Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel terdiri atas dua tipe, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Kedua
tipe sel tersebut secara kimiawi serupa, yaitu sama-sama memiliki asam
nukleat, protein, lipid, dan karbohidrat. Kedua tipe sel tersebut juga
menggunakan reaksi kimia yang sama untuk memetabolisme makanan,
membentuk protein, dan menyimpan energi. Yang membedakan sel
prokariotik dari sel eukariotik adalah struktur dinding sel, membran sel, serta
tidak adanya organel, yaitu struktur seluler yang terspesialisasi yang memiliki
fungsi-fungsi yang spesifik.
Fungi adalah eukariota, dan sebagian besar adalah eukariota
multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompokkan kedala kingdom
tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang berbeda dari eukariota lainnya
ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi struktural, serta
pertumbuhan dan reproduksi. Pada kenyataannya, kajian molekuler
menunjukkan bahwa fungi dan hewan kemungkinan bersal dari satu nenek
moyang yang sama.
Kata fungi dan kapang dapat menimbulkan kesan yang tidak
menyenagkan. Fungi menguraikan kayu, menyerang tumbuhn, merusak
makanan, dan menyebabkan penyakit lain pada manusia seperti gatal-gatal
pada kaki atlet dan penyakit yang lebih buruk lagi. Akan tetapi ekosistem akan
musnah bila tidak ada fungi yang menguraikan organisme mati, dedaunan
yang gugur feses, dan bahan organik lain. Fungi telah digunakan oleh manusia
dalam berbagai cara selama berabad-abad. Kita memakan beberapa jenis fungi
misalnya (cendawan), membiakkan fungi untuk menghasilkan obat-obatan
lainnya. Fungi sangat menarik sebagai objek untuk dipelajari. Melalui
makalah ini akan dibahas tentang morfologi dan anatomi sel eukariotik serta
biologi, distribusi dan pengelompokkan fungi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana morfologi dan anatomi sel eukariotik?

1
2. Apakah yang dimaksud dengan fungi?
3. Bagaimana morfologi fungi?
4. Bagaimana biologi fungi?
5. Bagaimna distribusi dan pengelompokkan fungi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui morfologi dan anatomi sel eukariotik.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan fungi.
3. Mengetahui morfologi fungi.
4. Mengatahui biologi fungi.
5. Mengetahui distribusi dan pengelompokkan fungi.

2
BAB 2
ISI

2.1 Morfologi dan Anatomi Sel Eukariotik


Sel eukariotik mengandung organel seperti nukleus, mitokondria,
kloroplas, retikulum endoplasma, badan golgi, lososom, vakuola, peroksisom,
dan lain-lain. Organel dan komponen lain berada pada sitosol yang bersama-
sama dengan nukleus disebut protoplasma. Permukaan sel hewan hanya
terdiri dari membran plasma, sedangkan pada sel tanaman selain terdapat
membran plasma juga terdapat dinding sel yang tersusun atas selulosa dan
polimer lainnya.

Ciri-ciri sel eukariotik adalah


Sitoplasma sel kariotik tidak tampak berbutir-butir (bergranula)
Memiliki sejumlah organel yang dikelilingi oleh membran termasuk
mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi, ribosom, lisosom, dan
kadang terdapat kloroplas.
Dinding sel, andaikan ada, umunya secara kimia sangat sederhana.
DNA eukariotik terikat oleh protein kromosomal (histon dan nonhiston).
Struktur DNA bersama protein kromosomal disebut kromosom. Seluruh
DNA kromosom tersimpan dalam inti sel.

3
Sel eukariotik bergerak dengan menggunakan silia atau flagela yang secara
struktural lebih kompleks dibandingkan silia atau flagela pada sel prokariotik.

