Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terdiri lebih dari 17.000 pulau dan

lebih dari 80.000 km garis pantai (Odelinde, 2009). Wilayah daerah pantai

merupakan daerah yang banyak mengalami hidrodinamika dengan parameter

oseanografi seperti gelombang, arus, transport sedimen dan pasang surut yang

selalu berubah ubah. Dalam pemanfaatan daerah pantai tersebut biasanya

digunakan untuk kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, dan kegiatan ekonomi

seperti perdagangan, transportasi kapal, pelabuhan, nelayan, pertambakan,

industri, dan pariwisata yang mana dari kegiatan tersebut mengakibatkan

kebutuhan manusia yang meningkat, kegiatan ekonomi yang semakin tinggi serta

pemanfatan pesisir yang seluas-luasnya sehingga menyebabkan masalah baru

seperti erosi pantai, tanah timbul, pembelokan atau pendangkalan muara sungai,

pencemaran lingkungan, penurunan tanah, intrusi air laut, dan masalah lainnya.

Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, perlu diperhatikan aspek-aspek

alam yang sering berubah seperti angin, arus laut, sifat gelombang, transport

sedimen, fluktuasi muka air laut maupun pengaruh pasang surut, dan sebagainya

(Triatmodjo, 2008).
Indonesia memiliki kondisi dasar laut yang sangat kompleks karena

adanya benturan / gesekan antar lempeng litosfer, yang melibatkan lempeng

Eurasia, Filipina, Pasifik dan Samudera Hindia - Australia. Benturan kedua

lempeng tersebut akan mengakibatkan salah satu lempeng akan bergerak relatif

terhadap lempeng lain, sehingga di zona benturan ini akan terbentuk palung yang

1
2

dalam. Sebaliknya pada lempeng yang satunya akan terjadi penonjolan ke atas

dimana energi panas dilepas dan membentuk gunung-gunung api. Kondisi

batimetri suatu perairan dirangkum dalam suatu bidang datar yang disebut peta

batimetri (Defrimilsa, 2003).


Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki potensi perkembangan sangat

tinggi dengan karakteristik wilayah bertopografi landai dan dangkal, juga

memiliki banyak kegiatan manusia dalam berbagai bidang, yang meliputi

perikanan tambak, pelabuhan, industri dan bahkan sebagian kota merupakan

water front city (Rosul, 2006). Selama 30 tahun terakhir, pantai utara Jawa Tengah

merupakan wilayah dengan kegiatan ekonomi tertinggi dibanding pantai lain di

Indonesia, mulai penambangan pasir, budidaya perikanan, bangunan untuk

pelayaran, industri dan pemukiman (Kusli, 2008).

Secara geografis Kabupaten Kendal terletak pada posisi 109 40-110 18

Bujur Timur dan 6 32-7 24 Lintang Selatan dengan luas wilayah keseluruhan

sekitar 1.002,23 km2 atau 100.223 hektar serta memiliki panjang garis pantai 41

km. Wilayah ini secara administratif memiliki batas sebagai berikut sebelah utara

adalah Laut Jawa dan sebelah selatan adalah Kabupaten Semarang dan

Temanggung. Sementara batas sebelah timur adalah Kota Semarang dan sebelah

barat adalah Kabupaten Batang. Letak Kabupaten Kendal berbatasan langsung

dengan Kota Semarang berjarak kurang lebih 31 km. Selain itu, posisinya yang

berada di jalur pantura juga memberikan keuntungan dalam perkembangan

pembangunan daerah di Kabupaten Kendal. Topografi Kabupaten Kendal terbagi

dalam tiga jenis yaitu: daerah pegunungan yang terletak di bagian paling selatan

dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 2.579 m dpl. Suhu berkisar 25 C.


3

Kemudian daerah perbukitan sebelah tengah dan dataran rendah serta pantai

disebelah utara dengan ketinggian antara 0 s/d 10 m dpl dan suhu berkisar 27 C

(BAPPEDA Kabuputen Kendal, 2012).

1.2.Pendekatan Masalah
Kebutuhan informasi mengenai parameter parameter oseanografi sangat

dibutuhkan dalam pengembangan suatu daerah pelabuhan maupun wisata bahari.

Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

kebijakan pengelolaan suatu pembangunan ataupun kegiatan yang berhubungan

ekonomi yang sesuai dengan kawasan tersebut. Diharapkan dengan adanya

informasi tersebut dapat membantu dalam suatu perencanaan suatu pembangunan

yang sesuai dengan pemanfaatannya dan juga tidak menyalahi aturan serta

keseimbangan lingkungan. Sehingga prosesnya dapat berjalan bagaikan satu

siklus yang kontinyu atau berlanjut tanpa putus dengan keterkaitan yang utuh

dalam suatu kegiatan yang ditunjang dengan manajemen perencanaan serta

penentuan kebijakan yang baik.


Pada suatu daerah perairan, terutama daerah yang akan dijadikan suatu

kegiatan dengan aktivitas tinggi yang berpusat di perairan, batimetri kedalaman

perairan suatu wilayah perlu diketahui. Dalam subsistem angkutan laut,

diperlukan adanya sarana maupun prasarana yaitu pelabuhan dengan segala aspek

pendukungnya. Secara umum, pelabuhan adalah suatu perairan yang terlindung

dari pengaruh gelombang, badai, dan arus agar kapal-kapal dapat dengan mudah

dan aman untuk berlabuh, berputar (turning basin), dan bersandar sehingga

bongkar muat dan pengangkutan penumpang dapat dilaksanakan dengan secara

lancar.
4

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan kajian

mengenai batimetri di Pelabuhan Penyeberangan Kabupaten Kendal untuk

mengantisipasi dampak-dampak yang akan terjadi terutama pendangkalan

(terjadinya Sedimentasi). Kajian ini dibatasi hanya pada gambaran gambaran

batimetri dan fenomena pasang surut. Proses penggambaran batimetri dilakukan

melalui pengolahan menggunakan software Surfer 9 dan Global Mapper.

Penggambaran dengan software ini jelas lebih murah, akurat dan dengan waktu

yang relatif lebih singkat.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mensurvei dan

menggambarkan batimetri perairan Pelabuhan Penyeberangan Kabupaten Kendal

dan selanjutnya dalam menentukan alur pelayaran yang aman dan efisien.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran

bathimetri mengenai kebijakan dalam menentukan alur pelayaran kapal yang

aman dan efisien serta diharapkan sebagai referensi untuk tindak lanjut dari

pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kabupaten Kendal.

1.5. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan 2 tahap, yaitu tahap observasi lapangan dan tahap

proses pengolahan data. Observasi lapangan dilakukan pada tanggal 24-27 Mei

2013 di kawasan Pelabuhan Penyeberangan Kendal. Proses pengolahan data


5

dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan pada September 2013 sampai Oktober 2013. Lokasi penelitian dapat

ditunjukkan pada Gambar 1.


7

Gambar 1. Peta lokasi penelitian. 6

Anda mungkin juga menyukai