Tantangan BI 7-Day Repo Rate
Tantangan BI 7-Day Repo Rate
Baru-baru ini Bank Indonesia (BI) telah membuat suatu kebijakan yang bisa
Rate sebagai instrumen utama kebijakan moneter terhadap suku bunga lembaga
perbankan.
Selama ini BI Rate menjadi suku bunga acuan bagi lembaga perbankan untuk
menentukan tingkat suku bunganya baik suku bunga tabungan maupun suku bunga
pinjaman. Namun posisi BI Rate selama ini hanya sebagai suku bunga kebijakan yang
lebih mencerminkan pada sikap atau stance kebijakan moneter BI yang ditetapkan
oleh BI dan kemudian diumumkan kepada publik. Oleh karena itu sangat wajar jika
efektivitas BI Rate selama ini masih jauh dari yang diharapkan. Bahkan beberapa
hasil penelitian semakin menguatkan hipotesis bahwa tidak ada hubungan antara BI
akan labih bertaji dan mampu mendorong penurunan tingkat suku bunga kredit
perbankan ke level satu digit. Harapan akan lebih efektifnya transmisi baru ini cukup
masuk akal mengingat BI 7-Day Repo Rate ini memiliki beberapa kelebihan
seharusnya memiliki nilai koefisien keterikatan yang lebih besar dibandingkan dengan
BI Rate. Jika BI Rate selama ini hanya merupakan cerminan sikap BI maka BI 7-Day
Repo Rate adalah bagian dari transaksi keuangan antara BI dengan lembaga
bunganya yang lebih rendah dari BI Rate. Saat ini tingkat suku bunga BI 7-Day Repo
Rate ada di tingkat 5,5 persen sedangkan BI Rate ada pada level 6,75 persen. Dengan
demikian maka penggunaan BI 7-Day Repo Rate seharusnya bisa lebih mendorong
sehingga dana yang tersedia untuk disalurkan kepada pasar bisa lebih besar dan
tentunya lebih murah. Dengan demikian maka lembaga perbankan akan memberikan
penggunaan BI 7-Day Repo Rate juga memiliki beberapa tantangan terutama jika
dikaitkan dengan target penurunan suku bunga kredit perbankan ke level satu digit.
Jika BI menjadikan BI 7-Day Repo Rate sebagai instrumen utama untuk menurunkan
tingkat suku bunga kredit perbankan ke level satu digit maka BI harus kembali
Selama ini tingkat suku bunga kredit lembaga perbankan dibentuk oleh
beberapa variabel utama yaitu cost of fund, tingkat risiko pasar, tingkat risiko
nasabah, operational cost, kondisi persaingan pasar, dan tingkat net interest margin
(NIM) yang diharapkan. Dengan kata lain, jika BI ingin menurunkan tingkat suku
bunga kredit lembaga perbankan maka BI harus bisa mengubah tingkat harga dari
variabel-variabel tersebut. Sedangkan suku bunga acuan yang dalam hal ini adalah
BI 7-Day Repo Rate hanya merupakan salah satu faktor pembentuk dari variabel cost
of fund.
Cost of fund selama ini selain dipengaruhi oleh suku bunga acuan (BI Rate)
juga dipengaruhi oleh faktor struktur dana perbankan. Dengan kata lain, BI selain
menurunkan suku bunga acuan sebagaimana yang telah dilakukan sekarang, BI juga
harus bisa mendorong supaya dana murah bagi lembaga perbankan tersedia dalam
jumlah yang besar. Dana yang paling murah untuk lembaga perbankan adalah
jumlah tabungan dari masyarakat. Oleh karena itu, program-program yang diarahkan
Variabel berikutnya yang memengaruhi tingkat suku bunga kredit bank adalah
tingkat risiko pasar. Variabel ini berkaitan erat dengan kondisi makro ekonomi.
Dengan kata lain, BI bersama pemerintah harus bisa menciptakan iklm ekonomi yang
kondusif dan prosprektif sehingga penilaian bank terhadap risiko pasar bisa jauh
dengan subjektivitas penilai risiko internal. Faktor ini sangat sulit dihindari karena
berkaitan dengan penilaian pribadi kreditor. Untuk mengurangi penilaian risiko
terhadap variabel ini, tidak ada jalan lain bagi BI dan pemerintah selain mengambil
sebagian atau sepenuhnya dari risiko tersebut. Cara yang bisa dilakukan BI adalah
meminta pemerintah untuk mengambil risiko ini melalui mekanisme subsidi suku
bunga.
diperoleh oleh bank. Selama ini tingkat NIM lembaga perbankan Indonesia masih
sangat tinggi bila dibandingkan lima negara besar ASEAN. Rata-rata NIM Indonesia
masih berada di atas angka lima persen padahal rata-rata NIM lima negara besar
Untuk mengubah tingkat NIM suatu bank maka rasanya sulit bagi BI untuk
melakukan intervensi langsung. Selama ini NIM lembaga perbankan sangat persisten
dan tidak ada variabel yang memengaruhi selain keputusan para stockholder. Bank
Indonesia hanya bisa memberikan himbauan kepada para pemilik saham supaya
tidak memberikan target keuntungan yang lebih besar melalui NIM. Bank Indonesia
keuntungan yang lebih rendah kepada bank-bank milik pemerintah sehingga bank-
bank tersebut bisa menetapkan tingkat NIM yang jauh lebih rendah.
Berkaca pada kondisi di atas, jika tujuan utama BI mengubah BI Rate menjadi
BI 7-Day Repo Rate adalah untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit ke level
satu digit maka kebijakan tersebut harus diikuti dengan kebijakan-kebijakan susulan
yang dapat memengaruhi variabel utama pembentuk suku bunga kredit tadi. Jika
penggunaan BI 7-Day Repo Rate tidak dibarengi dengan instrumen kebijakan yang
lain maka nasib BI 7-Day Repo Rate akan sama dengan BI Rate yaitu menjadi macan