1, Maret 2013: 65 - 70
ISSN 1411 - 0903
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No.1, Bandar
Lampung, Indonesia
E-mail:
minyak kelapa sawit diambil dari PTPN VII Rejosari. pengamatan untuk setiap kondisi perlakuan adalah 8
Bahan baku yang lainnya yaitu lumpur anaerobik dan hari, dan proses berlangsung secara berkesinambungan
aquades. (continue), tanpa dilakukan replikasi (pengulangan).
Analisis Awal Kondisi Limbah Cair Masing- Kondisi perlakuan terdiri atas kondisi perlakuan
masing limbah cair dan limbah cair campuran diukur dengan 6 faktor pengamatan, yaitu COD influent
suhu, pH, COD, kandungan zat padat (TSS), dan dan effluent, TSS influent dan effluent, pH influent
tingkat kekeruhan (APHA, 1992). Observasi inderawi dan effluent, kekeruhan influent dan effluent, suhu,
juga dilakukan untuk mengetahui kondisi limbah cair dan produksi gas. Formulasi rancangan percobaan
secara cepat. diuraikan dalam Tabel 1.
Stok limbah cair industri gula, limbah cair Konsentrasi COD influen (mg/l)= 10.000, 15.000,
industri tapioka, dan limbah cair industri kelapa sawit 20.000, 25.000, 35.000, dan 45.0000 Kandungan
yang disimpan dalam tangki penampungan dicampur nutrisi = Nutrisi alami (tidak ada penambahan nutrisi
dengan perbandingan volume optimal yaitu 1:1:12 apapun) pH umpan = pH alami (tidak ada perlakuan
sehingga diperoleh kandungan COD campuran awal untuk perubahan pH selama proses)
diatas 20.000 mg/L yang kemudian dapat diencerkan Tabel 1. Rancangan Percobaan
sesuai yang diinginkan sebagai umpan ke rektor
UASB (Widyantoro, 2008) dengan pH dan nutrisi RUN COD (mg/L) HRT (jam)
alami (Metcalf dan Eddy, 1991). Start 10.000 24
1 10.000 10
Lumpur Anaerobik Starter (Inokulum)
Lumpur berasal dari unit IPAL PPKS yang 2 15.000 10
menggunakan proses anaerobik lagoon. Lumpur 3 20.000 10
diambil dari bagian dasar dengan alat khusus sekitar 4 25.000 10
2 liter dan kemudian disimpan dalam jerigen yang 5 35.000 10
ditutup rapat. 6 45.000 10
7 10.000 8
Reaktor Start-Up
Seeding reaktor UASB dilakukan dengan meng- 8 15.000 8
inokulasi lumpur inokulum sebesar 60% volume 9 20.000 8
kerja reaktor, dimana volume kerja reaktor yaitu 10 25.000 8
sebesar 2L, sehingga 60% dari 2L yaitu sebesar 1,2L. 11 35.000 8
Umpan dengan konsentrasi COD sebesar 10.000
12 45.000 8
mg/L dimasukkan kedalam masing-masing reaktor
bukan dialirkan karena pada saat start-up operasinya 13 10.000 6
dijalankan secara batch dimana tidak ada aliran 14 15.000 6
masuk dan keluar. Umpan tersebut dimasukkan ke 15 20.000 6
dalam reaktor hingga mencapai volume kerja sebesar 16 25.000 6
1,2 L, diamkan umpan didalam reaktor, analisis
17 35.000 6
dilakukan setiap hari hingga mencapai reduksi
COD sebesar 90% sehingga proses kontinyu dapat 18 45.000 6
dijalankan. Jika reduksi COD tidak tercapai 90% 19 10.000 4
maka harus dilakukan penggantian atau penambahan 20 15.000 4
lumpur aktif baru karena diindikasikan bahwa lumpur 21 20.000 4
aktif yang terdapat di dalam reaktor telah mati. 22 25.000 4
23 35.000 4
Eksperimen
Setelah reduksi 90% COD, reaktor siap untuk 24 45.000 4
dioperasikan pada kondisi yang divariasikan. Umpan
Parameter Percobaan: Hydraulic Retention Time, (HRT) = 10 jam;
dipersiapkan pada konsentrasi COD 10.000, 15.000,
8 jam; 6 jam, 4 jam
20.000, 25.000, 35.000, 45.000 mg/L. Konsentrasi
COD influen dinaikkan secara bertahap dari 10.000
hingga konsentrasi maksimum 45.000 mg/L sambil Penentuan Parameter Kinetika
diperiksa konversi COD. Variasi lain yang ditinjau Beberapa parameter kinetika dan stoikiometri
adalah waktu limbah cair didalam reaktor (HRT) ditentukan berdasarkan hasil penelitian. Karena
yaitu 4, 6, 8, dan 10 jam. faktor kunci proses UASB adalah biomassa
mikroba yang terimobilisasi dalam reaktor UASB,
Rancangan Percobaan maka parameter yang ditentukan berkaitan dengan
Rancangan percobaan dalam penelitian ini kinetika pertumbuhan biologi, yaitu heterothropic
menggunakan metode rancangan full facktorial. yield coefficient (Y), heterothropic decay constant
Kondisi yang dianggap sebagai kelompok adalah (kd), half-constant velocity (Ks), konstanta utilisasi
kelompok waktu pengamatan. Lama waktu substrat (k), dan maximum specific growth rate (m).
