanan lateral yang tinggi [1].
3. Tanah lanau dan loess
Lanau merupakan material yang butiran-butirannya lolos saringan no. 200. Peck,
dkk. (1953) membagi tanah ini menjadi dua kategori yaitu :
1. Lanau tepung batu yang mempunyai karakteristik tidak berkohesi dan tidak plastis,
sifat teknis lanau tepung batu cenderung mempunyai sifat pasir halus,
2. Lanau yang bersifat plastis
Secara umum tanah lanau mempunyai sifat yang kurang baik yaitu mempunyai kuat
geser rendah setelah dikenai beban, kapilaritas tinggi, permeabilitas rendah dan
kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.
Loess adalah material lanau yang diendapkan oleh angin dengan diameter butiran
kira-kira 0,06 mm. Sifat tanah ini jika mengandung material pengikat (lempung atau
kapur) dalam kondisi kering tanah ini mempunyai kapasitas dukung sedang sampai
tinggi. Akibat penjenuhan, loesskehilangan sifat rekatnya dan dapat mengalami
penurunan yang tinggi[1].
4. Tanah organik
Tanah organik adalah tanah yang tersusun dari bahan organik dan mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Bahan-bahan organik tersebut terdiri dari sisa tumbuh-tumbuhan
dan binatang. Jumlah bahan organik dalam tanah organik dinyatakan dengan kadar
organik. Kadar organik adalah nilai banding antara berat bahan organik terhadap
contoh tanah yang kering oven. Berat bahan organik dapat ditentukan dengan
memanaskan contoh tanah untuk membakar bahan organiknya (Mc Farland, 1959).

Terlihat bahwa daya dukung tiang terkait dengan disipasi


tekanan air pori ekses. Akibat adanya disipasi air pori ini
tentunya terkait dengan masalah waktu dan jenis tanah.
Pada tanah pasiran, nilai permeabilitas dapat mencapai
satu juta kali lebih tinggi daripada tanah lempung. Laju
peningkatan daya dukung tiang terhadap waktu ini pada
tanah pasiran disebut dengan setup. Setup pada tiang
umumnya sangat berhubungan erat dengan peningkatan
gesekan selimut tiang (Lukas & Bushell, 1989; Chow et
al., 1998; Bullock, 1999; Fellenius et al., 2000). Masalah
setup ini pertama kali disebutkan dalam literatur pada
tahun 1900 oleh Wendel (Long et al., 1999). Untuk setup
pada tanah pasiran pertama kali dilakukan oleh Tavenas
& Audy (1972) dan Samson & Authier (1986).
Peningkatan kuat geser tanah yang terjadi pada interface
antara tiang dan tanah dapat disebabkan pula oleh aging.
Sebagai gambaran untuk tiang pancang beton dari hasil
penelitian Axellsson (2002), sebanyak 75% tiang uji,
setup diakibatkan oleh masalah aging yang terjadi hingga
7 bulan setelah tiang dipancang.
Kasus pada tanah pasiran di atas menunjukkan bahwa setup berjalan dalam waktu
yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan tanah lempung dikarenakan
perbedaan sifat fisik dan mekanik tanah.
Pemancangan pada tanah berbutir Kapasitas daya dukung, pada tanah berbutir
tergantung kepada kepadatan relatif. Pemancangan akan meningkatkan kepadatan
relatif dan perpindahan lateral satu atau dua kali diameter tiang.
Pemancangan pada pasir padat dan kerikil dapat menurunkan tekanan air pori dan
untuk sementara waktu kekuatan geser tanah dan daya dukung tanah meningkat.
Kekuatan geser tanah dapat meningkat cukup besar dan dapat melebihi kapasitas
alat pancangnya. Tekanan air pori meningkat setelah pemancangan dan
menyebabkan menurunnya kekuatan geser tanah dan menurunnya daya dukung
tiang. Efek tersebut disebut relaksasi tanah (soil relaxation)

Anda mungkin juga menyukai