"
Ibu :"Yaudah buang aja. Kalo nggak pake lem biru aja!"
Saya :"Hah lem biru?"
Ibu :" Di lempar beli yang baru. hehehe."
Itulah percakapan antara saya dengan ibu saya hari ini. Hmm.. jika dihitung-hitung
membeli satu baterai saja bisa menghabiskan 2.000 rupiah. jika setiap bulan saya
mengganti baterai dengan "lem biru" maka selama satu tahun saya menghabiskan
sekitar dua puluh empat ribu (1 baterai/tahun).
Apabila air yang tercemar logam berat ini digunakan oleh masyarakat bisa
menyebabkan penyakit kronis yang nantinya menimbulkan gangguan di sistem saraf
pusat, ginjal, sistem reproduksi dan bahkan kanker.
Semasa SMP kelas 8, saya dan teman-teman saya pernah membuat suatu karya yaitu
"Pemanfaatan Kulit Pisang untuk mendaur ulang batu baterai." Saya masih ingat waktu
itu sedang pelajaran LH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tegangan yang
dihasilkan oleh baterai kering dengan elektrolit kulit pisang adalah 1,24 volt. Dan
ketahanan dalam jam dinding rata-rata selama 5 hari 6 jam (135 jam).
Baterai bekas
Alat :
Pisau
Latex
Masker
Tang
Cara Membuat :
1. Siapkan segenggam niat untuk melakukan percobaan ini. :D Siapkan semua bahan dan
peralatan yang dibutuhkan secara lengkap. Gunakan latex dan masker sebelum melakukan
percobaan.
3. Buka tutup baterai (+) menggunakan tang, hati-hati batang karbon jangan sampai patah.
Jika patah perboaan ini akan menjadi GAGAL.
4. Keluarkan semua isi karbon, pembatas antara positif dan negative jangan sampai robek
atau rusak.
5. Masukan kulit pisang yang sudah di potong-potong dan tutup kembali tutup baterai dengan
rapih.
6. Cek aliran listrik pada baterai dari kulit pisang menggunakan voltmeter.
7. Jika bergerak menunjukan adanya aliran listrik pada baterai maka percobaan anda
BERHASIL.
8. Untuk lebih memastikan ada atau tidak nya aliran listrik pada baterai, gunakan tester
lampu kecil.
PENGOLAHAN FISIK-KIMIA
Beberapa jenis limbah B3 memerlukan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dapat dibuang
atau didaur ulangkan. Pengoolahan awal ini dimaksudkan antara lain untuk mengurangi atau
menghilangkan racun (detoxify) dan mempersiapkan untuk pengolahan berikutnya. Adapun limbah
B3 yang memerlukan pengolahan awal fisik-kimia antara lain Sianida, yang memerlukan pengolahan
awal penghancuran sianida, larutan logam berat memerlukan reduksi chrom hexavalent menjadi
trivalent dan terjadi endapan (presipitasi) logam, air limbah mengandung minyak memerlukan
pamisahan, asam dan basa memerlukan pengolahan untuk dinetralisirkan.
Share3
Indonesia terkenal sebagai masyarakat dengan budaya yang konsumtif, termasuk dalam pemakaian
barang-barang elektronik, entah itu gadget, ponsel, televisi model terbaru, komputer, laptop, dan
sebagainya. Setiap hari, pasti ribuan jenis barang elektronik diproduksi dan diimpor ke negeri ini.
Tapi pernahkah terbayangkan, bagaimana nasib barang elektronik bekas yang sudah tak dipakai. Sudah
benarkah pengelolaan sampah elektronik atau electronic waste atau e-waste di Indonesia? Sebab jika
salah pengelolaan, e-waste yang banyak mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3) akan memberi
dampak negatif bagi manusia.
Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra, Yogyakarta, Mochamad Syarasiro mengatakan,
sampah elektronik harus dikelola secara benar dengan pemisahan komponen yang benar-benar selektif.
Alasannya, ada beberapa zat berbahaya dalam komponen elektronika yang membutuhkan penanganan
secara khusus dan tak bisa dicampur dengan sampah lain.
"Yang pertama plastik, khususnya jenis PVC, karena di dalamnya mengandung unsur klorin yang kita
semua tahu bahwa
itu zat yang cukup berbahaya bagi kesehatan, dan sangat sulit sekali terurai di dalam tanah, butuh waktu
puluhan bahkan ratusan tahun untuk mengurainya," ujarnya kepada "PR".