Penentuan Nilai Parameter Kinetika Proses dalam Perombakan Secara Anaerobik Limbah Cair 67
Seluruh parameter kinetika dan stoikiometri Inffluent pada penelitian ini masih sama dengan
ditentukan berdasarkan formulasi Metcalf dan Eddy penelitian sebelumnya (Kurniadi, dkk.2010) yaitu
(1991). Setiap parameter tersebut sangat penting dengan mencampurkan limbah cair tapioka, limbah
karena akan berguna untuk menghitung dimensi luas cair gula dan limbah cair kelapa sawit .
dan tinggi reaktor UASB.
Kondisi Lumpur Anaerobik
Yield coefficient (Y) dan Decay constant (kd) Pada penelitian ini menggunakan lumpur aktif
Nilai Y dan kd ditentukan dengan persamaan: sebagai media untuk menumbuhkan mikroorganisme
yang akan digunakan pada proses anaerobik reduksi
(1/c) = Y {(So-S)/X) kd .............(1) campuran limbah cair industri. Lumpur aktif
pada penelitian ini berasal dari lumpur anaerobik
Half constant velocity (Ks) dan konstanta utilisasi pengolahan limbah cair industri pengolahan sawit
substrat (k) PTPN VII Bekrie. Proses pengambilan lumpur
Nilai kedua konstanta ditentukan dengan mengguna- anaerobik menggunakan sedimen sampler agar
kan persamaan: lumpur yang diambil di bagian dasar kolam dengan
{(k .S)/(Ks+S)} = (So-S)/X .....(2) kedalaman 2-4 meter. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan lumpur anaerobik yang masih aktif dan
Maximum Growht rate (m) tidak mengandung mikroorganisme yang telah mati.
Pertumbuhan mikoorganisme diestimasi dengan per- Tabel 3. Hasil nilai faktor pada setiap run (perlakuan)
samaan:
k = m/Y .............(3) Reduksi Turbiditas TSS Produksi
RUN pH
COD (mg/L) (mg/L) Gas (ml)
Pengamatan 1 98,64% 110 90 5,8 5,45
1. Pengukuran COD
2 92,07% 604 574 5,7 5,65
2. Pengukuran TSS
3 93,36% 634 550 6,1 5,88
3. Pengukuran pH
4. Pengukuran Turbidity 4 96,11% 800 660 5,8 13,61
5. Pengukuran VSS 5 92,00% 1508 1350 5,6 14,67
6. Pengukuran jumlah gas 6 97,61% 280 147 6,0 12,25
7. Penentuan Parameter Kinetika 7 98,37% 320 205 6,0 9,84
8 92,87% 475 480 5,9 10,71
HASIL DAN PEMBAHASAN 9 94,70% 600 575 5,9 10,51
10 97,00% 600 560 5,8 11,83
Pelaksanaan Start-up dilakukan pada tanggal 13
februari 2012 pukul 13.00 WIB. Campuran ketiga 11 93,55% 1590 1100 5,8 12,80
limbah cair industri dianalisis secara kimiawi. Nilai 12 97,80% 287 225 6,1 14,51
akhir dari setiap faktor yang diamati pada setiap 13 97,87% 565 420 6,0 14,33
kondisi dalam eksperimen dapat dilihat pada Tabel 14 90,17% 600 585 6,1 15,19
1.3. Dari Tabel dapat diketahui bahwa nilai akhir 15 94,80% 575 500 5,8 14,78
reduksi kandungan COD limbah cair berada pada 16 96,86% 975 460 5,9 14,50
rentang 90,17 %-98,64 %, pH akhir berada pada
17 92,33% 935 840 5,8 15,51
interval 5,6-6,94, kandungan TSS adalah sekitar 90-
18 92,07% 300 290 6,3 10,78
1.350 mg/L dan turbiditas pada nilai 110-1.590 FAU,
serta produksi gas rata-rata yang dihasilkan 5,4 - 15,8 19 98,64% 372 452 5,9 13,18
(ml/hari). 20 95,20% 359 300 5,9 13,16
21 97,28% 415 40 6,0 10,62
Tabel 2. Data pengukuran awal sampel limbah industri 22 94,17% 525 560 6,0 10,91
98,49% 600 628 5,9 12,89
Limbah Limbah Limbah
cair cair cair
Parameter Start-up Proses Bioreaktor UASB
indutri indutri indutri
Start-up proses merupakan fase yang dibutuhkan
gula Tapioka sawit
oleh mikroorganisme untuk menyesuaikan diri
COD (mg/l) 8.650 7.800 59.800 dengan limbah umpan. Pada fase start-up konsentrasi
limbah cair yang digunakan sebagai umpan untuk
TSS (mg/l) `650 605 7.600 proses di bioreaktor secara kontinyu adalah 10.000
mgCOD/L. Selama fase start-up, faktor yang diamati
Kekeruhan(FAU) 720 690 8.500 adalah kondisi COD umpan dan effluen, pH dan
akumulasi gas. Peningkatan beban COD umpan
pH 4,53 4,3 4,0 dilakukan setelah terjadi reduksi COD umpan yang
tinggi >80%, dan disertai pembentukan gas yang
Dwiyantara, A dan Nugrahini, P.F. 68
dalam penelitian ini terukur di dalam gas matering Dari data yang diperoleh diketahui bahwa
unit. Start-up proses diobservasi setiap hari, tetapi penurunan waktu tinggal hidraulik ( HRT ) atau
analisis COD dilakukan setiap 2 (dua) hari sekali. peningkatan laju pembebanan COD menimbulkan
Nilai COD dianggap sebagai indikator pencemaran peningkatan konsentrasi biomassa di dalam reaktor.
air oleh bahan-bahan organik yang terkandung Peningkatan konsentrasi biomassa berkaitan dengan
dalam campuran limbah tersebut. Proses start-up banyaknya nutrisi yang ada dalam sistem. Pada
pada kedua reaktor dilakukan bersamaan sehingga penelitian ini tidak dibutuhkan penambahan nutrisi,
perubahan nilai COD selama proses start-up pada karena nutrisi alami dari campuran limbah cair
reaktor I, reaktor II, reaktor III dan reaktor VI dapat agroindustri tersebut sudah memenuhi kebutuhan
dilihat pada Gambar 1. akan nutrisi itu sendiri. Walaupun dalam penelitian
ini nutrisi yang digunakan alami yaitu berasal dari
10000 REAK campuran limbah cair agroindustri, namun konsentrasi
9000 TOR I
REAK
biomassanya tetap tinggi. Hal ini dapat dijelaskan,
8000
7000
TOR
II
dengan peningkatan pembebanan organik berarti
meningkatkan pasokan makanan yang diperlukan
COD eff (mg/l)
REAK
6000
TOR
0,008 Ks da n k
6 20000 5,654
0,006 Linea r (Ks
6 25000 6,220 da n k)
0,004
6 35000 7,651 Linea r (Ks
6 45000 8,376 0,002 da n k)
4 10000 3,669 0
4 15000 5,123 0 0,001 0,002
4 20000 5,781 1/Se
4 25000 6,661
4 35000 7,321
4 45000 8,625 Gambar 2. Menentukan Parameter Kinetika Ks dan k
Penentuan Nilai Parameter Kinetika Proses dalam Perombakan Secara Anaerobik Limbah Cair 69
Y da n Kd
3 The biogas planhts high rate anaerobic fixed
2 Linea r (Y film technology for agroindustrial wastewater,
1 da n Kd) KMUTT, Thailand.
0
0 500 1000 Djarwati., Fauzi, I. & Sukani. 1993. Pengolahan Air
(So-Se)/X. Limbah Industri Tapioka Secara Kimia Fisika,
Laporan Penelitian. Departemen Perindustrian
Gambar 3. Menentukan Parameter Kinetika Y dan kd RI, Semarang.
SIMPULAN
Fang, H.H.P. & Chui, H.K. 1993. Maximum COD
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, loading capacity in UASB reactors at 37C, J.
Reduksi COD paling besar berada pada run 1 sebesar Env. Eng., Vol. 119(1): 103-119
98,64%. Nilai Parameter Kinetika untuk Half
Dwiyantara, A dan Nugrahini, P.F. 70
Fang, H.H.P., Li, Y.Y. & Chui H.K., 1995, Performance Salim, J. 2001. Developing national capability to
and sludge characteristics of UASB process implement clean development mechanism
treating propionate-rich wastewater, Wat. (CDM) in ASEAN, ASEAN CDM Ins.
Res., Vol. 29(3): 895-898 Program, UNIDO
Ghangrekar, M.M. 1996, Experience with UASB Saputra. 2007. Karakterisasi Perombakan Anaerobik
Reactor Start-up Under Different Condition. Campuran Limbah Cair Industri Meng-
Wat.sci.tech. 34 (5-6): 421-428. gunakan Reaktor Upflow Anaerobik Slugde
Blanket (UASB), Laporan Penelitian.
Grotenhuis, J.T.C., Kissel, J.C., Plugge, C.M., Stams, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
A.J.M., & Zehnder, A.J.B. 1991. Role of
substrate concentration in particle size Schmidt, J.E. & Ahring, K. 1996. Granular sludge
distribution of methanogenic granular sludge formation in UASB reactors, Biotech. Bioeng.,
in UASB reactors, Wat. Res. Vol. 25(1), pp. 49: 229-246.
21-27
Singh, R.P., Kumar, S. & Ojha, C.S.P. 1998. A critique
Jeganaesan, J. & Annachatre, A. 2002. State of wastewater on operational strategy for start-up of UASB
management in agro-based starch industry in reactors: Effects of sludge loading rate and
Thailand, WWTM Newsletter, March seed/biomass concentration, Biochem. Eng.
J., Vol. 1, pp. 107-119.
Kiely. 1997. Environmental Engineering. New York:
McGraw-Hill. Singh, R.P., Kumar, S. & Ojha, C.S.P. 1999. Nutrient
requirement for UASB process: A Review,
Kurniadi. 2010. Karakterisasi Perombakan Limbah Biochem. Eng. J., Vol. 3, pp. 35-54.
Cair Industri Menggunakan Reaktor UASB
Seri dengan Variasi Konsentrasi COD, Laporan Uemura, S. & Harada, H. 1995. Inorganic composition
Penelitian. Universitas Lampung, Bandar Lampung. and microbial characteristic of methanogenic
granular sludge grown in a thermophilic
Lettinga, G., van Velsen, A.F.M., Hobma, S.W., de UASB reactor, Appl. Micr. and Biotech., Vol.
Zeeuw, W. & Klapwijk A.. 1980. Use of the 43, pp. 358-364
upflow sludge blanket (USB) reactor concept
for biological wastewater treatment especially Wah, W.P., Sulaiman, N.M., Nachiappan, M., &
for anaerobic treatment, Biotech. and Bioeng. Varadaraj, B. 2002. Pre-treatment and membrane
27: 699-734 ultrafiltration using treated palm oil mill
effluent (POME), Songklanakarin J. Sci. Tech,
Mangunwidjaja, D. & Suryani, A. 1994. Teknologi Vol. 24 (suppl), pp. 891-898
Bioproses. PT.Jakarta: Penebar Swadaya.
Wiegant, M.W. & de Man, A.W.A. 1980. Granulation
Metcalf & Eddy, Inc., 1991, Wastewater engineering: of biomass in thermophilic UASB reactors
treatment, disposal and reuse, 3rd ed., New treating acidified wastewaters, Biotech. and
York: Mc Graw Hill Inc. Bioeng. 28: 718-727
Mintati, S. 2002. Penjernihan Effluent IPAL Industri Widyantoro, A. 2008. Karakterisasi Campuran
Gula Tebu dengan Bioreaktor, Bandar Lampung. Limbah Cair Industri Dengan Menggunakan
Reaktor UASB dengan variasi COD Tinggi.
Quang, N.T. 1986. Tapioca starch Wastewater Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Treatment by Aerobic Fluidized Bed Process.
Master Thesis, AIT, Bangkok: EV 86-4. Wu, W.M., Hu, J., Gu, X., Zhao, H. & Gu, G. 1987.
Cultivation of anaerobic granular sludge in
UASB reactors with aerobic activated sludge
as seed, Wat. Res., 21 (7): 787-799