Anda di halaman 1dari 12

adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma

gunung berapi yang mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi


yang berada bawah permukaan bumi yang disebut sebagai batuan
instrusif ataupun di atas permukaan bumi disebut sebagai batuan
ekstrutif. igneus (dibaca ignis) adalah bahasa latin dari batuan
beku yang berati api.

Batuan beku instrusif (biasa disebut instrusi atau plutonik) adalah


batuan beku yang berubah menjadi kristal dari sebuah lelehan magma
dibawah permukaan Bumi. Magma yang membeku di bawah tanah
sebelum mereka mencapai permukaan bumi disebut dengan nama
pluton. Nama Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia bawah
tanah.

Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi


pada proses keluarnya magma ke permukaan bumi kemudian menjadi
lava atau meledak secara dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke
bumi sebagai batuan.

Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya,
proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari proses-proses
berikut ini : penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan
komposisi.
Terdapat 700 lebih tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan
sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan
kerak bumi.

Beberapa ahli geologis seperti Turner dan Verhoogen tahun


1960, F.F Groun Tahun 1947,Takeda Tahun 1970, mendefenisikan
magma sebagai cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara alami,
memiliki temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai
dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak
dan terletak di kerak bumi bagian bawah. Dalam magma teredapat
bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile / gas
(antara lain air, co2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya)
yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas yang
merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan
beku. Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan
suhu, sehingga mineral-mineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini
disebut dengan peristiwa penghabluran.

STRUKTUR BATUAN BEKU


Sebagian besar struktur batuan beku hanya dapat dilihat di lapangan
saja, berikut dibawah beberapa struktur batuan beku.

- Pillow lava atau lava bantal


yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,
membentuk struktur seperti bantal.
- Skoria
yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

- Xenolitis
yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan
lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan
struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar
(joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya:
columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).

- Joint struktur
merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat
dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:

- Masif
yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya
fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

- Vesikuler
yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya
gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur.

KOMPOSISI MINERAL PADA BATUAN BEKU


Cara menentukan kandungan mineral pada batuan beku, dapat
dilakukan dengan menggunakan indeks warna dari batuan kristal.
Berdasarkan warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu mineral Felsik dan Mineral Mafik.
- Mineral felsik, merupakan mineral yang berwarna terang, terutama
terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
- Mineral mafik, merupakan mineral yang berwarna gelap, terutama
biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Berdasarkan cara terjadinya, kadungan SiO2 dan indeks warna batuan
beku dapat diklasifikan. Sehingga dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama.

Menurut Rosenbusch (1877-1976) Klasifikasi batuan beku berdasarkan


cara terjadinya dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
- Effusive rock, merupakan batuan beku yang terbentuk di permukaan.
- Dike rock, merupakan batuan beku yang terbentuk dekat
permukaan.
- Deep seated rock, merupakan batuan beku yang jauh di dalam bumi.
Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang
batuan effusive disebut batuan vulkanik.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes,


1962), antara lain :
- Batuan beku asam, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 lebih
dari 66%. Contohnya adalah riolit.
- Batuan beku intermediate, batuan beku yang memiliki kandungan
SiO2 antara 52% 66%. Contohnya adalah dasit.
- Batuan beku basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2
antara 45% 52%. Contohnya adalah andesit.
- Batuan beku ultra basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2
kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J. Shand,


1943, antara lain :
- Batuan beku Leucoctaris rock, jika mengandung kurang dari 30%
mineral mafik.
- Batuan beku Mesococtik rock, jika mengandung 30% 60% mineral
mafik.
- Batuan beku Melanocractik rock, jika mengandung lebih dari 60%
mineral mafik.

Sedangkan klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut


S.J. Ellis (1948) antara lain sebagai berikut :
Batuan beku Holofelsic, batuan beku dengan indeks warna kurang dari
10%.
Batuan beku Felsic, batuan beku dengan indeks warna 10% sampai
40%.
Batuan beku Mafelsic, batuan beku dengan indeks warna 40% sampai
70%.
Batuan Beku Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

TEKSTUR PADA BATUAN BEKU


Tekstur batuan beku secara umum ditentukan oleh tiga hal
utama, yaitu kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal. Mari kita
bahas ketiga hal penting tersebut satu persatu.

1. Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku
pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam
fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga
dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma
dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar.
Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya
akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat
sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya
dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
- Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya
tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan
plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat
permukaan.
- Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari
massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
- Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun
dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava
(obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh
batuan.

2, Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir,
yaitu:
a. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini
dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan kasat
mata. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari
30 mm.

b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan


dengan kasat mata sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau
keduanya. Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
- Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 0,01
mm.
- Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil
untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran
berkisar antara 0,01 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi
bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua
dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
- Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang
kristal.
- Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat
lagi.
- Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal,
yaitu:
- Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama
panjang.
- Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
dimensi yang lain.
- Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua
dimensi yang lain.
- Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.

Hubungan Antar Kristal


Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai
hubungan antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain
dalam suatu batuan. hubungan antar kritak dapat dibagi menjadi
beberapa jenis antara lain sebagai berikut :
- Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang
membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan
kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang
lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau
gelas.

Alasan batuan beku ini penting secara geologis karena:

Mineral- mineral dan juga kimia globalnya memberikan informasi mengenai komposisi
dari mantel, dimana batuan beku tersebut terekstrasi, serta temperatur dan juga tekanan yang
memugkinkan terjadinya ekstraksi ini, atau batuan asal yang mencair.

Umur absolut dapat diperoleh dengan berbagai jenis penanggalan radiomatik, dengan
demikian dapat dibandingkan dengan strata geologi yang berdekatan sehingga urutan waktu
kejadian pun dapat ditentukan.

Fitur- fitur batuan tersebut merupakan karakteristik lingkungan- lingkungan tektonik


tertentu, sehingga memungkinkan rekonstruksi tektonik.
Pada beberapa situasi spesial tertentu, batuan beku merupakan tempat keberadaan
endapan biji seperti tungsen, timah, dan juga uranium.

Jenis- jenis Batuan Beku


sponsored links

Batuan beku ternyata tidak hanya terdiri dari satu jenis saja, melainkan terdiri dari bernagai
jenis. Lalu, apa saja yang merupakan jenis- jenis batuan beku ini? Sebenarnya jenis bauan
beku ini dapat diklasifikasi menurut bermacam- macam aspek, antara lain menurut cara
terjadinya, menurut kandungan SiO2 nya, dan juga menurut indeks warnanya. Untuk lebih
jelasnya, jenis- jenis batuan tersebut akan kita bahas satu per satu.

1. Klasifikasi batuan beku menurut cara atau proses terjadinya

Jika dilihat dari cara atau proses terjadinya, batuan beku ini dapat dibedakan menjadi
tiga jenis yakni :

1. Deep seated Rock, yakni batuan beku yang terbentuk jauh di dalam lapisan
atmosfer bumi. Deep seated rock ini disebut juga dengan batuan plutonik. Batuan plutonik ini
merupakan batuan beku yang proses terbentuknya atau proses terjadinya ada di dalam dapur
magma.

2. Dike rock, yakni batuan beku yang terbentuk di dekat permukaan. Dike rock ini juga
batuan beku gang atau korok. Batuan beku jenis ini merupakan batuan beku yang terbentuk di
gang ataupun celah- celah antar lapisan di dalam kulit bumi.

3. Effusive rock, yakni batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Effusive rock ini
juga disebut dengan batuan vulkanik atau batuan beku luar atau batuan lelehan. Batuan jenis
ini merupakan batuan beku luar yang proses pembentukannya berada di luar permukaan bumi

Itulah klasifikasi batuan beku berdasarkan proses atau cara pembentukannya yang
terjadi di dalam atau luar atau sela- sela permukaan bumi.

