Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia

Asifa Nabila 1406551733

Fardian SM 1406551632

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur terpenting dalam
kehidupan manusia, terlebih lagi pada saat ini yaitu dapat mendukung kegiatan ekonomi,
sosial, budaya, dan pertahanan. Perkembangan jalan berjalan seiring dengan meningkatnya
populasi dan kebutuhan manusia serta dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Jalan pada awalnya berupa bekas jejak-jejak kaki sebagai petunjuk arah yang
kemudian berubah menjadi jalan setapak. Dengan berkembangnya sarana transportasi dan
teknologi perkerasan jalan, jalan-jalan di Indonesia berangsur-angsur mengalami
perkembangan menjadi jalan raya seperti yang ada saat ini.

Perkembangan pembangunan jalan raya di Indonesia diawali pada tahun 1809 yaitu
pembangunan Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) di pulau Jawa oleh perintah Gubernur
Jenderal Herman Willem Daendels. Pembangunan jalan pos ini membentang dari Anyer
sampai Panarukan yang melalui kota-kota penting di pulau Jawa terutama pusat-pusat
pemerintahan maupun kerajaan pada masa itu, yaitu melalui Jakarta, Bandung, Cirebon,
Yogyakarta,dan Banyuwangi sepanjang kurang lebih 1500 km. Oleh karena itu, jalan pos
dapat dikatakan sebagai jalan raya nasional pertama di Indonesia.

Pembangunan jalan ini dilaksanakan dengan sistem kerja paksa dengan membagi
seluruh ruas jalan ke dalam segmen-segmen, yaitu dengan cara menugaskan setiap kepala
pemerintahan setempat untuk bertanggung jawab atas keterbangunnya Jalan Raya Pos itu
di wilayah mereka. Pengerahan besar-besaran jumlah tenaga kerja dilakukan karena
terdapat ancaman dari Daendels untuk membunuh para pekerja maupun mandor termasuk
kepala pemerintahan setempat bila target pembangunan tidak tercapai. Tidak banyak yang
dapat diketahui secara rinci mengenai spesifikasi teknis pada pembangunan Jalan Raya
Pos, beberapa literatur menyatakan bahwa jalan ini dibangun tanpa perencanaan yang
terlalu teknis secara geomteris maupun metode perkerasan yang digunakan.

Tujuan pembangunan Jalan Raya Pos lebih ditekankan pada fungsi strategi militer
pemerintah Hindia-Belanda yaitu mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris Raya.
Dengan adanya jalur transportasi ini, pemerintah Hindia-Belanda berharap:

1. Mobilisasi bantuan militer saat musuh menyerang menjadi lebih cepat;


2. Dapat mengontrol pergerakan orang-orang pribumi dengan adanya patroli-patroli
militer;
3. Mempersingkat waktu tempuh komoditas perkebunan hasil sistem tanam paksa
(cuultur-stelsel) dari tempat produksi hingga pelabuhan ekspor, sehingga barang
ekspor tidak rusak dan tidak jatuh harganya di pasaran;
4. Perkembangan informasi yang terjadi begitu cepat dapat diketahui dengan
segera melalui jasa pengiriman kabar/surat.

Dengan adanya Jalan Raya Pos ini, perjalanan darat Surabaya-Batavia yang sebelumnya
ditempuh dalam waktu 40 hari bisa diicapai hanya dalam waktu 7 hari.
Gambar 1. Jalur Jalan Raya Pos (De Groote Postweg)

Pada tahun 1973, Pemerintah Indonesia membangun jalan tol yang pertama kali, yaitu
jalan tol Jagorawi sepanjang kurang lebih 60 km yang menghubungkan Jakarta Bogor
Ciawi. Pemerintah mulanya ingin membangun jalan bebas hambatan yang menghubungkan
Jakarta dengan Bogor. Pada tahap pembangunannya, jalan tol Jagorawi ini belum berstatus
sebagai jalan tol. Saat jalan tersebut selesai dibangun tahun 1978, pemerintah memikirkan
agar biaya pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan tersebut dapat dilakukan mandiri
tanpa membebani anggaran Pemerintah. Untuk itu Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, Ir.
Sutami mengusulkan kepada Presiden agar ruas jalan Jakarta Bogor tersebut di jadikan
jalan tol. Maka, dua minggu minggu sebelum jalan tol Jagorawi diresmikan penggunaannya,
persisnya pada 25 Februari 1978, terbit PP No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal
Negara Republik Indonesia untuk pendirian Persero yang mengurusi dan mengelola
infrastruktur jalan raya. Dari situlah kemudian lahir badan usaha persero PT Jasa Marga
(Persero) pada 1 Maret 1978, kemudian pada tanggal 19 Maret 1978 Jalan Tol Jagorawi
diresmikan oleh Presiden Soeharto. Dari tahun ke tahun jalur tol tertua di Indonesia ini
mengalami banyak perubahan, baik dari segi fisik maupun sarana pendukung lainnya
seperti penambahan jalur, tempat istirahat, dan lainnya.

Gambar 2. Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi)

Pada tahun 1975 mulai berkembang perkerasan jalan menggunakan aspal panas
(hot mix) di Indonesia, kemudian berkembang pula aspal dengan jenis yang lain seperti
aspal beton (asphalt concrete).
Pada abad 18 para ahli dari Perancis, Skotlandia menemukan bentuk perkerasan
yang sebagian sampai saat ini umum digunakan di Indonesia dan merupakan awal dari
perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia yang antara lain konstruksi perkerasan
batu belah (Telford), konstruksi MacAdam. Mulai tahun 1920, teknologi konstruksi
menggunakan aspal sebagaibahan pengikat maju pesat. Di Indonesia, perkembangan
perkerasan aspaldimulai pada tahap awal berupa konstruksi Telford dan MacAdam yang
kemudian diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi
pasir kasar kemudian berkembang menjadi lapisan penetrasi.

