Anda di halaman 1dari 6

Mengenal Metode Fatigue Testing Dengan

Fatigue Tester
Rabu, 22 Juni 2016

Definisi fatigue testing dapat dianggap sebagai hanya menerapkan beban siklik untuk
benda pengujian untuk memahami bagaimana hal itu akan tampil di bawah kondisi
yang sama digunakan sebenarnya. Aplikasi beban dapat menjadi sebuah aplikasi
berulang dari beban tetap atau simulasi in-service beban. Aplikasi beban dapat diulang
jutaan kali dan sampai beberapa ratus kali per detik.

Mengapa Harus Melakukan Fatigue Testing?

Dalam banyak aplikasi, bahan dikenakan bergetar atau berosilasi pasukan. Perilaku
bahan di bawah kondisi beban seperti berbeda dari perilaku di bawah beban statis.
Karena bahan yang dikontrol mengalami siklus beban berulang (kelelahan) dalam
penggunaan aktual, desainer dihadapkan dengan memprediksi umur kelelahan, yang
didefinisikan sebagai jumlah total siklus kegagalan pada kondisi beban tertentu. Fatigue
testing memberikan data jauh lebih baik untuk memprediksi kehidupan di layanan
bahan.
Fatigue Testing - Dasar Pengujian

Konfigurasi

Sebuah mesin servo hydraulic fatigue tester biasanya digunakan untuk melakukan
pengujian fatigue test. Fatigue tester ini terdiri dari aktuator hidrolik dioperasikan
dipasang ke bingkai beban kekakuan tinggi untuk menerapkan beban ke spesimen.
Karena sistem ini hidrolik dioperasikan, adalah mungkin untuk mencapai kedua beban
tinggi dan frekuensi siklik tinggi.

Sistem pengujian pada fatigue tester harus dilengkapi dengan sistem kontrol yang
mampu mengendalikan tes dan pengukuran data pada frekuensi tinggi. Hal ini juga
penting bahwa sistem pengukuran beban secara akurat dapat mengukur beban
spesimen, dan memberikan kompensasi untuk kesalahan beban yang disebabkan oleh
gerakan dinamis dari sistem pengujian.

Bahan Pengujian Fatigue Testing

Beberapa bahan khas yang dikenakan fatigue testing:

Logam

Polimer

Komposit

Elastomer

Komponen struktural

Keramik

Standar Pengujian Fatigue Testing

ASTM berikut standar berlaku untuk fatigue testing:

E1820

E399
E606

E647

Fatigue Testing Jenis Jenis Fatigue Testing

Low Cycle Fatigue Testing

Pesawat mesin turbin rentan terhadap kelelahan low and high cycle fatigue. Low Cycle
Fatigue (LCF) menggambarkan lingkungan layanan dari banyak kritis (dan terutama
logam) komponen: frekuensi rendah, beban besar / strain. Lingkungan LCF khas dari
pisau turbin (heat-up/cool turun bersepeda) dan daya subjek generasi lainnya peralatan
untuk siklus termal dan / atau mekanis (mis. bejana tekan, pipa, dll) LCF biasanya
melibatkan deformasi yang besar, sehingga terakumulasi kerusakan pada spesimen.
LCF penelitian sangat penting untuk memahami kegagalan (dalam logam), untuk
keperluan perencanaan dan rekayasa.

High Cycle Fatigue Testing

High Cycle Fatigue Testing Tinggi (HCF) hasil dari siklus stres getaran pada frekuensi
yang dapat mencapai ribuan siklus per detik dan dapat diinduksi dari sumber mekanik
yang bervariasi. Hal ini khas dalam mesin turbin pesawat gas dan telah menyebabkan
kegagalan prematur dari komponen mesin utama (kipas, kompresor, turbin). Sementara
LCF melibatkan plastisitas massal di mana tingkat stres biasanya di atas kekuatan luluh
material, HCF dominan adalah elastis, dan tingkat stres berada di bawah kekuatan luluh
material.

Fakultas Teknologi Kelautan

KAPAL
Beranda
Daftar Isi
E-book
REPARASI KONSTRUKSI BADAN KAPAL

Uji Kekerasan dan Jominy Test

FATIGUE (Kelelahan)
Fatigue atau kelelahan adalah bentuk dari kegagalan yang terjadi pada struktur karena beban dinamik
yang berfluktuasi dibawah yield strength yang terjadi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang. Fatik
menduduki 90% penyebab utama kegagalan pemakaian. Terdapat 3 fase dalam perpatahan fatik :
permulaan retak, penyebaran retak, dan patah. Mekanisme dari permulaan retak umumnya dimulai dari
crack initiation yang terjadi di permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi konsentrasi
tegangan di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll) akibat adanya pembebanan berulang.
Selanjutnya, adalah penyebaran retak ini berkembang menjadi microcracks. Perambatan atau perpaduan
microcracks ini kemudian membentuk macrocracks yang akan berujung pada failure. Maka setelah itu,
material akan mengalami apa yang dinamakan perpatahan. Perpatahan terjadi ketika material telah
mengalami siklus tegangan dan regangan yang menghasilkan kerusakan yang permanen.

Suatu bagian dari benda dapat dikenakan berbagai macam kondisi pembebanan termasuk tegangan
berfluktuasi, regangan berfluktuasi, temperatur berfluktuasi (fatik termal), atau dalam kondisi lingkungan
korosif atau temperatur tinggi. Kebanyakan kegagalan pemakaian terjadi sebagai akibat dari tegangan-
tegangan tarik.

Awal proses terjadinya kelelahan (fatigue) adalah jika suatu benda menerima beban yang berulang maka
akan terjadi slip. Ketika slip terjadi dan benda berada di permukaan bebas maka sebagai salah satu
langkah yang disebabkan oleh perpindahan logam sepanjang bidang slip. Ketika tegangan berbalik, slip
yang terjadi dapat menjadi negatif (berlawanan) dari slip awal, secara sempurna dapat
mengesampingkan setiap efek deformasi. Deformasi ini ditekankan oleh pembebanan yang berulang,
sampai suatu retak yang dapat terlihat akhirnya muncul retak mula-mula terbentuk sepanjang bidang slip.

Fatigue menyerupai brittle farcture yaitu ditandai dengan deformasi plastis yang sangat sedikit. Proses
terjadinya fatigue ditandai dengan crack awal, crack propagatin dan fracture akhir. Permukaan fracture
biasanya tegak lurus terhadap beban yang diberikan. Dua sifat makro dari kegagalan fatigue adalah tidak
adanya deformasi plastis yang besar dan farcture yang menunjukkan tanda-tanda berupa beachmark
atau camshell. Tanda-tanda makro dari fatigue adalah tanda garis garis pada pemukaan yang hanya
bisa dilihat oleh mikroskop elektron.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue adalah :

1. Tegangan Siklik

Besarnya tegangan siklik tergantung pada kompleksitas geometri dan pembebanan.

2. Geometri

Konsentrasi stress akibat variasi bentuk geometri merupakan titik dimulainya fatigue cracks.

3. Kualitas permukaan

Kekasaran permukaan dapat menyebabkan konsentrasi stress mikroscopic yang menurunkan ketahanan
fatik

4. Tipe material

Fatigue setiap material berbeda beda, contohnya komposit dan polymer memiliki fatigue yang berbeda
dengan metal.

5. Tegangan sisa

Proses manufaktur seperti pengelasan, pemotongan, casting dan proses lainnya yang melibatkan panas
atau deformasi dapat membentuk tegangan sisa yang dapat menurunkan ketahanan fatik material.

6. Besar dan penyebaran internal defects

Cacat yang timbul akibat proses casting seperti gas porosity, non-metallic inclusions dan shrinkage voids
dapat nenurunkan ketahanan fatik.

7. Arah beban

Untuk non-isotropic material, ketahanan fatik dipengaruhi oleh arah tegangan utama.

8. Besar butir
Pada umumnya semakin kecil ukuran butir akan memperpanjang fatigue.

9. Lingkungan

Kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan erosi, korosi dapat mempengaruhi fatigue life.

10. Temperatur

Temperatur tinggi menurunkan ketahanan fatik material.

Fatigue life dapat ditingkatkan dengan cara :

1. Mengontrol tegangan

Peningkatan tegangan menurunkan umur fatik.

Pemicunya dapat secara mekanis (fillet atau alur pasak) maupun metalurgi (porositas atau inklusi).

Kegagalan fatik selalu dimulai pada peningkatan tegangan

2. Mengontrol struktur mikro

Meningkatnya ukuran benda uji, umur fatik kadang-kadang menurun

Kegagalan fatik biasanya dimulai pada permukaan

Penambahan luas permukaan dari benda uji besar meningkatkan kemungkinan dimana terdapat suatu
aliran, yang akan memulai kegagalan dan menurunkan waktu untuk memulai retak

3. Mengontrol penyelesaian permukaan

Dalam banyak pengujian dan aplikasi pemakaian, tegangan maksimum terjadi pada permukaan

Umur fatik sensitif terhadap kondisi permukaan

Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah tegangan sisa permukaan.

Anda mungkin juga menyukai