Yang kedua, menurut Syamsiro, timbal atau lead. Komponen ini pun sangat berbahaya. Seperti halnya
dahulu di dalam bahan bakar bensin mengandung TEL (tetra ethyl lead) untuk menaikkan nilai oktan, di
dalamnya terkandung kom-ponen timbal yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
"TV dan layar komputer tipe CRT yang menggunakan tabung itu mengandung bahan timbal. Sekarang
memang sudah beralih ke model LCD, tetapi persoalan berubah ke kandungan merkuri yang juga
berbahaya karena tipe LCD ini banyak mengandung komponen merkuri. Tak hanya itu, dalam barang
elektronik juga terdapat komponen logam lain yang sangat berbahaya seperti kadmium, beryllium,
ataupun komponen lainnya seperti BFR (brominated flame retardant-red.)," tutur lelaki yang saat ini
sedang mengambil S-3 di Departemen Enviromental Science and Technology, Tokyo Institute of
Technology.
Kadmium digunakan untuk pelapisan logam, terutama baja, besi, dan tembaga. Termasuk juga dalam
pembuatan baterai dan plastik. Risiko dari kadmium, jika terisap, bersifat iritatif. Dalam jangka waktu lama
menimbulkan efek keracunan, gangguan pada sistem organ dalam tubuh manusia dan hewan.
Lalu zat berbahaya lainnya yakni arsenik yang digunakan dalam industri elektronik, antara lain dalam
pembuatan transistor, semi konduktor, gelas, tekstil, keramik, lem hingga bahan peledak. Arsenik ini
berisiko menimbulkan gangguan metabolisme di dalam tubuh manusia dan hewan, bisa mengakibatkan
keracunan bahkan kematian.
Komponen-komponen tersebut, menu-rut Syamsiro, kalau hanya dibuang ke tempat pembuangan akhir
sampah (TPAS), akan mencemari lingkungan sekitarnya dan membahayakan manusia. Oleh karena itu,
sampah elektronik ini harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat meminimalisasi efek negatif dari zat-
zat beracun dan berbahaya tersebut.
"Bahkan dengan metode recycling atau daur ulang, kita bisa mendapatkan kembali logam-logam tersebut
untuk dibuat komponen baru. Plastiknya bisa dikonversi menjadi bahan bakar cair setara bensin dan
solar. Kandungan klorin bisa diolah menjadi HCl untuk berbagai keperluan industri," ungkapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 yang dilansir dari laman Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI), produksi elektronik dalam negeri untuk dua jenis barang saja, yakni televisi
dan komputer, jumlahnya cukup mencengangkan. Indonesia mampu memproduksi televisi sebanyak
12.500.000 kg per tahun dan mengimpor televisi sebanyak 6.687.082 kg per tahun.
Sementara untuk komputer, Indonesia mampu memproduksi 12.491.899.469 kg per tahun, dengan
jumlah impor 35.344.733 kg per tahun. Sementara itu, menurut data Gabungan Elektronika (Gabel)
Indonesia, penjualan barang elektronik pada Februari 2013 terlihat ada pertumbuhan sebesar 20 persen
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan pada bulan Februari 2013 ini
sebesar Rp2,4 triliun, meningkat dari Februari tahun 2012 lalu sebesar Rp 2,07 triliun.
Syamsiro mengatakan, untuk mengatasi permasalahan e-waste ini harus melibatkan semua pihak dan
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga menjadi tanggung jawab produsen, penjual,
dan masyarakat. (Feby Syarifah)
AplikasiPlasmaTeknologiuntukDaurUlangLimbahOil
SludgediOilandGasCompany
Berbagai kasus pencemaran limbah beracun berbahaya (B3) dari penambangan minyak di Indonesia,
hingga saat ini belum pernah ditangani dengan serius. Kasus pencemaran akibatoil sludge atau endapan
pada tangki penyimpanan minyak industri perminyakan, seperti di Tarakan (Kalimantan Timur), Riau,
Sorong (Papua), dan terakhir kasus pencemaran di Indramayu sudah seharusnya menjadi catatan
penting bagi para pengelola penambangan minyak akan pentingnya pengolahan limbah oil sludge di
tanah air.
Teknologi plasma banyak diterapkan sebagai salah satu teknik pengolahan limbah. Plasma umumnya
dipergunakan pada pengolahan limbah padat. Di negara maju seperti Jepang plasma dipergunakan untuk
mengolah logam atau limbah domestik pada insinerator sekaligus dapat mendaur ulang limbah logam
berat seperti timbal (Pb) dan seng (Zn) yang terkandung limbah tersebut.
Dewasa ini, teknologi plasma juga dapat diterapkan dalam mengolah limbah oil sludge. Plasma tidak
hanya dapat mengolah oil sludge, tapi sekaligus dapat mendaur ulang limbah yang umumnya
mengandung sekitar 40% minyak. Dengan mengolah oil sludge akan menghasilkan light oil seperti
minyak diesel yang siap pakai, dan residu dari proses pengolahan siap dan aman untuk dibuang (landfill).