Sejak 1980-an, lalu lintas di kota Jakarta semakin padat karena panjang jalan tidak
sebanding dengan jumlah kendaraan. Untuk itulah diperlukan pembangunan di atas jalan
yang sudah ada. Jalan itulah yang disebut jalan layang (fly over) yang telah banyak
dibangun di berbagai kota besar di dunia. Pada tahun 1987, jalan layang pertama kali
dibangun di Jakarta yaitu jalan layang tol di atas jalan by pass antara Cawang dan Tanjung
Priok sepanjang 15.6 km. Jika jalan layang tersebut ditempatkan di atas jalan by pass
Ahmad Yani dengan metode konvensional, maka akan memunculkan permasalahan baru
yaitu kemacetan lalu lintas dibawahnya. Hal itu dikarenakan, tiang horizontalnya hampir
berukuran 22 meter, hampir sama lebarnya dengan jalan by pass itu sendiri. Kemacetan
yang terjadi akan bertentangan dengan tujuan pembangunan jalan layang tol itu sendiri yaitu
sebagai jalan bebas hambatan. Terdapat altenatif lain yang dapat digunakan yaitu dengan
cara gantung, namun dari aspek biaya akan jauh lebih mahal.

Ir. Tjokorda Raka Sukawati berhasil memecahkan permasalahan-permasalahan


tersebut dengan menciptakan tiang pancang yang diberi nama Sosrobahu. Sosrobahu
bekerjadengan meniru cara kerja dongkrak yang bisa bergeser dan memutar dengan
tiangdongkrak sebagai sumbu. Tiang pancang tetap dibangun vertikal searah jalan by pass.
Setelah kering, tiang itu diputar 90 derajat. Raka Sukawati berhasil membuatlandasan putar
yang memungkinkan tiang pier head seberat 480 ton ini berputar diatas kepala pier shaft.
Tanggal 27 Juli 1988 untuk pertama kalinya Sosrobahu diuji coba dan berhasil diterapkan
dengan baik. Tanggal 27 Juli 1988 untuk pertama kalinya Sosrobahu diuji coba
dan berhasil dengan baik.

Pemerintah Indonesia berhasil membangun jalan layang pertama dengan jalan layang tol
Cawang Tanjung Priok Jakarta dengan sistem Sostrobahu yang merupakan hasil temuan
Ir. Tjokorda Raka Sukawati.

Pada tahun 2000-an, masyarakat Indonesia mulai banyak yang memiliki kendaraan
bermotor. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia meningkatkan pembangunnan jalan raya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satunya, pada tahun 2013 Pemerintah
Indonesia membangun jalan tol yang menjadi jalan tol terpanjang di Indonesia yaitu jalan Tol
Cipali dengan panjang 116,75 km. Jalan Tol Cipali (Cikampek Palimanan) merupakan
bagian dari sistem jalan Tol Trans Jawa dan melintasi lima kabupaten di Jawa Barat, yakni
Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon.

Jalan tol Cikapali atau tol Cikampek-Palimanan ini dibuat di atas lahan dengan luas
kurang lebih 1.080,69 hektare yang terbagi menjadi 6 seksi, yaitu seksi I Cikopo-Kalijati
sepanjang 29,12 km, seksi II Kalijati-Subang sepanjang 9,56 km, seksi III Subang-Cikedung
sepanjang 31,37 km. Jalan ini memiliki 99 jembatan dan akan menggunakan 2 jenis
perkerasan, yaitu perkerasan kaku (rigid pavement) sepanjang kurang lebih 62 km dan
sisanya menggunakan perkerasan flexibel (flexible pavement) tergantung dari kondisi
tanahnya. Selain itu, jalan tol ini juga mempunyai 6 buah simpang susun dan secara
keseluruhan membutuhkan investasi lebih dari Rp. 12 trilyun. Jalan tol ini diresmikan pada
13 Juni 2015 dan sudah beroperasi sejak arus mudik Lebaran tahun 2015. Dengan
digunakannya jalan tol ini untuk arus mudik 2015, kepadatan lalu lintas yang selama ini ada
di Jalur Pantura diyakini akan berkurang 40 60%.
Daftar Pustaka

Badan Pembangunan Jalan Tol. (2015). Peninjauan Lapangan Jalan Tol Ruas Cikampek-
Palimanan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
http://bpjt.pu.go.id/berita/peninjauan-lapangan-jalan-tol-ruas-cikampek-palimanan-oleh-
menteri-pekerjaan-umum-dan-perumahan-rakyat (Diakses pada tanggal 5 September2016
pukul 21.12 WIB)

InfoTol. (2015). Tol Jagorawi, Tol Pertama di Indonesia yang Penuh Cerita.
http://infotol.org/2015/09/15/tol-jagorawi-tol-pertama-indo (Diakses pada tanggal 4
September 2016 pukul 19.40 WIB)

Kasmuri.(2005). Sosrobahu, Mendunia dan Tamu di Indonesia.

Purnomo, Kristanto. (2015). Inilah Lima Jalan Tol Terpanjang di Indonesia.


http://properti.kompas.com/read/2015/12/28/082345421/Inilah.Lima.Tol.Terpanjang.di.Indone
sia?page=all (Diakses pada tanggal 4 September 2016 pukul 20.05 WIB)

Rahardjo, Satrio. Perkembangan dan kajian Konstruksi Jalan di Indonesia: Teknologi dan
Karakteristik Lalu Lintas. Universitas Indonesia.

Sutrisno. (2010).Perkembangan Jalan Raya di Indonesia (Jalan Pos). Jakarta : Universitas


Indonesia

Toer, P. A. (2005). Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai