adanya kelemahan dalam aspek thariqah (metode) dan fikrah gerakan. Banyak diantara gerakan-
gerakan Islam yang muncul tidak memiliki kedua hal ini. Banyak diantara mereka mengambil
nasionalisme-patriotisme sebagai basis gerakan sehingga ini tidak bisa menjadi bahan perekat
bagi kebangkitan umat. Sungguh pun demikina gerakan-gerakan tersebut juga banyak dimotori
atau disetting oleh orang-orang Barat.
Lain dari pada itu, penjajah Barat juga telah melakukan tindakan sistematis seperti merubah
tsaqafah pendidikan, politik, budaya, serta tatanan pergaulan jauh dari Islam sehingga yang
tinggal hanyalah kehidupan yang amat jauh dari realitas sebuah perdaban Islam.
Kelompok yang benar adalah kelompok yang berdasarkan pada fikrah dan thariqah (Ideologi)
Islam. Orang yang mengembangnya haruslah memiliki tsaqafah Islam, perasaan Islam, serta
senantiasa membersihkan diri dari segala maksiat-dosa. Pada mulanya terbentuk adalah kutlah
hizbiyah yang dimotori orang-orang yang sepahamdengan harakah tersebut. Setelah membesar,
akhirnya mereka menjadi partai ideologis.
Proses terbentuknya partai ideologis melalui serangkai tahap. Pada awal terbentuknya, mereka
akan menjadi kelompok yang terasing dari masyarakat karena perbedaan tsaqafah, pemikiran
mereka dengan masyarakat pada umumnya. Pimpinan partai harus mengalirkan panas tsaqafah
kepada para anggotanya sehingga anggota partai dapat bergerak sinergis. Pergerakan mereka
bagai sebuah rangkaian mesin, busi dalam sebuah motor.
Adapun marhalah yang dilalui oleh sebuah partai yaitu, tahap tasqif atau pembinaan. Pada tahap
ini, partai tidak boleh diserupakan dengan sekolah. Karena partai harus mencetak kader yang
akan mengubah masyarakat. Mereka harus menjadi poros dalam masyarakat, mengubah
individu-individu jamaah. Keberhasilan proses tasqif, akan mengantarkan partai pada tahap
kedua yakni, interaksi dengan umat, perjuangan politik. Pada tahap ini, partai harus menerima
kenyataan bahwa tidak semua masyarakat akan setuju dengan ide partai. Di dalam masyarakat
nantinya akan terbagi golongan yang sangat menentang ide, pemikiran yang di bawa oleh partai.
Partai harus senantiasa harus berada pada jalur yang lurus, memahami masyarakat namun tidak
boleh larut. Menjelaskan fikrah partai kepada masyarakat sembari membongkar seluruh makar-
makar kafir penjajah yang disusupkan di dalam tubuh umat. Dalam tahap interksi ini, partai
harus berhati-hati pada bahaya kelas. Partai tidak boleh merasa di atas masyarakat, sehingga
masyarakat merasa susah berinteraksi dengan partai karena adanya kelas-kelas sosial yang
terbentuk. Partai harus senantiasa bergerak seperti pelayan sehingga bahaya kelas ini dapat
terhindarkan. Kemudian langkah yang terakhir, adalah tahapan pengambil alihan kekuasaan.
Pengambil alihan kekuasaan dilakukan dengan aktivitas thalabul nushra. Setelah proses thalabul
nushra tercapai, dan pengambil alihan kekuasaan telah terjadi, maka partai harus senantiasa
hidup untuk mengawasi pemerintahan yang berlangsung, walaupun sebagian anggota partai
menjabat sebagai aparatur pemerintah. Namun keberadaan partai mutlak harus tetap ada, karena
partailah yang akan mengawasi pemerintahan agar tetap berjalan pada rel yang telah ditetapkan,
Al Quran dan As Sunnah.