2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 nya


Selanjutnya adalah jenis batuan beku yang dibedakan berdasarkan kandungan
SiO2nya. Jika dilihat dari klasifikasi ini, batuan beku dibedakan menjadi empat macam,
yakni:

1. Batuan beku asam. Batuan beku asam merupakan jenis batuan beku yang kandungan
SiO2nya lebih dari 66%. Contoh dari batuan ini adalah riolit.

2. Batuan beku intermediate. Batuan beku intermediate merupakan batuan beku yang
kandungan SiO2nya antara 52% hingga 66%. Contoh dari batuan ini adalah dasit.

3. Batuan beku basa. Batuan beku basa merupakan jenis batuan beku yang kandungan
SiO2nya antara 45% hingga 52%. Contoh dari batuan ini adalah andesit.

4. Batuan beku ultra basa. Batuan beku ultra basa merupakan jenis batuan beku yang
kandungan SiO2 nya kurang dari 45%. Contoh dari batuan jenis ini adalah batu basalt.

Itulah klasifikasi jenis- jenis batuan yang dilihat berdasarkan kandungan SiO2nya. Yakni
dilihat dari banyaknya kadar SiO2 yang terkadung di dalamnya.

3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warnanya

Selanjutnya adalah jenis- jenis batuan beku yang dilihat dari indeks warna batuan itu
sendiri. Jika dilihat dari klasifikasi sudut ini, batuan beku dibedakan menjadi 3 hingga 4
macam. Mengapa 3 hingga 4 macam? Karena ada beberapa pendapat dari para ahli
yang menyatakan jenis- jenis dari batuan beku berdasarkan indeks warnanya ini.

a. Pendapat pertama dari S.J. Shand (1943) yang menyatakan bahwa batuan beku
dilihat dari indeks warnanya dibedakan menjadi 3 jenis, yakni:

Leucoctaris rock, yakni batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik kurang dari
30%.

Mesococtik rock, yakni batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik sebanyak
30% hingga 60%.

Melanocractik rock, yani batuan beku yang mengandung kadar mineral mafik lebih dari
60%.
Itulah lasifikasi betuan beku berdasarkan indeks warna yang dipaparkan menurut S.J.
Shand. Selanjutnya adalah pendapat dari S.J. Ellis (1984).

b. Pendapat kedua dari S.J. Ellis Berbeda dengan pendapat sebelumnya, S.J. Ellis
mengklasifikasikan batuan beku menurut indeks warna ini menjadi 4 macam, yakni:

Holofelsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna kurang dari 10%.

Felsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna antara 10% hingga 40%.

Mafelsic, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna antara 40% hingga
70%.

Mafik, yakni jenis batuan beku yang mempunyai indeks warna lebih dari 70%.

Itulah beberapa klasifikasi atau jenis- jenis batuan beku jika dilihat dari berbagai aspek
atau sisi. Jenis batuan beku ini memang ada banyak namun semua jenis batuan beku
ini pastilah mempunyai karakteristiknya sendiri- sendiri.

Contoh dari Batuan Beku


Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwasannya batuan beku merupakan jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma yang mengalami
pengerasan ini pada akhirnya akan menjadi batuan. Ada beberapa jenis batuan beku
yang seringkali kita kenal, diantaranya adalah batu obsidian, batu granit, dan batu
basalt. Batuan- batuan yang berbeda- beda tersebut mempunyai ciri- ciri tertentu. Ciri-
ciri ataupun karakteristik dari masing- masing batu tersebut akan dipaparkan lebih
jelasnya sebagai berikut.

1. Batu Obsidian

Batu obsidian merupakan salah satu jenis batuan beku. Batu obsidian ini juga disebut
sebagai batu kaca. Batu obsidian ini memiliki warna hitam ataupun cokelat tua. Batu
obsidian ini memiliki permukaan yang halus dan juga mengkilap. Batu obsidian ini
banyak dimanfaatkan sebagai alat pemotong dan juga mata. Proses terjadinya batu
obsidian ini berasal dari magma yang membeku dengan cepat di atas permukaan bumi.
Karena proses terbentuknya ini yang berada di luar permukaan bumi, maka batu
obsidian ini seringkali disebut sebagai salah satu jenis batuan beku luar atau batuan
beku efusit.

