PENDAHULUAN
Sebagianbesartubuhmanusiamengandungcairan.Pada orang
dewasaumumnya, 50-60%
beratbadantubuhberasaldaricairan.Cairandalamtubuhmanusiadibagimenjadi 2
samapentingnyadandibutuhkan di
dalamseluntukmenjalankanfungsinyadenganbaikdansecara sinergis.1
mengontrol aktivitas otot polos, otot rangka, serta otot jantung. Hal ini juga
penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam tubuh.
Kadar normal kalium sangat penting untuk menjaga irama listrik jantung
batas normal adalah hipokalemia yang merupakan salah satu gangguan elektrolit
Gangguan keseimbangan ini boleh disebabkan oleh karena diare, muntah dan
gangguan pada sistem ekskresi ginjal. Walaupun kadar K+ dalam serum hanya
sebesar 2 % dari K+ total tubuh, namun penurunan konsentrasi kalium serum ini
dapat menimbulkan berbagai keluhan, mulai dari keluhan ringan berupa badan
lemas atau mual-muntah, sakit otot, kaki lemah seperti hipokalemia periodik
paralisis hingga keluhan serius yang gawat darurat berupa gangguan jantung dan
bahkan kematian.1
Browmn RH, Mendell JR., Braundwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longob DL, Jameson JR. 2011.
Muscular dystrophies and other muscle diseases. Harrisons 9.-Principles of internal medicine. 15 th Eds.
TINJAUAN PUSTAKA
Saat terjadi peningkatan kadar kalium plasma, baik karena makanan atau
pembebasan kalium internal, terjadi respon awal tubuh berupa kontrol hormonal
dengan memproduksi insulin, yang kemudian menstimulasi Pompa Na-K untuk
mendistribusikan kalium ke intrasel.1,7 Unwin RJ, Luft CF. Pathophysiology and
management of hypokalemia : a clinical perspective. Nat. Rev. Nephrol. 7, 75-84. 2011
B. Definisi
Hipokalemia adalah apabila ditemukan kadar kalium dalam plasma < 3,5
mmol/L. Hipokalemi merupakan kejadian yang sering ditemukan dalam klinik,
dengan penyebab yang sangat beragam.3,8
Helene K, Braband M. Hypokalemia in acute medical patients : risk factors and prognosis.
The American Journal of Medicine. 2014
C. Epidemiologi
Asupan kalium berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, latar belakang
etnis dan status ekonomi. Kadar kalium dipengaruhi dari asupan makanan
seseorang. Pada populasi umum, kalium didapatkan dalam jumlah yang cukup
dalam makanan sehari-hari, meskipun diperkirakan didapatkan < 1 % orang yang
sehat memiliki kadar kalium < 3,5 mmol/L, tetapi tidak menimbulkan gejala.8,9
Fauci A, Braundwald E, Kasper D, Lauser S,et al. Harrisons principles of internal medicine. 17th
ed. New York : Mc Graw Hill companies. 2008. Hal. 280-285.
Hipokalemia sering ditemukan dalam klinik, prevalensi yang dilaporkan
bervariasi antara 3,5-24%, dan sering ditemukan pada pasien rawat inap.
Hipokalemia dapat terjadi pada semua usia, namun jarang terjadi pada anak-anak
dan sering terjadi pada pasien lanjut usia, hal ini karena rendahnya asupan diet
pada pasien lansia. Hipokalemia juga sering terjadi pada penggunaan diuretik,
terutama tiazid. 1,9
Widijanti A. Hipokalemia, Alkalosis metabolik dengan penurunan fungsi ginjal. Medicinus, vol.27.
Malang. 2014
Harvey TC. Addison's disease and the regulation of potassium: the role of insulin and aldosterone.
Med Hypotheses. 2007;69(5):1120-6
D. Etiologi
Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut: (1) Asupan kalium yang
kurang, (2) pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna
(Gasrointestinal loss), ginjal (renal loss) dan keringat, (3) kalium yang masuk ke
dalam sel.6Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrara M, Setiati T. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal. 181
Hipokalemia yang terjadi karena asupan kalium yang menurun, dapat terjadi pada
pasien sakit berat yang tidak mendapakan makan dan minuman melalui mulut
selama beberapa hari tanpa penambahan suplemen kalium dalam cairan infusnya,
pasien kelaparan, konsumsi roti panggang dan teh, serta pada pasien dengan
alkoholisme.5,6 Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrara M, Setiati T. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal. 181
Pengeluaran kalium yang berlebihan pada saluran cerna (Gastrointestinal loss)
dapat terjadi pada muntah yang berkepanjangan, penggunaan gastric tube (NGT),
diare, penyalah gunaan laksatif kronis, ileostomi, fistula, adenoma vilosa kolon.
Pada keadaan muntah atau pemakaian naso gastric tube (NGT), pengeluaran
kalium bukan terjadi dengan muntah, karena kandungan kalium di lambung hanya
sedikit (5-10 mmol/L), hipokalemia terjadi karena pada muntah terjadi alkalosis
yang menyebabkan terjadinya hipokalemia dan hiperaldosteron sebagai efeks dari
hipovolemia. Pada keadaan diare, kalium dalam jumlah besar (20-50 mmol/L)
dapat keluar saat diare. Keluarnya feses dalam jumlah banyak mengakibatkan
terjadinya kekurangan cairan ekstra sel, asidosis metabolik, dan deplesi kalium. 6,8
(
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrara M, Setiati T. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th
ed. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal. 181) ( Fauci A, Braundwald E, Kasper D, Lauser S,et
al. Harrisons principles of internal medicine. 17th ed. New York : Mc Graw Hill companies. 2008.
Hal. 280-285.)
Pengeluaran kalium yang berlebihan pada ginjal (renal loss) dapat terjadi karena
pemakaian diuretik, asidosis tubulus ginjal, asidosis diabetik yang menyebabkan
diuresis osmotik, tahap penyembuhan luka bakar berat, kelebihan hormon
mineralokortikoid, karena defisit volume ekstrasel, hiperaldosteronisme primer
atau sekunder, cushing syndrom, antibiotika (karbenisilin, aminoglikosida), dan
deplesi magnesium.11 Hypokalemia in outpatients with eating disorders. Am J Psychiatry.
152(1):60-3 Keadaan diuresis osmotik pada pasien ketoasidosis terjadi
peningkatkan eksresi kalium. Anion (bikarbonat, hippurat, betahiroksibutirat)
yang tidak dapat di reabsorbsi berikatan dengan natrium di tubulus menyebabkan
lumen duktus koligentes bermuatan lebih negatif dan menarik kalium masuk
kedalam lumen dan dikeluarkan bersama urin. Zat-zat terlarut yang dapat
menyebabkan poliuria antara lain glukosa, anion asam keton. Asidosis dan
kekurangan insulin menyebabkan kalium berpindah dari intrasel ke ekstrasel
sehingga didapatkan hasil kalium serum yang normal meskipun total kalium tubuh
berkurang.6 Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrara M, Setiati T. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal. 181
E. Patofisiologi
tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq)
adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang
sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel,
dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel. 2Kalita J,
Nair PP, Kumar G. 2010. Renal tubular acidosis presenting as respiratory paralysis: Report of a
Rasio kadar kalium intrasel terhadap ekstrasel adalah penentuan utama potensial
membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan otot
yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kaliumekstrasel jauh
lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit perubahan pada
hanya perubahan kalium intra sel dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio
ini secara bermakna. Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari
pemindahan kalium dari cairanekstrake intra sel. Selain berperan penting dalam
faktor yang penting dalam sejumlah proses metabolik. 2 Kalita J, Nair PP, Kumar G.
2010. Renal tubular acidosis presenting as respiratory paralysis: Report of a case and review of
hormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan ini, termasuk
aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabel asam-basa. 2 Kalita J, Nair PP, Kumar G.
2010. Renal tubular acidosis presenting as respiratory paralysis: Report of a case and review of
Umumnya asupan kalium harian normal orang dewasa adalah sekitar 50-
100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan masuk kedalam sel
dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang terutama terjadi melalui
ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian kecil (<20%) akan diekskresikan
melalui keringat dan feses. Dari saat perpindahan kalium kedalam sel setelah
makan sampai terjadinya ekskresi kalium melalui ginjal merupakan rangkaian
mekanisme yang penting untuk mencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi
kalium melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju
pengeluaran urine.
Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang mencapai tubulus distal
dan peningkatan kalium serum diatas normal, dan tertekan bila kadarnya
lebih banyak kalium yang terekskresi kedalam tubulus distal sebagai penukaran
bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium yang terekskresi akan diekskresikan
dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus distal juga bergantung pada arus
distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresi kalium. 2Kalita J, Nair PP, Kumar G.
2010. Renal tubular acidosis presenting as respiratory paralysis: Report of a case and review of
keluar dari sel, sedangkan alkalosis cenderung memindahkan dari ekstraselke intra
sel. Tingkat pemindahan ini akan meingkat jika terjadi gangguan metabolisme
asam-basa, dan lebih berat pada alkalosis dibandingkan dengan asidosis. Beberapa
sel. Hal ini berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis
diabetik.2Kalita J, Nair PP, Kumar G. 2010. Renal tubular acidosis presenting as respiratory
paralysis: Report of a case and review of literature. Neurol India. 58:106108
F. Manifestasi Klinis
Efek hipokalemia yang akan terjadi pada jantung biasanya aritmia berupa
timbulnya fibrilasi atrium serta takikardi ventrikuler. Hal ini terjadi dikarenakan
oleh perlambatan repolarisasi ventrikel yang menimbulkan arus re-entry. Tekanan
darah yang meningkat pada hipokelemia dengan mekanisme yang tidak jelas.
Pada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) pada awalnya didapatkan inversi
gelombang T, munculnnya gelombang U, ST depresi, pemanjangan interval QU.