Oil sludge
Limbah dari proses penyulingan minyak mentah (crude oil) dalam industri perminyakan sangatlah
komplek. Limbah yang dihasilkan dapat diklasifikasikan sebagai limbah gas, cair dan padat. Kandungan
limbah gas buangan seperti, volatile hydrocarbon, CO, NOx, dan SOx dapat mencemari lingkungan dan
berbahaya bagi kesehatan masyarakat disekitarnya. Begitupula dengan limbah cair dari sisa proses
penyulingan umumnya memiliki kandungan minyak, bahan-bahan kimia seperti, timbal, sulphide, phenol,
dan chloride yang merupakan limbah beracun berbahaya.
Limbah padat yang dihasilkan disebut oil sludge. Dimana minyak hasil penyulingan (refines)dari minyak
mentah biasanya disimpan dalam tangki penyimpanan. Oksidasi proses yang terjadi akibat kontak antara
minyak, udara dan air menimbulkan adanya sedimentasi pada dasar tangki penyimpanan, endapan ini
adalah oil sludge. Oil sludge terdiri dari, minyak(hydrocarbon), air, abu, karat tangki, pasir, dan bahan
kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene, toluene, ethylbenzene, xylenes, dan
logam berat seperti timbal (Pb) pada oil sludge merupakan limbah B3 yang dalam pengelolaannya harus
mengacu pada peraturan pemerintah no. 18 tahun 1999, dimana limbah B3 harus diproses untuk
mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 menjadi tidak beracun dan berbahaya.
Sebenarnya banyak teknik pengolahan limbah oil sludge yang dapat diaplikasikan
seperti,incineration (pembakaran), centrifuges (pemisahan), steam extraction (ekstraksi),
danbioremediation (microbiologi). Namun, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa teknologi tersebut
masih jauh dari yang diharapkan, ditambah lagi dengan biaya operasional yang masih sangat mahal.
Sumber: www.chem-is-try.org
Proses Atomizing
Proses Produksi PS Ball
Dalam proses SAT, slag cair didinginkan dengan cepat oleh udara dan air
berkecepatan tinggi. Berbagai unsur tidak stabil membentuk CaO-Fe 2O3, SiO2-
Fe2O3 dan Mg-Fe2O3. Tidak ada CaO bebas di dalam produk, dan permukaan akan
mengkilap dengan adanya struktur spinel. Struktur spinel merupakan bentuk
kombinasi dari CaO-Fe2O3, CaO-SiO2.
Butiran PS Ball
Karakteristik PS Ball
PS Ball adalah singkatan dari Precious Slag Ball, material baru yang dihasilkan
dari slag EAF. PS Ball memiliki permukaan mengkilap dengan struktur spinel yang
stabil. PS Ball berbentuk bulat dengan diameter antara 0.1 sampai 4.5 mm, material
dengan tidak ada kapur bebas.
PS Ball cocok untuk berbagai penerapan, berkat sifat fisik dan kimianya. Yang
paling penting adalah fakta bahwa PS Ball tidak berbahaya dan ramah lingkungan
yang dihasilkan oleh teknologi yang bebas pengaruh negatif terhadap lingkungan.
Struktur spinel merupakan ciri utama material ini, struktur fisik dan kima
yang stabil yang menghilangkan alasan polusi.
Kandungan Kimia / Ciri Nilai
Fisik
T-Fe 20,83%
M-Fe <0,10%
FeO 3,35%
Fe2O3 26,06%
SiO2 12,69%
CaO 40,30%
Al2O3 2,20%
MgO 7,95%
Na2O <0,10%
Diameter 0,1-4,5 mm
PS Ball sangat unggul dibanding pasir dalam hal kekuatan tekan, kekerasan,
dan anti-weathering. Strukturnya sangat kuat, tahan cuaca dan tidak mudah aus
dengan bentuk bulat mengkilap.
Sebagai material baru, PS Ball memiliki keunggulan sifat-sifat fisik dan kimia
yang memberikan kemampuan untuk berbagai penerapan yang luas, seperti pelapis
genting metal, manholes, amplas, pemadatan jalan, bahan pemberat, peredam
suara dan pelindung radiasi, campuran semen, bahan lantai, pemadat tanah, tiang
pancang, pengolahan air dan air buangan, bahan filter, bahan lantai yang tidak
licin, bata dan bahan beton prefabrikasi, ubin yang tidak mudah aus, campuran
aspal, dan lain-lain.
PS Ball sebagai produk akhir sangat seragam (koefisien keseragaman: 1,22
dibandingkan dengan pasir: 1,64) dengan kekuatan tekan yang lebih besar (161%
lebih tinggi dari pasir), tingkat kekerasan 740 Vickers (62 Rockwell).