Anda di halaman 1dari 23

BAB I

ANALISIS VEKTOR

Sasaran Pembelajaran

Setelah mengikuti perkuliahan pada bab ini, mahasiswa mampu menggunakan aturan-
aturan operasi yang ada dalam analisis vektor, pengertian medan skalar dan medan
vektor, gradien, divergensi dan curl beserta teoremanya, integral vektor yang
mengcakup integral garis, luas dan volume, teorema Gauss dan teorema Stokes untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan dalam teori medan elektromagnetik.

Deskripsi matakuliah

Bab ini membahas mengenai beberapa aturan dalam operasi vektor, medan skalar dan
vektor, gradien, divergensi, curl, integral vektor, teorema Gauss dan teorema Stokes.

MODUL I

ANALISIS VEKTOR

1.1. Pendahuluan
Analisis vektor begitu penting dan sering digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada dalam fisika khususnya dalam mata kuliah teori medan
elektromagnetik. Kebanyakan besaran yang digunakan dalam teori medan
elektromagnetik berkaitan dengan vektor dan operasinya, sehingga dirasa perlu
membahas kembali mengenai beberapa aturan dalam operasi vektor, pengertian
medan skalar dan medan vektor, gradien, divergensi dan curl beserta teoremanya,
integral vektor, teorema Gauss dan teorema Stokes serta teori potensial. Analisis
vektor sebagai salah satu bagian yang mendasar untuk melatih kemampuan rekayasa
matematika supaya dapat menyelesaikan soal-soal dan permasalahan yang banyak
dijumpai dalam mata kuliah teori medan elektromagnetik.
Fisika merupakan salah satu ilmu yang mencoba menerangkan gejala alam secara
lengkap dari hukum-hukum dasar logika penalaran beserta perumusan matematisnya.
Oleh karena itu, analisis Vektor yang mulai dikembangkan pada pertengahan abad
ke-19 merupakan bagian yang sangat penting dari Fisika Matematika, dimana
analisis vektor tidak hanya memberikan suatu notasi yang ringkas untuk
memperkenalkan persamaan-persamaan yang muncul dalam perumusan matematika

1
dari persoalan-persoalan Fisika dan Geometri, tetapi juga dapat dipandang sebagai
bahasa dan cara berfikir yang sangat pantas untuk ilmu-ilmu Fisika.
Vektor merupakan suatu besaran yang mempunyai besar (nilai) dan arah, yang dalam
penulisannya bisa menggunakan huruf tebal misalkan A (vektor A) atau dapat pula

ditulis sebagai A . Dalam Fisika contoh besaran yang termasuk vektor adalah
kecepatan, percepatan, gaya, medan gravitasi bumi, medan listrik dan medan magnet
dan lain sebagainya. Sedangkan besaran yang hanya mempunyai besar (nilai) saja
disebut skalar seperti misalnya : massa, panjang, potensial gravitasi, potensial listrik
dan arus, waktu, temperatur dan lain sebagainya. Dalam persoalan yang terkait
dengan medan listrik dan medan magnet, pertama-tama penting untuk mempelajari
notasi dan aturan-aturan dalam analisa vektor. Secara grafik, sebuah vektor biasa
digambarkan sebagai segmen atau ruas garis yang berarah ke suatu arah, dengan arah
tersebut merupakan arah vektor dan panjang panah mencerminkan harga atau nilai
vektor tersebut dinotasikan sebagai ||, seperti pada gambar (1.1) yaitu : (a) vektor
(B) yang berarah timur-laut dan (c) vector (C)
(A) yang berarah utara, (b) vektor
yang berarah barat-laut.

A B C

Gambar 1.1. Penggambaran secara grafik dari vektor (N.N. Rao, 1974)

Dalam persoalan fisika, tidak mudah menggambarkan vektor-vektor dengan simbol


,
, , dan seterusnya, jika ingin menyederhanakan bentuk geometri yang
dihubungkan dengan operasi matematika menggunakan vektor-vektor tersebut.
Dibutuhkan suatu sistem koordinat untuk mengurai besar dan arah komponen-
komponen vektor tersebut.
1.2 Aljabar Vektor
a. Kesamaan Vektor
Dua vektor dikatakan sama, jika besar (nilai) dan arahnya sama.
b. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Penjumlahan vektor bisa dilakukan dengan mengikuti aturan jajaran genjang
atau aturan segi banyak (poligon), contoh : A + B = B + A. Sedangkan