Pada keadaan berat, didapatkan pemanjangan interval PR, rendahnya voltage,
pelebaran kompleks QRS, dan risiko aritmia ventrikel, terutama pada pasien
dengan infark miokard dan left ventrikel hypertrophy (LVH).5,8Price S, Wilson L.
Patofisiologi - Konsep klini proses-proses penyakit. Ed. 6. EGC : Jakarta. 2002Fauci A,
Braundwald E, Kasper D, Lauser S,et al. Harrisons principles of internal medicine. 17th ed. New
York : Mc Graw Hill companies. 2008. Hal. 280-285.
muscular dan jantung. Kelemahan dan rasa lelah adalah keluhan yang sering
yang sesungguhnya. Pada hipokalemia yang berat atau deficit total kalium tubuh,
Pemeriksaan fisik pada umumnya dalam batas normal. Vital sign normal, kecuali
kadang takikardi dengan irama yang irregular atau takipneu karena kelemahan
arteri ginjal, ingesti licorine, atau beberapa jenis sindrom hipertensi genetic,
dengan penggunaan laxan, penggunaan diuretic, bulimia, atau salah satu dari
Pasien kadang dapat mengalami reflex tendon yang menurun atau hilang sama
kardiovaskular. Aritmia jantung dan kegagalan respirasi akut karena paralisis otot
G. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa indikasi koreksi kalium, yaitu (1) Indikasi mutlak, kalium
harus diberikan segera pada beberapa keadaan seperti pasien dalam pengobatan
digitalis, pasien dengan ketoasidosis diabetik, pasien dengan kelemahan otot
pernapasan, dan pada pasien dengan hipokalemia berat (< 2 Meq/L), (2) Indikasi
kuat, yaitu kalium diberikan dalam waktu tidak terlalu lama, yaitu pada keadaan
iskemia otot jantung, enselofati hepatikum, pemakaian obat yang memindahkan
kalium ke intrasel, (3) Indikasi sedang yaitu tidak perlu segera, seperti pada
hipokalemia ringan. Pada pasien dengan hipokalemia, perlu diperhatikan kelainan
jantung dengan monitoring EKG, dan monitoring elektrolit untuk mencegah
terjadinya hiperkalemia. 6,12Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrara M, Setiati T. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal. 181Assadi. Diagnosis of
hypokalemia: A problem solving approach to clinical cases. IJKD 2008;2:115-22
melebihi 20 mEq/ jam, untuk menghindari efek hiperkalemia yang serius. 5,9
Namun dari Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia diakatakan pada keadaan
aritmia atau kelumpuhan otot pernapasan dapat ditingkatkan kecepatan hingga 40-
100 mEq/jam, dengan pengecekan kalium yang intensif.6 Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrara M, Setiati T. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna
H. Prognosis
penurunan kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang
serius yang dapat berakibat fatal. David C. Hypokalemia. Available at:
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. M Nurillah
Tanggal lahir : 7 Januari 1980
Alamat : Handil Bakti
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 276212
Tanggal MRS : 20 Juli 2016
Anamnesis
Keluhan Utama
Lemah pada tangan dan kaki.
Keluhan Tambahan
Mual muntah, dan keram di bagian kaki.
Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai supir dan mengantarkan makanan ringan ke kabupaten-
kabupaten di Kalsel. Pasien memiliki serang isteri dan 2 orang anak. Pasien
merupakan perokok sejak umur sekitar 17 tahun. Sehari menghabiskan 1 bungkus
rokok
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 160 / 90 mmHg
Nadi : 86 x/m
Suhu : 36,5C
Pernapasan : 23 x/m
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-); Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-)
Telinga: Serumen (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-); Pembesaran tiroid (-), Peningkatan JVP (-)
Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas
Atas Bawah
Hangat : (+/+) Hangat : (+/+)
CRT : < 2 detik (+/+) CRT : < 2 detik (+/+)
Edema : (-/-) Edema : (-/-)
Motorik: 4 / 4 Motorik: 2 / 2
Refleks fisiologis
Kanan Kiri
KPR - -
APR - -
BPR - -
TPR - -
Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinski - -
Hofmann - -
Tromner - -
Nervus Cranialis
N IX Arkus Faring N N
Daya Kecap Lidah 1/3 Belakang Tdl tdl
Refleks Muntah Dbn dbn
Suara Sengau Dbn dbn
Tersedak (-) (-)
NX Arkus Faring N N
Bersuara Dbn dbn
Menelan Dbn dbn
Memalingkan Kepala Dbn dbn
N XI Sikap Bahu N N
Mengangkat Bahu lemas lemas
Trofi Otot Bahu Eutrofi Eutrofi
Sikap Lidah Ditengah
N XII Artikulasi Dbn
Tremor Lidah (-)
Menjulurkan Lidah dbn
Trofi Otot Lidah Eutrofi
Fasikulasi Lidah (-)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil
Hb 11,6
Leukosit 9000
Trombosit 290.000
Ht 35,5%
GDS 289
Creatinin 0,7
Kalium 2,2
Natrium 147
Chlorida 108
Terapi
BAB IV
PEMBAHASAN