Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID
Oleh: Jayanti Indrayani

1. PENGERTIAN
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik, hanya apabila hemoroid ini menyebabkan
keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan (R.Sjamsuhidayat, 2004).
Hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang
mengandung pleksus vena, arteri kecil dan jaringan areola yang melebar (Grace,
2007).

2. Klasifikasi
a. Hemoroid intern
Adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Diklasifikasikan dalam 4
derajat:
D e r a j a t B e r d a r a h M e n o n j o l R e p o s i s i
I + - -
I I + + s p o n t a n
I I I + + Tidak dapat
I V + t e t a p Tidak dapat
b. Hemoroid ekstern
Adalah pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di
sebelah distal garis mukokutan di dalam jarigan di bawah epitel anus.Di
klasifikasikan sebagaihemoroid eksterna akut dan hemoroid eksterna kronik.
Akut: nampak bengkak, kebiru-biruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri dan diobati dengan kompres duduk
panas, analgesik, bahkan anastesi lokal untuk menyangkut thrombus.
Kronik: Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah.

3. Etiologi
- Keturunan

1
- Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat),
konstipasi
- Perubahan hemodinamik (misalnya selama kehamilan)

4. Manifestasi Klinis
- Perdarahan saat BAB umumnya merupakan tanda pertama hemoroid
intern akibat trauma oleh feses yang keras.
- Benjolan pada anus
- Nyeri hebat hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami
thrombosis.

2
5. Patofisiologi
6.
Mengedan konstipasi Hamil
7.
Resiko
8. kekambuhan
9. Peningkatan tekanan vena
10. hemoroidalis Ansietas
11. Luka terbuka
Terputusnya kontinuitas jaringan
Dilatasi kronis dari pleksus
12.
vena submukosa hemoroidalis
13. Port de entry
Mengeluarkan mediator kimia
kuman
14. (histamine, bradikinin, Hemoroid
prostaglandin)
15.
Resiko
16. Pembedahan (operasi)
Merangsang ujung-ujung infeksi
17. syaraf tepi
18. Anestesi
Dihantarkan ke hipotalamus
19.
20. Efek general anestesi
Dikembalikan lagi ke syaraf afferent
21. Efek anestesi SAB pada lumbal 4-
22. Blok pada fleksus
5 saraf
Nyeri Penurunan Penurunan Melemahnya
sensorik,motorik dan autonomic
23. peristaltik usus kesadaran kontraksi otot
lumbal 4-5
detrusor

Kelemahan neuromuscular dari Resiko Resiko


cedera Retensi urine
ekstremitas bawah konstipasi

Hambatan mobilitas fisik


3
24. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan colok dubur
25. Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebabtekana vena didalamnya
tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
2. Anoskop: diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar
3. Proktosigmoiddoskopi: untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan ditingkat yang
lebih tinggi
26.
27.
28.
29. Penatalaksanaan
30. Hemoroid adalah normal dan oleh karena tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan.
a. Penatalaksanaan konservatif
1) Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obaytan yang dapat menyebabkan konstipasi seperti
kodein
2) Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan data bang air besar
3) Kombinasi antara anestesi local, kortikosteroid, dan antiseptic dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid.
Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk
mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat
memebantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta
efek antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya
b. Hemoroid derajat 1 dan 2:
- Diberi nasehat tentang makan yaitu makanan berserat tinggi.
- Supositoria dan salep anus
- Dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan
- Rendam duduk dengan cairan hangat dapat mengurangi nyeri.
- Skleroterapi
31. Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi jaringan fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis

4
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan
dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
c. Hemoroid derajat 3 dan 4:
- Ligasi dengan gelang karet
32. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus.
Gelang karet didoromg dari ligator dan ditempatkan secara rapat disekeliling
mukosa pleksus hemoroidalis. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam
beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut
akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.
- Bedah beku
33. Hemoroid dapat dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah
sekali.
- Hemoroidektomi
34. Adalah mekakukan eksisi sehemat mungkin pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
35.
36. Komplikasi
- Anemia karena perdarahan hebat
- Strangulasi (perlekatan)
- Thrombosis
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas penderita
47. Sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari
25 tahun.
b. Riwayat keperawatan
- Keluhan utama: perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defekasi.
- Riwayat penyakit sekarang
48. di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

5
- Riwayat penyakit sebelumnya
49. pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga
50. Ada keluarga yang menderita hemoroid
- Riwayat alergi
51. Alergi makanan atau obat
c. Kebutuhan dasar
- Pola Nutrisi klien :pola makannya tidak suka sayur, buah, kurang minum
- Eliminasi : konstipasi
- Pola istirahat : waktu istirahat pada malam hari terganggu akibat nyeri
pada area operasi
- Pola Aktivitas : dapat beraktivitas secara aktif
- Hygiene perseorangan:dapat memenuhi kebutuhan higiene secara
mandiri
d. Pemeriksaan fisik
- Sistem pernafasan: tidak ada gangguan pola nafas, irama pernafasan
regular
- Sistem neurologi
52. Ekspresi wajah klien kesakitan (meringis, menangis, merintih ), skala
nyeri(0:tidak nyeri, 1-2 nyeri ringan, 2-3 nyeri sedang, 3-4 nyeri berat, 4-5
nyeri sangat berat), kesadaran composmentis.
- Sistem pencernaan
a. Inspeksi:
o Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
o Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
o Bagaimana warnanya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
o Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal)
b. Palpasi
Dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin
dengan melakukan rektal toucher, dengan memasukkan satu jari
kedalam anus. Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah
ada perdarahan
- System sirkulasi
53. konjungtiva merah muda, mukosa bibir lembab, kondisi akral hangat , warna
merah, kering dan CRT kurang dari 2 detik, tekanan darah dan nadi normal
menandakan adanya perfusi baik.
- Sistem perkemihan
54. Frekuensi BAK, warna, jumlah.
- Sistem integument
55. Keadaan luka operasi di anus (merah, bengkak, hangat, rembesan), keadaan
daerah anus (bersih/kotor)
- Sistem musculoskeletal

6
56. Diperiksa pergerakan klien selama pemeriksaan untuk menentukan tonus
otot tubuh secara keseluruhan.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Rectal toucher (colok dubur): untuk menyingkirkan karsinoma rectum.
2. Anaskopi: untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol keluar.
3. Proktosigmoidoskopi: untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertainya.
57.
2. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2
dengan kebutuhan
3. Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan
kehilangan berlebihan melalui hemoragik
4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik usus.
58.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
59. N 60. diagnosa 61. Tujuan dan criteria hasil 62. intervensi
o
63. 1 64. Nyeri b.d gangguan pd 88. NOC : 100. NIC :
jaringan kulit 89. Pain Level, 101. Pain Management
65. 90. Pain control, 102. Lakukan
66. Definisi : pengkajian nyeri
91. Comfort level
67. Sensori yang tidak secara
92. Kriteria Hasil :
menyenangkan dan komprehensif
93. Mampu mengontrol
pengalaman emosional termasuk lokasi,
nyeri (tahu penyebab
yang muncul secara karakteristik, durasi,
nyeri, mampu
aktual atau potensial frekuensi, kualitas
menggunakan tehnik
kerusakan jaringan atau dan faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk
menggambarkan adanya 103. Observasi
mengurangi nyeri,
kerusakan (Asosiasi reaksi nonverbal
mencari bantuan)
Studi Nyeri dari
94. Melaporkan bahwa
Internasional): serangan ketidaknyamanan
nyeri berkurang
mendadak atau pelan 104. Gunakan
dengan menggunakan
intensitasnya dari ringan teknik komunikasi

7
sampai berat yang dapat manajemen nyeri terapeutik untuk
diantisipasi dengan akhir 95. Mampu mengenali mengetahui
yang dapat diprediksi nyeri (skala, pengalaman nyeri
dan dengan durasi intensitas, frekuensi pasien
kurang dari 6 bulan. dan tanda nyeri) 105. Kaji kultur
68. 96. Menyatakan rasa yang mempengaruhi
69. Batasan karakteristik : nyaman setelah nyeri respon nyeri
70. - Laporan berkurang 106. Evaluasi
secara verbal atau 97. Tanda vital dalam pengalaman nyeri
non verbal rentang normal masa lampau
71. - Fakta dari 98. 107. Evaluasi
observasi 99. bersama pasien dan
72. - Posisi antalgic tim kesehatan lain
untuk menghindari tentang
nyeri ketidakefektifan
73. - Gerakan kontrol nyeri masa
melindungi lampau
74. - Tingkah laku
108. Bantu
berhati-hati
pasien dan keluarga
75. - Muka topeng
untuk mencari dan
76. - Gangguan
menemukan
tidur (mata sayu,
dukungan
tampak capek, sulit
109. Kontrol
atau gerakan kacau,
lingkungan yang
menyeringai)
dapat
77. - Terfokus pada
mempengaruhi nyeri
diri sendiri
seperti suhu
78. - Fokus
ruangan,
menyempit
pencahayaan dan
(penurunan persepsi
kebisingan
waktu, kerusakan
110. Kurangi
proses berpikir,
faktor presipitasi
penurunan interaksi
nyeri
dengan orang dan
111. Pilih dan
lingkungan)
lakukan

8
79. - Tingkah laku penanganan nyeri
distraksi, contoh : (farmakologi, non
jalan-jalan, menemui farmakologi dan
orang lain dan/atau inter personal)
aktivitas, aktivitas 112. Kaji tipe
berulang-ulang) dan sumber nyeri
80. - Respon untuk menentukan
autonom (seperti intervensi
diaphoresis, 113. Ajarkan
perubahan tekanan tentang teknik non
darah, perubahan farmakologi
nafas, nadi dan 114. Berikan
dilatasi pupil) analgetik untuk
81. - Perubahan mengurangi nyeri
autonomic dalam
115. Evaluasi
tonus otot (mungkin
keefektifan kontrol
dalam rentang dari
nyeri
lemah ke kaku)
116. Tingkatka
82. - Tingkah laku
n istirahat
ekspresif (contoh :
117. Kolaboras
gelisah, merintih,
ikan dengan dokter
menangis, waspada,
jika ada keluhan dan
iritabel, nafas
tindakan nyeri tidak
panjang/berkeluh
berhasil
kesah)
118. Monitor
83. - Perubahan
penerimaan pasien
dalam nafsu makan
tentang manajemen
dan minum
nyeri
84.
119.
85. Faktor yang
120. Analgesic
berhubungan :
Administration
86. Agen injuri (biologi,
121. Tentukan
kimia, fisik, psikologis)
87. lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat

9
nyeri sebelum
pemberian obat
122. Cek
instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
123. Cek
riwayat alergi
124. Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
125. Tentukan
pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
126. Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian, dan
dosis optimal
127. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
128. Monitor
vital sign sebelum
dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
129. Berikan

10
analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
130. Evaluasi
efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
(efek samping)
131.
132. 133. Intoleransi aktivitas 149. NOC : 156. NIC :
2 b/dkekurangan suply O2 150. Energy 157. Energy
dengan kebutuhan conservation Management
134. 151. Self Care : 158. Observasi
135. ADLs adanya pembatasan
136. Definisi : 152. Kriteria Hasil : klien dalam
Ketidakcukupan energu 153. Berpartisipa melakukan aktivitas
secara fisiologis maupun si dalam aktivitas fisik 159. Dorong
psikologis untuk tanpa disertai anal untuk
meneruskan atau peningkatan tekanan mengungkapkan
menyelesaikan aktifitas darah, nadi dan RR perasaan terhadap
yang diminta atau keterbatasan
154. Mampu
aktifitas sehari hari. 160. Kaji
melakukan aktivitas
137. adanya factor yang
sehari hari (ADLs)
138. Batasan menyebabkan
secara mandiri
karakteristik : kelelahan
155.
139. a. melapork
161. Monitor
an secara verbal
nutrisi dan sumber
adanya kelelahan
energi tangadekuat
atau kelemahan.
162. Monitor
140. b. Respon
pasien akan adanya
abnormal dari
kelelahan fisik dan
tekanan darah atau
emosi secara
nadi terhadap
berlebihan
aktifitas
163. Monitor
141. c. Perubaha
respon
n EKG yang
kardivaskuler

11
menunjukkan aritmia terhadap aktivitas
atau iskemia 164. Monitor
142. d. Adanya pola tidur dan
dyspneu atau lamanya
ketidaknyamanan tidur/istirahat pasien
saat beraktivitas. 165.
143. 166. Activity Therapy
144. Faktor factor yang 167. Kolaborasi
berhubungan : kan dengan Tenaga
145. Tirah Rehabilitasi Medik
Baring atau dalammerencanaka
imobilisasi n progran terapi
146. Kelem yang tepat.
ahan menyeluruh 168. Bantu
147. Ketidak klien untuk
seimbangan antara mengidentifikasi
suplei oksigen aktivitas yang
dengan kebutuhan mampu dilakukan
148. Gaya 169. Bantu
hidup yang untuk memilih
dipertahankan. aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
170. Bantu
untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
171. Bantu
untuk mendpatkan
alat bantuan

12
aktivitas seperti
kursi roda, krek
172. Bantu
untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
173. Bantu
klien untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
174. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
175. Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
176. Bantu
pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
177. Monitor
respon fisik, emoi,
social dan spiritual
178.
179. 180. Defisit Volume 199. NOC: 208. NIC :
3 Cairan b.dkehilangan 200. Fluid 209. Fluid management
berlebihan melalui balance 210. Timba
hemoragik 201. Hydration ng popok/pembalut
181. Definisi : Penurunan 202. Nutritional jika diperlukan

13
cairan intravaskuler, Status : Food and 211. Pertah
interstisial, dan/atau Fluid Intake ankan catatan intake
intrasellular. Ini 203. Kriteria Hasil : dan output yang
mengarah ke dehidrasi, 204. Mempertah akurat
kehilangan cairan ankan urine output 212. Monito
dengan pengeluaran sesuai dengan usia r status hidrasi
sodium dan BB, BJ urine ( kelembaban
182. normal, HT normal membran mukosa,
183. Batasan Karakteristik 205. Tekanan nadi adekuat,
: darah, nadi, suhu tekanan darah
184. - Kelemaha tubuh dalam batas ortostatik ), jika
n normal diperlukan
185. - Haus 206. Tidak ada 213. Monito
186. - Penuruna tanda tanda dehidrasi, r hasil lAb yang
n turgor kulit/lidah Elastisitas turgor kulit sesuai dengan
187. - Membran baik, membran retensi cairan
mukosa/kulit kering mukosa lembab, tidak (BUN , Hmt ,
188. - Peningkat ada rasa haus yang osmolalitas urin )
an denyut nadi, berlebihan 214. Monito
penurunan tekanan 207. r vital sign
darah, penurunan
215. Monito
volume/tekanan nadi
r masukan makanan
189. - Pengisian
/ cairan dan hitung
vena menurun
intake kalori harian
190. - Perubaha
216. Kolab
n status mental
orasi pemberian
191. - Konsentra
cairan IV
si urine meningkat
217. Monito
192. - Temperatu
r status nutrisi
r tubuh meningkat
218. Berika
193. - Hematokrit
meninggi n cairan

194. - Kehilanga 219. Berika

n berat badan n diuretik sesuai

seketika (kecuali interuksi

14
pada third spacing) 220. Berika
195. Faktor-faktor yang n cairan IV pada
berhubungan: suhu ruangan
196. - Kehilanga 221. Doron
n volume cairan g masukan oral
secara aktif 222. Berika
197. - Kegagalan n penggantian
mekanisme nesogatrik sesuai
pengaturan output
198.
223. Doron
g keluarga untuk
membantu pasien
makan
224. Tawar
kan snack ( jus
buah, buah segar )
225. Kolab
orasi dokter jika
tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
226. Atur
kemungkinan
tranfusi
227. Persia
pan untuk tranfusi
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.

15
237.
238.
239.
240.
241.
242. DAFTAR PUSTAKA
243.
244. Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2004). Buku SakuDiagnosa Keperawatan.
(2006). alih bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC
245.
246. Mansjoer, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
247.
248. Grace, Pierce A, dkk. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Alih bahasa: dr.
Vidhia Umami. 2007. Jakarta: Penerbit Erlangga.
249.
250. Price, Sylvia A. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. (2005). alih bahasa Huriawati Hartanto. Jakarta:EGC
251.
252. R. Sjamsuhidayat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
253.
254. Saputri, Waode Nurhaeny Emba. (2010). Askep Hemoroid.
http://wdnurhaeny.blogspot.com/. diakses tanggal 21 november 2010 pukul
20.30.
255.

16

Anda mungkin juga menyukai