2.2 Pengertian Fungi


Fungi adalah organisme kemhoheterotrof yang memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya, (sumber karbon dan energi). Bila sumber nutrisi
tersebut diperoleh dari bahan organik mati, maka fungi tersebut bersifat
saprofit. Fungi sarofit mendekomposisi sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks dan menguraikannya menjadi zat yang lebih sederhana. Dalam hal
ini, fungi bersifat menguntungkan sebagai elemen daur ulang yang vital.
Beberapa fungi juga bersifat menguntungkan karena merupakan bahan
makanan, misalnya cendawan (mushroom), dan beberapa fungi dapat
bersimbiosis dengan akar tanaman tertentu yang membantu penyerapan air
dan mineral tanah oleh akar. Simbiosis ini dikenal dengan nama mikoriza.
Beberapa fungi dapat bersifat parasit dengan memperoleh senyawa organik
dari organisme hidup. Dalam hal ini, fungi bersifat merugikan karena
menimbulkan penyakit pada manusia, hewan, maupun tanaman. Pada fungi
ada dua istilah yaitu kapang yang merupakan fungi yang berfilamen dan
multiseluler, dan khamir yaitu bentuk fungi berupa sel tunggal dengan
embelahan sel melalui pertunasan.
Identifikasi khamir serupa dengan identifikasi bakteri, yaitu dengan
melalui tes biokimia, sedangkan identifikasi kapang didasarkan pada
kenampakan fisik (morfolongi) termasuk karakteristik koloni dan spora
reproduksi.

2.3 Morfologi Fungi


Khamir (yeast) merupakan fungi bersel satu (uniseluler), tidak
berfilamen, berbentuk ovala atau bulat, tidak berflagella, dan berukuran lebih
besar dibandingkan sel bakteri, dengan lebar berkisar 15 mm dan panjang
berkisar 5-30mm. Pada kapang, tumbuhan kapang (thallus) dibedakan
menjadi dua yaitu miselum dan spora. Miselium merupakan kumpulan dari

4
beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian dari hifa yang dapat mendapat
nutrisi adalah hiva vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang yang berfungsi
sebagai alat reroduksi disebut hifa reproduksi atau hifa udara,karena
panjangnya mencapai bagian atas permukaan media tempat fugi tumbuh.
Terdapat 3 morfologi hifa :
1. Asepta (coenocytic hypha) yaitu hifa yang tidak memiliki dinding sekat
(septa)
2. Septa hifa (hifta bersekat) dengan sel-sel uninukleat.
3. Septa dengan ruang-ruang yang berisi lebih dari 1 inti (multinukleat).

2.4 Biologi Fungi


1. Reproduksi fungi
Fungi berproduksi baik secara aseksual dengan pembelahan,
pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan
inti dari kedua induknya. Sel akan membagi diri membentuk dua sel yang
sama besar, sedangkan pada pertunasan, sel anak tumbuh dari penonjolan
kecil pada sel induk. Beberapa kamir menghsilkan tunas yang tidak dapat
melepaskan diri sehingga membentuk sel-sel rantai pendek, disebut
pseudohifa.
Spora fungi dibentuk dari hifa udara atau aerial hyphae, dan dapat
berupa spora seksual ataupun spora aseksual. Spora aseksual dibentuk oleh
hifa dari satu individu fungi. Bila spora aseksual bergeminasi spora
tersebut akan menjadi fungi yang secara genetik identik induknya. Spora
seksual dihasilkan dari fusi dua inti dengan tipe seks yan berlawanan dari
satu spesies fungi yang sama. Produksi spora seksal lebih jaran
dibandingkan spora aseksual. Fungi yang tumbuh dari spora seksual akan
memiliki karakteristik genetik kedua induknya.
Macam-macam spora seksual
Konidiospora (konidium), berupa sora satu sel ataupun multisel,
nonmotil, tidak terdaat dalam kantung, dan dibentung didalam ujung
hifa (konidiofor). Konidium kecil bersel satu disebuk mikrokonidium
dan kondisi besar bersel banyak disebut makrokonidium.
Sporangiospora, merupakan spora bersel satu, terbentuk didalam
kantung yang disebut sporangium pada ujung hifa udara

5
(sporangiosora). Aplanospora merupakan sporangiospora nonmotil
dan zoospora merupakan jenis yang motil dengan adanya flagel.
Arthrospora (oidium) yaitu spora bersel satub yang yang terbentuk
melalui terputusnya sel-sel hifa.
Klamidospora, merupakan spora ber sel satu yang berdinding tebal
dan sangat resisten terhadap kondisi lingkungan yang buruk, terbentuk
dari sel hifa somatik.
Blastospora, yaitu spora aseksual yang muncul dari pertunasaan pada
sel khamir.
Spora seksual dihasilkan dari reproduksi seksual, yaitu peleburan
dua nukleus. Spora ini lebih jarang terbentuk, lebih belakangan , hanya
terbentuk dalam kondisi tertentu, dan dalam jumlah yang lebih sedikit
dibanding spora aseksual. Proses pembentukan spora seksual terdiri dari
tiga tahap, yaitu plasmogami, saat inti sel haploid dari sel donor (+)
memenetrasi sitoplasma sel resipien; karyogami, saat inti (+) dan inti (-)
berfusi, menghasilkan inti zigot diploid; serta meiosis saat inti diloid
membelah menjadi banyak inti haploid ( spora seksual) yang beberapa
diantaranya daat merupakan rekombinasi genetik.
Beberapa jenis spora seksual :
Askospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk di dalam
kantung (askun). Biasanya terdaat delapan askospora dalam setiap
askun.
Basidiospora, merupakan spora bersel satu dan terbentuk di atas
stuktur gada (basidium).
Zigospora, merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk bila dua
ujung hifa yang serasi secara seksual (gametangia) melebur.
Oospora, terbentuk dalam struktur khusus pada betina yang disebut
oogonium. Pembuahan telur (oosfer)oleh gamet jantan yang terbentuk
dalam antheridium menghaasilkan oospora. Dalam setap oogonium
terdapat satu atau beberapa oosfer.
2. Fisiologi fungi
Fungi memerlukan kondisi kelembapan yang tinggi, persedian bahan
organik, dan oksigen untuk pertumbuhannya. Lingkungan yang hangat dan

6
lembap mempercepat pertumbuhan fungi. Fungi tumbuh dengan baik pada
lingkungan yang mengandung banyak gula dengan tekanan osmotik tinggi
dan kondisi asam yang tidak menguntungkan pada pertumbuhan bakteri.
Khamir bersifat fakultatif, artinya dapat hidup dalam aerob atau
anaerob, sedangkan kapang merupakan organisme areob sejati. Fungi
tumbuh dalam kisaran temperataur yang luas, dengan temperatur optimal
berkisar antara 22-300C. Spesies fungi atogenik mempunyai temperatur
pertumbuhan optimal lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30-37 0C. Beberapa
fungi mampu hidup pada temperatur 00C sehingga menyebabkan
kerusakan produk yang disimpan pada penyimpanan dingin.
Fungi tumbuh baik pada PH +_ 5 yang terlalu asam bagi bakteri,
lebih tahan pada tekan osmotik sehingga dapat tumbuh baik pada kadar
garam atau kadar gula yang tinggi, dapat hidup pada substansi dengan
kondisi kelembapan sangat rendah, memerlukan lebih sedikit nitrogen
dibandingkan dengan bakteri dan dapat memetabolisme karbohidrat
kompleks seperti lignin sehingga dapat tumbuh pada substrat seperti
dinding karma mandi, sepatu kulit, dan sampah kertas.
Beberapa fungi terutama fungi patongen memiliki sifat dimorfisme,
yaitu memiliki dua bentuk pertumbuhan sebagai kaang atau sebagai
kharmi. Sifat dimorfisme ini tergantung pada temperatur, pada temperatur
37 derajat C merupakan fase kharmi, sedangkan pada temperatur 24-28 0C
merupakaan fase kapang.

2.5 Distribusi dan Pengelompokkan Fungi


Fungi diklasifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu Phycomycetes,
ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Berdasarkan ciri-ciri
spora seksual dan aseksual, habitat, struktur garis besar morfologi dari sifat
nutrisinya, kelas Phhycomycetes dibagi lagi menjadi enam kelas, yaitu
Cytridiomyceres, Hyocytridiomyceres, oomycetes, lasmamodiophormycetes,
trichomycetes dan zygomycetes. Keenam kelas ini umunya tidak mempunyai

7
septa (dinding pekat) yaang teratur pada benang hifanya, sehingga
mengakibatkan terdapat banyak nukleus (inti) di setiap sel benang hifa.
1. Phycomycetes
a. Divisi khitridiomikota: khitrid memberikan petunjuk mengenai
asal usul fungi
Para ahli sistemika mulai mengalami kemajuan yang pesat
dalam pemulihan hubungan filogenetik antara fungi dan eukariota
lain. Salah satu penghubung antara fungi dan protista mungkin adalah
suatu kelompok organisme yang disebut khitrid. Sebagian besar
khitrid adalah organisme akuatik. Beberapa diantaranya adalah
saproba; yang lain hidup sebagai parasit di dalam protista, tumbuhan,
dan juga di dalam invertebrate akuatik.
Hingga saat ini, sejumlah ahli sistematika menekankan tidak
adanya sel-sel berflagela sebagai salah satu kriteria bagi anggota
dalam kingdom fungi. Dengan kriteria tersebut, khitrid dikeluarkan
dari kingdom fungi dan dimasukkan kedalam kingdom protista (dalam
sistem lima kingdom), karena khitrid membentuk spora flagela
tunggal yang disebut zoospora. Akan tetapi, dalam satu dekade
belakangan ini, para ahli sistematika molekuler yang membandingkan
urutan protein dan urutan asam nukleat pada khitrid dan fungi
menentukan bukti kuat untuk menggabungkan khitrid dengan fungi
sebagai salah satu cabang monofiletik dari pohon silsilah eukariotik.
Cirri-ciri utama seperti fungi lain yang ditemukan pada khitrid adalah
cara nutrisi yang absorptive dan dinding sel yang terbuat dari kitin.
Sebagian besar khitrid membentuk hifa senositik, meskipun ada juga
yang uniseluler, khitrid juga memiliki beberapa enzim utama dan jalur
metabolism yang dimiliki fungi tetap tidak ditemukan pada apa yang
disebut-sebut sebagai protista-protista mirip fungi (jamur lendir dan
jamur air). Bukti-bukti yang ada menyebabkan banyak ahli biologi
mengklasifikasikan khitrid kedalam divisi khitridiomikota di dalam
kingdom fungi, dan inilah pandangan taksonomik yang kita ikuti.

8
Bukti molekuler juga mendukung hipotesis bahwa khitrid
merupakan fungi yang primitif, yang berarti bahwa khitrid termasuk
kedalam garis keturunan yang memisah paling awal dalam filogeni
fungi. Satu perluasan yang masuk akal dari hipotesis ini adalah bahwa
fungi berevolusi dari protista yang memilki flagela, suatu ciri yang
dipertahankan dalam kingdom fungi hanya oleh khitrid.
b. Divisi zigomikota : fungi zigot membentuk struktur dikariotik
yang resisten selama reproduksi seksual.
Pada ahli mikologi mendeskripsikan sekitar 600 zigomisetes,
atau fungi zigot. (Akhiran misetes, yang banyak sekali terdapat dalam
bab ini, berarti Fungi.) Fungi-fungi ini sebagian besar adalah
organisme darat dan hidup didalam tanah atau pada bagian tumbuhan
dan hewan yang membusuk. Salah satu kelompok besar yang penting
membentuk mikorhiza, yaitu asosiasi mutualistik zigomisetes dengan
akar tumbuhan. Hifa zigomisetes adalah hifa senositik, degan septa
yang hanya ditemukan ditempat sel reproduksi terbentuk. Nama divisi
ini berasal dari zigosporangia, struktur resisten yang terbentuk selama
reproduksi seksual.
Salah satu jenis zigomistes yang umum adalah kapang roti
hitam. Rhizopus stolonifer, kadang-kadang masih merupakan hama
rumah tangga, meskipun telah dilakukan penambahan pengawet pada
sebagian besar makanan olahan. Hifa horisontal menyebar diseluruh
makanan, menembus, dan menyerap nutrien. Dalam fase aseksual,
sporangium-sporangium bulat berwarna hitam berkembang pada
ujung hifa yang tegak. Di dalam masing-masing sporangium, ratusan
spora haploid berkembang dan tersebar melalui udara. Spora yang
kebetulan jatuh pada makanan yang lembab akan berkecambah,
tumbuh menjadi miselia baru. Jika kondisi lingkungan semaki
memburuk- misalnya, jika makanan sudah habis- dan terdapat
kehadiran miselia dari tipe perjodohan yang berlawanan (dengan
nukleus yang secara genetik berbeda), spesies Rhizopus ini