Sponsors Link

2. Batu Granit

Batu granit juga merupakan salah satu jenis batuan beku. Batu granit terbentuk atas
butiran- butiran yang kasar yang semi berwarna- warni. Disebut semi berwarna warni
karena jenis batu ini memiliki warna yang berbeda- beda ada yang berwarna putih dan
ada juga yang berwarna keabu- abuan. Batu ini merupakan jenis batu yang sering
digunakan untuk bahan bangunan atau sering digunakan untuk membangun sebuah
gedung. Jenis batuan ini terbentuk karena adanya magma yang membeku yang
prosesnya terjadi di dalam kerak bumi. Proses pembekuan ini berlangsung secara
perahan- lahan dan dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu jenis batuan ini
termasuk ke dalam jenis batuan beku dalam.

3. Batu Basal

Salah satu jenis lain dari batuan beku adalah batu Basal. Batu basal ini sering disebut
juga sebagai batu lava. Batu lava atau basal ini memiliki warna hijau keabu- abuan dan
terdiri dari butiran- butiran kecil atau berbentuk butiran- butiran kecil. Batu ini juga
merupakan salah satu jenis batuan yang sering digunakan untuk membuat bahan
bangunan. Proses terbentuknya batu ini berasal dari magma yang membeku di bawah
lapisan kerak bumi yang bercampur dengan gas- gas tertentu yang menyebabkan
magma tersebut memiliki rongga- rongga kecil. Proses terjadinya dimulai dari magma
yang keluar dari dapur magma dan mencapai permukaan bumi yang membeku dengan
cepat di atas permukaan bumi. Maka dari itu jenis batuan ini termasuk ke dalam jenis
batuan beku luar atau batuan beku efusit.
4. Batu Andesit

Salah satu jenis batuan beku lainnya adalah batu andesit. Batu andesit ini merupakan
jenis batuan beku yang mempunyai warna putih keabu- abuan dan butirannya kecil-
kecil seperti ciri- ciri yang dimiliki oleh batu basal. Batu ini seringkali digunakan dalam
pembuatan arca dan juga bangunan- bangunan candi dan semacamnya. Proses
terbentuknya batu ini berasal dari magma yang membeku dengan sangat cepat yang
berada di bawah kerak bumi. Batu andesit ini merupakan salah satu jenis batuan beku
yang tergolong ke dalam batuan beku luar atau batuan beku efusit.

5. Batu Apung

Jenis batuan beku selanjutnya adalah batu apung. Batu apung merupakan salah satu
jenis dari batuan beku yang memiliki ciri khusus berwarna cokelat bercampur dengan
abu- abu muda. Selain warna yang khas tersebut, batu ini juga memiliki bentuk
berongga- rongga. Batu ini seringkali digunakan untuk mengampelas kayu dan juga
digunakan sebagai bahan penggosok. Batu ini terbentuk dari magma yang membeku di
permukaan bumi. Maka dari jenis cara pembentukannya, batu ini tergolong sebagai
batuan beku dengan jenis batu beku efusit.

Itulah beberapa jenis dari batuan beku yang seringkali muncul atau seringkali kita temui
beserta ciri- ciri dan juga kegunaannya. Selain batuan beku, sebenarnya masih banyak
jenis batuan lain yang dapat kita temui di sekitar kita. Jenis- jenis bebatuan merupakan
salah satu bukti bahwasannya bumi ini merupakan tempat yang banyak sekali
mengandung berbagai macam material. Dan setiap jenis material pun memiliki berbagai
macam jenisnya sendiri- sendiri. Ini adalah salah satu bukti bahwasannya bumi ini
sangat kaya dan kia sebagai makhluk yang menempati bumi seharusnya dapat
mengelola dengan baik tanpa ada kelakuan untuk merusak bumi itu sendiri demi
keuntungan pribadi kita.

Anda mungkin juga menyukai