2
pengurangan vektor dilakukan dengan menambahkan lawan dari vektor yang
akan dikurangkan, contoh : A B = A + (-B).
c. Hukum-hukum yang berlaku dalam Aljabar Vektor
Jika ,
, , adalah vektor dan m, n adalah skalar maka,

1. + +
= (komutatif terhadap jumlahan)
2. + (
+ ) = ( +
) + (asosiatif terhadap jumlahan)

3. Terdapat vektor 0, sehingga: A 0 0 A A (ada elemen netral)

4. Terdapat vektor A , sehingga: + () = 0 (ada elemen invers)

5. (mn) A = n( mA ) (asosiatif terhadap perkalian)
6. ( +
) = +
(distributif terhadap perkalian)

d. Vektor satuan (unit vector)

Bila suatu vektor A dibagi dengan besarnya yaitu A , maka diperoleh suatu
vektor yang besarnya satu satuan dan arahnya sama dengan arah vektor A.
Vektor ini dinamakan vektor satuan yang dinotasikan sebagai :
A A
rA r (1.1)
A A

Vektor satuan memainkan peranan penting dalam analisis vektor.

1.3 Perkalian skalar (dot product) dari dua vektor


Perkalian skalar atau perkalian titik antara vektor A dan vektor B menghasilkan
nilai skalar yang didefinisikan sebagai perkalian antara besar vektor A dan besar
vektor B dikalikan dengan kosinus sudut terkecil antara kedua vektor tersebut.
Secara matematis perkalian titik antara 2 buah vektor dituliskan sebagai :
A B A B cos AB cos (1.2)

dengan adalah sudut antara vektor A dan vektor B . Dapat pula ditulis sebagai
A B AB cos B A cos , dengan kata lain bahwa perkalian titik antara dua
vektor adalah perkalian nilai salah satu vektor dan proyeksi vektor kedua ke vektor
pertama seperti ditunjukkan pada gambar 1.2.

3
A


B
Acos
Gambar 1.2. Perkalian titik (dot product ) antara vektor A dan B (N.N. Rao, 1974)

Perkalian titik memenuhi hukum komutatif, sehingga dapat ditulis sebagai A B =


B A dan juga memenuhi hukum distributif yaitu A (B + C) = A B + A C dan
A (mB) = (mA) B = mA B, dengan m adalah konstanta. Jika diuraikan
komponen vektor dalam koordinat kartesian 3-D, maka vektor A dapat ditulis
sebagai A Axi Ay j Azk .

Vektor satuan i, j dan k saling tegaklurus (orthogonal) dan untuk mengembangkan


gagasan ortogonal ini dibutuhkan satu langkah lagi (Arfken, G.B. 2005). Misalkan
bahwa n adalah vektor satuan dan r adalah sebuah vektor tidak nol terletak pada
bidang xy yang dapat dinyatakan sebagai r xi yj.
Jika n r 0 untuk semua pilihan r, maka n harus tegaklurus (orthogonal)
terhadap bidang xy. Apabila i, j, dan k diganti dengan vektor satuan em , dan m =

1,2,3 dengan i e1 dan seterusnya, sehingga:


i i j j k k 1; dan i j j k k i 0 ; j i k j i k 0 .
atau dapat ditulis sebagai :
em en mn (1.3)

mn disebut sebagai delta Kronecker. Untuk m n , maka vektor satuan em dan en


adalah ortogonal dan untuk m = n, maka masing-masing vektor ternormalisasi
bernilai satu, yaitu e1 e1 11 1 yang biasa disebut sebagai ortonormal.
Contoh soal 1:
Vektor A 6i 4 j 3k dan vektor B 2i 3j 3k . Hitunglah :
a. A B
b. Sudut antara vektor A dan vektor B
Penyelesaian :
a. A B 6i 4 j 3k 2i 3j 3k 12i i 12j j 9k k 9

b. A B A B cos

A 61 7,81 dan B 22 4,69

4
AB 9
cos 0,246
A B 7,81x 4,69
sehingga 104,2o , sudut antara vektor A dan vektor B
Contoh soal 2. Vektor A 3i 2 j 5k dan B 4i j 2k
Hitunglah :
a. A B ?
b. Sudut antara vektor A dan vektor B ?
Penyelesaian :
a. A B 3i 2 j 5k 4i j 2k 0
AB
b. A B A B cos , sehingga cos 0
AB

Sehingga 900 ,2700 dan seterusnya, yang menyatakan bahwa vektor A


dan vektor B saling tegak lurus atau dapat dikatakan bahwa vektor A dan
vektor B ortogonal.

1.4 Perkalian vektor (cross product)


Berbeda dengan perkalian titik (dot product) yang menghasilkan vektor skalar,
perkalian vektor (cross product) dari dua buah vektor A dan B selalu menghasilkan
besaran vektor yang arahnya mengikuti kaidah tangan kanan, seperti diperlihatkan
pada gambar 1.2. Secara metematis ditulis sebagai :
A B A B sin i N (1.4)

adalah sudut antara vektor A dan vektor B, dan i N adalah vektor satuan yang
arahnya selalu tegak lurus (normal) dengan bidang dimana vektor A dan vektor B
dapat dinyatakan dengan :
AxB
iN (1.5)
A B sin

B
AxB
A
B
iN
A BxA
Gambar 1.3. Operasi perkalian titik untuk dua vektor A dan vektor B (Rao. 1974).

5
Perkalian vektor tidak memenuhi hukum komutatif seperti diperlihatkan pada
gambar 1.3 yang menunjukkan bahwa :
A x B = - (B x A) atau disebut antikomutatif (1.6)
Dari definisi di atas perkalian silang menghasilkan :
i xi jx jk xk 0
Sedangkan i x j k, j x k i, k x i j dan j x i -k, k x j -i, i x k -j
Contoh perkalian silang dalam Teori Medan Elektromagnetik adalah persamaan
gaya magnet yang didefinisikan sebagai : FM qvxB dengan v adalah kecepatan
muatan listrik q dan B adalah induksi magnet.
Perkalian silang memenuhi hukum asosiatif, sehingga dapat ditulis sebagai :
A x (B + C) = A x B + A x C
(A + B) x C = A x C + B x C (1.7)
A x (mB) = mA x B
Dengan m adalah konstanta. Vektor A dan B dapat diuraikan dalam komponen
Kartesian yaitu :
A x B C (Cx , C y , Cz ) Ax i Ay j Az k xBx i By j Bz k
Ax By Ay Bx (ixj) Ax Bz Az Bx ixk Ay Bz Az By kxi

Komponen vektor C dapat diuraikan dalam komponen Kartesian yaitu :


Cx Ax By Ay Bx ; Cy Ax Bz Az Bx ; Cz Ay Bz Az By

Perkalian silang antara vektor A dan vektor B dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan determinan matriks sebagai berikut :

i j k
C Ax Ay Az (1.8)
Bx By Bz

Keterangan : i, j dan k merupakan vektor satuan ke arah sumbu x, y dan z.


Ax : besar vektor ke arah x Bx : besar vektor ke arah x
Ay : besar vektor ke arah y By: besar vektor ke arah y
Az : besar vektor ke arah z Bz: besar vektor ke arah z

Contoh soal 3.
Seperti pada contoh soal no 2, vektor A 3i 2 j 5k dan B 4i j 2k
Hitunglah : A x B ?

6
Penyelesaian :

i j k
AxB 3 - 2 5 i4 5 j 6 20 k 3 8 i 26 j 11k
4 1 -2

1.5. Perkalian Ganda Tiga


Perkalian titik dan silang antara dua vektor sudah dipelajari, namun ada kombinasi
perkalian dari tiga vektor yang disebut sebagai perkalian ganda tiga.
a. Perkalian skalar ganda tiga
Jika kombinasi perkalian dari ketiga vektor adalah A (B x C), ini dikenal
sebagai perkalian skalar ganda tiga (triple scalar product). Perkalian vektor
A B AB sin menghasilkan besaran vektor yaitu luas jajaran genjang yang
dibentuk oleh vektor B dan Vektor C. Secara geometri, perkalian titik dengan
vektor A akan menghasilkan besaran skalar yaitu volume paralel epipedum yang
dibentuk oleh vektor A, B dan C, seperti diperlihatkan pada gambar 1.4 di
bawah ini.

Gambar 1.4. Volume paralel epipedum yang dibentuk oleh vektor A, B dan C
(Arfken, G.B, 2005)
Volume ruang tersebut akan bernilai positif atau negatif tergantung pada unsur
perkalian silang di dalam perkalian skalar ganda tiga.
A B C B C A C A B
(1.9)
- A C B C B A - B A C
b. Perkalian silang (vector product) ganda tiga
Perkalian ganda tiga yang kedua adalah perkalian vektor ganda tiga yaitu
perkalian silang dari tiga besaran vektor yang menghasilkan besaran vektor.

7
Misalkan kombinasi perkalian ketiga vektor adalah Ax(BxC), maka perkalian
silang ganda tiga dapat disederhanakan dengan apa yang disebut aturan BAC-
CAB yaitu :
A B C B A C C A B (1.10)
Perhatikan bahwa :
A B C C A B A B C BA C
Contoh soal 4:
Diketahui vektor A i 2 j k, B j k, C i j , hitunglah :
a. A(BxC)
b. Ax(BxC)

Penyelesaian :

i j k
a. B C 0 1 1 i j-k
1 1 0

A B C i - 2j - k i j - k 0

i j k
b. A B C 1 - 2 - 1 i - k atau
1 1 -1

j k i - j B - C

1.6. Medan

Medan adalah suatu kawasan atau ruang yang pada tiap titiknya terpaut suatu
besaran fisis. Bila besarannya adalah besaran vektor, maka medannya disebut
sebagai medan vektor dan bila besarannya adalah besaran skalar, maka medannya
disebut medan skalar.

Medan skalar adalah sebuah medan yang pada setiap titik dalam ruang
dihubungkan dengan satu nilai tunggal. Contoh medan skalar adalah potensial
listrik, potensial gravitasi dsb. Penggambaran medan skalar dapat dinyatakan dalam
peta kontur temperatur dan tekanan atmosfir pada permukaan bumi, peta kontur
kedalaman air pada suatu danau, kode warna dan peta relief seperti pada cotoh
gambar (1.5) di bawah ini.

8
Gambar 1.5. Sebuah peta relief medan skalar yang diberikan.

Misalkan diberikan suatu fungsi skalar :

a. (r ) 1 , buatlah plot fungsi skalar berikut dalam dua dimensi. Dalam dua
r

dimensi r x 2 y 2 setelah dimasukkan nilai x dan y, maka diperoleh seperti


gambar 1.6.

Gambar 1.6. Potensial Listrik terhadap suatu


muatan titik yang ditempatkan pada
pusat koordinat .

b. x. y
1 1

x 2 y 1 x 2 y 1
2 2

Jika dimasukkan nilai x dan y, maka diperoleh gambar 1.7.

Gambar 1.7. Potensial dari dipole listrik dengan


muatan positif berada di y = 1 dan
muatan negatif di y = -1.

Medan vektor adalah sebuah medan yang memiliki nilai dan arah pada setiap
titik dalam ruang. Sebagai contoh salju yang jatuh ke permukaan bumi, setiap
butir salju memiliki besar dan arah yang berbeda-beda seperti pada gambar 1.8.

9
Contoh lain dari medan vektor adalah kecepatan, percepatan, momontum, medan
listrik, medan magnet, medan gravitasi bumi, gaya, dsb.

Gambar 1.8. Panjang dan arah anak panah pada


salju jatuh berbeda-beda.

Arah medan gravitasi bumi seperti pada gambar 1.9 dan medan magnet Bumi
berperilaku seolah-olah ada sebuah batang magnet di dalamnya (Gambar 1.10).
Perhatikan bahwa kutub selatan magnet bumi terletak di belahan bumi utara.

Gambar 1.9. Medan gravitasi bumi. Gambar 1.10. Medan magnet bumi

1.7. Differensial Vektor

Suatu besaran vektor umumnya merupakan fungsi dari besaran lain, misalkan
fungsi dari besaran waktu, posisi/koordinat dsb. Jadi suatu besaran dapat
didifferensialkan ataupun di integralkan terhadap variabelnya. Differensial vektor
tersebut adalah suatu operator yang disebut sebagai operator differensial vektor
(del) atau nabla yang didefinisikan sebagai :


i j k (1.11)
x y z

Seperti halnya differensial biasa, operator differensial vektor memenuhi operasi


perkalian dengan tiga cara yaitu :

1. Jika bekerja pada suatu fungsi skalar , maka dikenal sebagai


Gradien. Andaikan fungsi skalar adalah x, y, z , maka dapat dituliskan
sebagai :

10

x, y, z gradx, y, z i j k (1.12)
x y z
Contoh soal 5:

Hitunglah gradien dari suatu fungsi skalar (r ) x 2 y 2 z 2


Penyelesaian :
r r r
(r ) x 2 y 2 z 2 i j k
x y z
Jika ditinjau komponen x saja dulu, maka diperoleh,
r dr r r 2
x

dr x
, sehingga
x x
x y2 z2 1
2

x
r
Oleh karena itu untuk komponen y dan z dengan cara yang sama diperoleh :
r 2
r

y y
2

x y2 z2
1
2

y
r
dan
z z

x y2 z2 1
2

z
r
dr x dr y dr z
Sehingga (r ) i j k atau
dr r dr r dr r
1 dr r dr dr
(r ) ix jy kz rn
r dr r dr dr
Dengan rn adalah vektor satuan yang bernilai positif arah radial. Jadi gradien
dari suatu fungsi/medan skalar menghasilkan besaran/medan vektor.
2. Jika bekerja pada pada suatu fungsi/medan vektor melalui perkalian titik
(dot product), maka A disebut sebagai Divergensi. Secara matematis
ditulis sebagai :
Ax Ay Az
A (1.13)
x y z
Jadi divergensi dari suatu medan vektor menghasilkan medan skalar.
Contoh soal 6 : Hitunglah r
Penyelesaian :

r i j k ix jy kz
x y z
x y z
r 3
x y z
3. Jika bekarja pada pada suatu fungsi/medan vektor melalui perkalian silang
(cross product), maka A dikenal sebagai Curl atau Rotasi. Secara
matematis ditulis dalam bentuk :
11

A i Az Ay j Ax Az k Ay Ax (1.14)
y z z x x y

Atau
i j k

A
x x x
Ax Ay Az

Jadi Curl menghasilkan menghasilkan vektor.


Pernyataan lain dari adalah jika divergensi dari gradien suatu fungsi/medan
skalar, maka akan diperoleh :
2 (1.15)
Persamaan (1.15) merupakan pernyataan yang sangat penting yang dikenal sebagai
Laplacian dari fungsi . Dalam fisika matematika ada beberapa persamaan
penting yang menggunakan laplacian yaitu :
1. 2 0 , dikenal sebagai persamaan Laplace (1.16)
1 2
2. 2 , dikenal sebagai persamaan Gelombang (1.17)
v 2 t 2
1
3. 2 , dikenal sebagai persamaan difusi atau persamaan konduktivitas
v 2 t
panas. (1.18)

Beberapa Rumus :
Jika A, B fungsi vektor dan U,V fungsi skalar, maka diperoleh beberapa rumus-
rumus yaitu :
1. (U + V) = U + V atau grad (U + V) = grad U + grad V
2. (A+ B) = A + B atau div (A + B) = div A + div B

3. A B A B atau curl (A + B) = curl A + curl B


4. (UA) = ( U) A + U ( A)
5. (UA) = ( U)A - U ( A)
6. (AB) = B( A) A( B)
7. (AB) = (B )A B( A) (AB)B+ A( B)
8. (AB) = (B )A + (A )B+ B( A) + A( B)
2U 2U 2U
9. U 2U disebut Laplace dari U
x 2 y 2 z 2

12
2 2 2
dan 2 2 2 disebut Operator Laplace
2

x y z
10. ( U) = 0 curl dari gradien U = 0
11. ( A) = 0 divergensi dari curl A = 0
12. ( A) = ( A) A2

1.8. Integral Vektor

Langkah selanjutnya setelah mempelajari differensial vektor adalah integral vektor.


Dalam elektrodinamika dikenal ada tiga macam integral vektor yaitu integral garis,
integral luas (fluks) dan integral Volume.
1. Integral Garis
Integral garis dinyatakan dalam bentuk :
b

F dl
a
(1.19)

dengan F merupakan fungsi vektor dan dl merupakan elemen perpindahan


sepanjang lintasan dari titik a ke titik b, seperti diperlihatkan pada gambar
(1.11). Jika yang dilalui merupakan lintasan tertutup (yaitu b = a), maka
dapatlah diberikan tanda integral tertutup pada persamaan (1.19) sehingga
persamaannya menjadi :

F dl (1.20)

Gambar (1.11). Gaya yang bekerja disepanjang lintasan dari a ke b (Griffiths,


D. J., 1999).

Integral garis ini sudah sering digunakan dalam fisika, sebagai contoh dalam
menghitung kerja (usaha) yang dihasilkan oleh gaya yang bekerja pada sebuah

13
sepanjang lintasan yang dilalui benda tersebut. Secara matematis ditulis
sebagai:
W F dl F ( x, y, z)dx F ( x, y, z )dy F ( x, y, z)dz (1.20)

Dalam kasus khusus yaitu jika F tidak bergantung pada lintasan yang dilalui
dari titik a ke titik b akan tetapi hanya bergantung pada posisi awal dan akhir
saja. Jika posisi awal dan posisi akhir berimpit atau lintasannya tertutup, maka

F dl 0 . Medan gaya F ini dikatakan sebagai Medan gaya konservatif.

Contoh Soal 7 (Griffiths,D.J., 1999).


Hitunglah integral garis dari fungsi F = y2 i + 2x(y+1)j dari titik a = (1,1,0) ke
titik b = (2,2,0) melalui lintasan (1) dan (2), seperti ditunjukkan pada gambar
(1.12) di bawah ini. Hitunglah F dl untuk loop dari a ke b melalui lintasan

(1) dan kembali ke a lewat lintasan (2).

Gambar 1.12

Penyelesaian :
Vektor dl dxi dyj dzk , lintasan (1) terdiri dari dua bagian, sepanjang garis
horizontal yaitu dy dz 0 sehingga :

(i) dl dxi, y 1, F dl ( y 2i 2 x y 1) j dxi


2
F dl y 2dx(i i) dx, sehingga F dl dx 1
1

Sepanjang arah vertikal yaitu dy dz 0 , sehingga


(ii) dr dyj dan x = 2, maka F dl 2 x y 1dy 4( y 1)dy,
2
Jadi F dl 4( y 1)dy 4 y 1dy 10
1

Sehingga hasil integrasi garis yang melalui lintasan (1) adalah :


b

F dl 1 10 11
a

14
Sementara itu, pada lintasan (2), diperoleh x y , dx dy dan dz 0 ,
sehingga, F = x2 i + 2x(x+1)j dan dl dxi dyj

F dl ( x 2i 2 xx 1) j (dxi dxj)
x 2 dxi i 2 xx 1dxj j

x 2 dx 2 x( x 1)dx 3x 2 2 x dx
Jadi F dl 3x 2 2 x dx x3 x 2 10
b 2
2

1
a 1

Sehingga untuk loop yang bergerak dari lintasan (1) dan kembali lewat
lintasan (2), diperoleh :

F dl 11 10 1
2. Integral Luas
Integral luas dinyatakan dalam bentuk :

J dA
A
(1.21)

Dengan J adalah fungsi vektor dan dA adalah elemen kecil dari luasan yang
selalu tegaklurus dengan luas permukaan, seperti ditunjukkan dalam gambar
(1.12).

Gambar 1.12. Elemen luasan dA selalu tegak lurus bidang permukaan


Tentu saja ada dua luas permukaan yang tegak lurus terhadap setiap luasan, jadi
integral luas pada hakekatnya berarti dua. Jika luas permukaan tersebut tertutup
misalkan berbentuk balon, maka tanda pada integralnya menjadi :

J dA (1.22)

Hal yang sudah sering dilakukan adalah jika arah vektor luas permukaan ke
luar, maka diberi tanda positif. Akan tetapi untuk luasan permukaan bebas,
maka tanda tersebut bisa berubah-ubah.

15
Jika J menggambarkan aliran fluida yang menembus suatu luas penampang
(massa persatuan luas persatuan waktu), maka J dA menunjukkan
A
total

massa persatuan waktu yang menembus luasan yang dikenal sebagai fluks
(flux).
Contoh soal 8.
Hitunglah integral luasan dari J 2 xzi x 2j yz 2 3k di kelima sisi
(tidak termasuk alas bawah) dari kotak seperti pada gambar (1.14). Elemen sisi
luasan yang arah ke atas dan ke luar diberi nilai positif seperti yang perlihatkan
dengan arah anak panah.

Gambar 1.13. Kotak kubus dengan lima sisi


yang diberi tanda anak panah.

Penyelesaian :
Utuk sisi (i) diperoleh x 2, dA dydzi , jadi


J dA [2 xzi x 2j y z 2 3 k ] dydzi
2 xzdydz 4 zdydz
2 2

J dA 4 dy zdz 16
0 0

Untuk sisi(ii) diperoleh x 0, dA dydzi , jadi


J dA 2 xzdydz 0, sehingga

J dA 0
Untuk sisi (iii) diperoleh y 2, dA dxdzj
J dA ( x 2)dxdz , sehingga
2 2

J dA ( x 2)dx dz 12
0 0

Untuk sisi (iv) diperoleh y 0, dA dxdzj


J dA ( x 2)dxdz , sehingga
2 2

J dA ( x 2)dx dz 12
0 0

Untuk sisi (v) diperoleh z 2, dA dxdyk

16
J dA y ( z 3 3)dxdy ydxdy , sehingga
2 2

J dA dx ydy 4
0 0

Jadi fluks total adalah :

J dA 16 0 12 12 4 20
Permukaan

3. Integral Volume
Integral luas dinyatakan dalam bentuk :

TdV
V
(1.23)

Dengan T adalah fingsi skalar (misalkan fungsi dari temperatur) dan dV adalah
elemen kecil volume yaitu dV dxdydz . Sebagai contoh, jika T adalah rapat
massa dari zat yang bervariasi dari titik ke titik, maka integral volume
menghasilkan total massa. Adakalanya ditemui integral volume dari fungsi
vektor :

vdV v i v j v k dV i v dV j v dV k v dV
x y z x y z (1.24)

Sebab vektor satuan adalah konstan, sehingga dapat dikeluarkan dari integral.

1.9 Teorema Gradien


Telah dibahas pada integral garis bahwa integral garis suatu fungsi vektor yaitu F
dari suatu posisi ke posisi lain menghasilkan harga yang tidak bergantung pada
lintasan yang dilalui oleh F, yang dikenal dengan istilah konservatif. Persamaan
(1.19) menjadi (David J.Griffiths, 1999):
b

F dl W (b) W (a) W
a
(1.25)

Jika F adalah medan vektor, maka W adalah medan skalar. Karena tidak
bergantung pada bentuk lintasan, maka lintasan yang dilalui oleh medan vektor F
dapat merupakan garis lurus, sehingga :
dW
F W (1.26)
dr
Persamaan (1.25) menyatakan bahwa gradien suatu medan skalar akan
menghasilkan medan vektor yang konservatif. Ciri dari medan yang konservatif
adalah jika F 0 . Berdasarkan pernyataan dari persamaan (1.26), maka
persamaan (1.25) dapat ditulis sebagai :
17
b

W dl W (b) W (a)
a
(1.27)

Persamaan (1.27) disebut sebagai teorema gradien.


Contoh Soal 9 .
Misalkan W xy 2 dan titik a diletakkan pada pusat koordinat (0,0,0) dan titik b

terletak pada koordinat (2,1,0) seperti pada gambar (1.15). Hitunglah W dl


dengan menggunakan teorema gradien.

Gambar 1.14

Penyelesaian :
Diketahui : W xy 2 , dl dxi dyj dzk

W (i j k )( xy 2 ) i ( xy 2 ) j ( xy 2 ) y 2i 2 xyj
x y z x y
Jadi dengan menggunakan teorema gradien untuk lintasan :
(i) y 0; dl dxi, sehinggaW dl y 2dx 0

Jadi W dl 0
i

(ii) x 2; dl dyj, sehinggaW dl 2 xydy 4 ydy


1 1

Jadi W dl 4 ydy 2 y 2
2
ii 0 0

Sehingga total integralnya adalah 2, sesuai dengan teorema gradien yaitu


W (b) W (a) 2 0 2
(iii) Jika lewat lintasan (iii) berarti langsung dari titik a ke titik b, maka persamaan
garisnya adalah : y 12 x, dy 12 dx. W dl y 2dx 2 xydy 34 x 2dx
2 2

Jadi W dl x dx x
3
4
2 1
4
3
2
iii 0 0

18
1.10 Teorema Divergensi

Teorema divergensi dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis sebagai :

( J)dV J dA
V A
(1.28)

Teorema divergensi diterapkan pada hukum Gauss untuk medan listrik. Tinjau
suatu keadaan sederhana yaitu terdapat muatan titik q terlatak pada pusat
koordinat, maka muatan q akan mengeluarkan garis gaya listrik kesegala arah.
Tinjau kuat medan listrik E pada sembarang titik sejauh r dari pusat koordinat o,
sehingga jumlah garis gaya listrik yang menembus suatu permukaan tertutup A
pada jarak r adalah sama dengan jumlah muatan yang dilingkupi oleh permukaan
A. Secara matematis dinyatakan sebagai :

E dA
A
0 ( E)dV 0 dV
1
V
1
V
(1.29)

1.11 Teorema Curl

Teorema Curl, dengan nama khusus yaitu Teorema Stokes (Stokes Theorem)
dinyatakan sebagai berikut :

( E) dA E dl E dl
A C
(1.30)

Persamaan (1.30) menyatakan bahwa ( E) dA adalah sama dengan


A
integral

garis dari medan vektor E sepanjang lintasan tertutup sembarang. Untuk suatu
permukan tertutup elemen luas dA arahnya normal keluar, sesuai dengan teorema
Stokes yang mengikuti kaidah tangan kanan untuk menentukan arah nornal elemen
luas tersebut seperti ditunjukkan pada gambar (1.15).

Contoh Soal 10.


Diberikan suatu medan vektor E (2 xz 3 y 2 )j 4 yz k , gunakan teorema Stokes

untuk menghitung E dl yang sesuai arah anak panah seperti yang ditunjukkan

pada gambar (1.16).

19
Penyelesaian :
Diketahui fungsi medan vektor adalah E (2 xz 3 y 2 )j 4 yz k , sehingga :

E (4 z 2 2 x)i 2 z k dan dA dydzi . Jika arah panah berlawanan arah


jarum jam, maka arah elemen luasan dA ke arah sumbu x. Jika arah panahnya
searah jarum jam, maka dA dydzi tetapi tidak diharuskan searah jarum jam.
Untuk x = 0, maka :
1 1
4
( E) dA 4 z dydz
2

A 0 0
3

Untuk masing-masing segmen garis diperoleh :


1
x 0, z 0, E dl 3 y 2dy, E dl 3 y dy 1
2
(i)
0

1
4
x 0, y 1, E dl 4 z dy, E dl 4 z dz 3
2 2
(ii)
0

0
x 0, z 1, E dl 3 y dy, E dl 3 y dy 1
2 2
(iii)
1

0
(iv) x 0, y 0, E dl 0, E dl 0dz 0
1

4 4
Jadi, E dl 1 1 0
3 3

Soal-soal Latihan :
1. Tiga vektor A, B, dan C diberikan oleh A 3i - 2j 2k, B 6i 4j - 2k
dan C -3i - 2j - 4k .
Hitunglah nilai dari :
a. A B C ; b. A (B C) ; c. C (A B) dan d. B (B A)

2. Diberikan suatu medan skalar x 2 yz 3 dan suatu medan vektor

A xzi y 2 j 2 x 2 yk . Hitunglah :
a. grad
b. divA A
c. curlA A

20
3. Diberikan suatu fingsi skalar W x2 4 xy 2 yz 3 dan titik a diletakkan pada pusat
koordinat (0,0,0) dan titik b terletak pada koordinat (1,1,1), dan tiga lintasan
b
lainnya seperti pada gambar di bawah ini. Hitunglah W dl
a
dengan

menggunakan teorema gradien.


a. 0,0,0 1,0,0 1,1,0 1,1,1
b. 0,0,0 0,0,1 0,1,1 1,1,1
c. Lintasan parabolik z x 2 ; y x

4. Hitunglah dengan menggunakan teorema divergensi untuk fingsi vektor berikut


J ( xy)i (2 yz ) j (3zx)k , seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

5. Hitunglah dengan teorema Stokes fungsi E ( xy )i (2 yz )j 3zxk dengan


menggunakan luas segitiga seperti pada gambar di bawah ini.

Umpan Balik
1. Mahasiswa harus menyelesaikan semua yang ada secara benar dan memahami arti
fisis semua parameter yang berkaitan dengan permasalahan
2. Bila hanya mampu menyelesaikam sebagian dari soal yang tersedia (kurang 40%).
Mahasiswa harus mengulang materi bab ini sampai mahasiswa mampu
menyelesaikannya secara keseluruhan dan benar.

Kunci Jawaban :
2. a. grad 2 xyz 3i x 2 z 3 j 3x3 yz 2k
b. divergensiA z 2 y 0 z 2 y
c. culr A 2 x2i 4 xy x j

3. Griffiths, D.J., 2004 Griffiths, D.J., 2004


b
a. W dl 7
a

21
b
b. W dl 7
a

b
c. W dl 7
a

4. ( J)dV 48
V

8
5. Griffiths, D.J., 2004. E dl
3

6. Buat ringkasan dengan benar.

Daftar Bacaan :

1. Arfken, G. B., 2005 Mathematical Methods For Physicists 6rd edition, Elsevier
Academic Press

2. Griffiths, D.J., 1999 Introduction of Electrodynamics 3rd edition, Prentice Hall,


New Jersey

3. Griffiths, D.J., 2004. Introduction of Electrodynamics-Solution, 3rd edition,


Prentice Hall, New Jersey.

4. Rao, N.N., 1974 Basic Electromagnetics with Application, Prentice Hall of India,
New Delhi.

22
23

Anda mungkin juga menyukai