9
bereproduksi secara seksual. Zigosporangia yang terbentuk resisten
terhadap pembekuan dan pengeringan dan secara metabolis tidak
aktif. Ketika kondisi membaik, zigosporangia melepaskan spora
haploid yang secara genetik beragam, yang kemudian akan
mengkolonisasi substrat baru tersebut.
Beberapa zigomisetes sesungguhnya dapat mengarahkan
sporanya. Salah satunya adalah Pilobolus, sejenis fungi yang
menguraikan kotoran hewan. Pilobolus membengkokkan hifanya yang
mengandung sporangium itu ke arah cahaya, arah dimana rumput-
rumput kemungkinan akan tumbuh. Keseluruhan sporangium itu
kemudian pecah dari ujung hifa, kadang-kadang terpelanting dan
mendarat sejauh 2 m. Adaptasi ini menyebarkan spora menjauhi
kumpulan kotoran tersebut dan pindah kerumput-rumputan di
sekitarnya, yang akan dimakan oleh hebivora seperti sapi. Siklus
hidup aseksual ini selesai ketika hewan itu menebarkan spora dalam
feses.
2. Ascomycetes
lebih dari 60.000 spesies askomisetes, atau fungi kantung (sac
fungi), telah dideskripsikan dari berbagai ragam habitat laut, air tawar
dan darat. Fungi kantung bervariasi dalam ukuran dan kompleksitas dari
khamir uniseluler hingga ke fungi kecil mangkok rumit dan morel.
Askomisetes meliputi beberapa patogen tumbuhan yang paling merusak.
Akan tetapi, ada banyak fungi kantung yang merupakan saprobe yang
penting, khususnya bagi bahan yang berasal dari tumbuhan. Sekitar
separuh dari spesies askomicetes hidup dengan alga dalam gabungan
simbiotik yang disebut lichen. Beberapa askomisetes, yang meliputi
morel, membentuk mikorhiza dengan tumbuhan. Yang lain hidup pada
daun di permukaan sel mesofil, di mana fungi tersebut membantu
melindungi jaringan tumbuhan dari serangan serangga, yaitu dengan cara
mengeluarkan senyawa beracun.

10
Ciri yang mendefinisikan Askomikota adalah fungi ini
menghasilkan spora seksual dalam aksi (tunggal, askus) yang mirip
kantung. Berbeda dengan fungi zigot, sebagian besar fungi kantung
mengandung tahapan seksual mereka dalam badan buah makroskopik,
atau askokarpus. Askomisetes bereproduksi secara aseksual dengan cara
menghasilkan spora aseksual dalam jumlah yang amat besar, yang sering
kali tersebar oleh angin. Spora aseksual ini dihasilkan pada ujung hifa,
seringkali dalam rantai yang panjang atau dalam kelompok.
Ascomycetes atau fungi berkantung, membentuk satu atau lebih
(umumnya delapan) spora seksual (askospora) dalam sel terbentuk
kantung yang disebut askut. Spora aseksual yang di produksi
ascomycetes sering kali berupa mikrokokonidia bersel tunggal.
Mikrokonidia mungkin diproduksi dalam rantai panjang yang menjalar
dari hifa udara yang disebut konidior atau sebagian mikroaleurospora.
Beberapa Ascomycetes membentuk tubuh buah atau askokarp yang
mengelilingi askus bersama askosporanya.
Sebagian besar Ascomycetes hidup sebagai saprofit. Beberap
spesies merupakaan parasit. Contohnya adalah Piedraia hortai yang
menyebabkan infeksi rambut pada manusia. Banyak Ascomycetes
tumbuh sebgai khamir bersel tunggal. Misalnya khamir dari genus
Saccharomyces yang banyak digunakan dalam industri makanan dan
minuman.

3. Basidiomycetes
Sekitar 25.000 fungi, yang meliputi cendawan, fungi rak, puffball,
dan rust, dikelompokkan ke dalam divisi Basidiomikota. Nama itu berasal
dari basidium (bahasa latin yang berarti alas kecil), suatu tahapan
diploid sementara dalam siklus hidup organisme tersebut. Bentuk
basidium yang mirip gada juga menyebabkan fungi tersebut dikenal
dengan nama umum fungi gada (club fungi).

11
Basidiomisetes merupakan pengurai penting bagi kayu dan bagian
tumbuhan lainnya. Divisi Basidiomisetes juga mencakup mutualis yang
membentuk mikorhiza dan parasit tumbuhan. Di antara semua fungi,
basidiomisetes saprobik adalah yang paling baik dalam mengurai polimer
lignin yang kompleks, suatu komponen kayu yang sangat berlimpah.
Banyak diantara fungi rak menjadi parasit pada kayu pohon yang lemah
atau yang rusak dan mengurai kayu tersebut setelah pohon itu mati. Dua
kelompok basidiomisetes, rust dam smut, mencakup terutama
parasittumbuhan yang sangat merusak.
Siklus hudup fungi gada biasanya meliputi miselium dikariotik
yang bertahan lama. Secara periodik, sebagai tanggapan terhadap
rangsangan lingkungan, miselium ini bereproduksi secara seksual dengan
cara menghasilkan tubuh buah yang rumit yang disebut basidiokarpus.
Jumlah basidia suatu basidiokarpus yang banyak itu merupakan sumber
spora seksual. Reproduksi aseksual basidiomisetes lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan pada askomisetes.
Basidiomycetes membentuk spora seksual secara eksternal pada sel
berbentuk gada. Reproduksi seksual mungkin terjadi melalui pertunasan,
mikrokonidin atau dengan fragmentasi benang hifa. Umumnya hifa
Basidiomycetes bersepta. Basidiomycetes membentuk tubuh buah atau
basidiokarp, yang mengandung basidia dan basidiospora. Basidiomycetes
yang banyak dikenal meliputi cendawan papan pada pepohonan,
cendawan karat dan cendawan gosong yang menghancurkan serealia.
Banyak diantaranya yang bersifat toksik dan menyebabkan kematian
akibat mikotoksin yang dihasilkannya.
Cendawan merupakan satu contoh basidiokarpus. Tudung
cendawan menyokong dan melindungi permukaan basidia yang sangat
luas; setiap jamur yang umum dibeli di toko memiliki luas permukaan
bagian bawah sekitar 200 cm2. Cendawan seperti ini dapat melepaskan
miliaran basidiospora, yang jatuh di bawah tudung dan tertiup jauh.
Basidiomisetes yang disebut stinkhorn Menghasilkan basidiospora dalam

12
suatu kumpulan yang berlendir dan berbau busuk pada permukaan atas
basidiokarpus, yang mirip dengan daging yang membusuk dalam hal bau
dan penampilan. Lalat dan serangga pemakan bangkai yang tertarik pada
stinkhorn itu akan menyebarkan sporantya yang lengket.
4. Deuteromycycetes
Deuteromycycetes atau fungi imperfecti adalah fungi yang status
seksualnya belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, karena
konidiumnya jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies masih dianggap
tergolong kedalam kelas ini meskipun tingkat seksualnya saat ini telah
diketahui dengan baik. Kapang genus Penicillium dan Aspergillus
diklasifikasikan sebagai Deuteromycetes meskipun tingkat pembentukan
askosporanya telah ditemukan pada beberapa spesies. Kapang ini
memiliki konidium yang khas dan mudah dibedakan, contohnya
konidiofor Aspergillus dan Penicillium.
Sedangkan beberapa fungsi patogen termasuk kedakam kelas
Deuteromycetes dan memiliki sifat dimorfisme, yang khas. Penyakit yang
disebabkan oleh fungi. Deuteromycetes meliputi infeksi permukaan yaitu
infeksi kulit yang terbatas pada jaringan karatin yaiyu kuku, rambut, dan
stratum korneum kulit, serta infeksi sistemik dibawah kulit maupun lebih
dala lagi yang dapat menginfeksikan organ dalam dan menimbulkan
kerusakan fatal.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sel eukariotik mengandung organel seperti nukleus, mitokondria,
kloroplas, retikulum endoplasma, badan golgi, lososom, vakuola,
peroksisom, dan lain-lain.
2. Fungi adalah organisme kemhoheterotrof yang memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya, (sumber karbon dan energi).
3. Khamir (yeast) merupakan fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen,
berbentuk ovala atau bulat, tidak berflagella, dan berukuran lebih besar

13
dibandingkan sel bakteri, dengan lebar berkisar 15 mm dan panjang
berkisar 5-30mm.
4. Fungi berproduksi baik secaraa aseksual dengan pembelahan, embentukan
tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan inti dari kedua
induknya.
5. Fungi memerlukan kondisi kelembapan yang tinggi persedian bahan
organik dari oksigen dari pertumbuhannya. Lingkungan yang hangat dan
lembap mempecepat pertumbuhan fungi.
6. Fungi diklasifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu Phycomycetes,
ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai