Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I PENDAHULUANA.

Latar Belakang Masalah


Negara Indonesia adalah sebuah kesatuan kepulauan yang penduduknya majemuk dari segi suku,
budaya, dan agama. Di samping itu pernah juga dijajah oleh Inggris dan Jepang tapi lebih lama dengan masa
penjajahan Belanda. Dari gambaran tersebut dapatkita pahami adanya pluralisme sistem hukum yang berlaku di
Indonesia. Sedangkan mayoritasnya sekitar88 % dari lebih dua ratus juta orang beragama Islam.
Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama sekiter 350 tahun, masa yang tidak sebentar..
1
Sistem hukum yang ada dan berlaku di Indonesia akibat perkembangan sejarahnya sampai saat ini masih
bersifat plural (majemuk).Hal ini terbukti dengan masih berlakunya beberapa sistem hukum yang
mempunyai corak dan susunan tersendiri. Pluralisme hukum ini juga terjadidalam bidang hukum
waris, sehingga pengaturan masalah kewarisan belum dapat keseragaman.Bentuk dan sistem
hukum waris sangat terkait dengan bentuk masyarakat dan sifat kekeluargaan. Sedangkan sistem
kekeluargaan yang ada di Indoneia berpokok pangkal pada sistem menarik garis keturunan yang pada dasarnya
dikenal ada 3 macam, yaitu: Matrilinial, Patrilinial, dan Bilateralatau Parental.

1
A. Qadri Azizy,
Eklektisisme Hukum Indonesia,
(Jogjakarta : Gama Media, 2002), h. 12
2
Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal, karenan merupakan bagian dari ajaran agama Islam
yang umum sifatnya, yaituberlaku bagi setiap orang di manapun ia berada dan apapun nasonalismenya.
Adapun tujuan dari hukum Islam pada hakikatnya adalah untuk merealisir kemaslahatan umum dan mencegah
kemafsadatan bagi umat manusia.
3
Di dalam hukum Islam masalah kewarisan mendapat perhatian besar dan merupakan bagian yang
terpenting dalam sistem hukum Islam, sehinggaIslam mengatur pembagian warisan secara rinci
agar tidak terjadi perselisihan sesama ahli waris sepeninggal orang yang hartanya diwarisi.
Pengaturan inidikenal dengan Hukum Kewarisan Islam, yaitu aturan yang mengatur pengalihan
harta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya.
4
Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana saja di dunia ini.
Sungguhpun demikian, corak suatu negara Islam dankehidupan masyarakat di negara atau daerah
tersebut memberi pengaruh atashukum kewarisan di daerah itu.
5
Tata cara pembagian harta warisan dalam Islam telah diatur sebaik-baiknya. Al-Quran menjelaskan
dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang
pun
2
M. Idris Ramulyo,
Hukum Kewarisan Perdata Barat,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2006), h.4
3
Muhtar Yahya,
Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam,
(Bandung : Al-Ma'arif,1993), h. 333
4
Zainuddin Ali,
Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2008),Cet ke-1, h. 33
5
Sajuti Thalib,
Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2008),Cet ke-9, h.1
6
Pembagian masing-masing ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuantelah ada ketentuannya dalam Al-
Quran.Allah SWT telah berfirman:Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapa dankerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari hartapeninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurutbahagian yang telah ditetapkan. (QS. An Nisa:7)
7

Dalam syariat
Islam telah ditetapkan bahwa bagian ahli waris laki-laki adalah lebih banyak daripada bagian
perempuan, yakni ahli waris laki-laki dua kali bagian ahli waris perempuan.Allah SWT berfirman:




Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian duaorang anak perempuan.(QS.An Nisa : 11)
8
Demikian juga Rasulullah SAW, memerintahkan agar kita membagiharta warisan menurut Al-Quran
sesuai dengan sabdanya:
6
Muhammad Ali Ash-Shabuni,
Pembagian Waris Menurut Islam
, (Jakarta : Gema InsaniPress, 1995), Cet. Ke-1, h. 32
7
Departemen Agama RI,
Al Qur'an dan Terrjemahan,
(Semarang : Toha Putra, 1989),h.116
8
Depag RI,
Al-Quran Dan Terjemahnya
, h. 116

4Dari Ibnu Abbas berkata : Bersabda Rasulullah SAW.Bagilah harta warisan


di antara ahli waris sesuai dengan ketentuan Kitabullah. (HR. Muslim dan
Abu Dawud).
9
Namun demikian, dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa pembagian harta warisan
juga dapat dilakukan melalui jalan perdamaian berdasarkan kesepakatan antara ahli waris
sebagaimana disebutkan dalamPasal 183 yang berbunyi :
Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam
pembagi harta warisan, setelah masing-masing menyadari
bagiannya.
10
Masyarakat desa muara paroman kecamatan sungai aur,sebuah desa yang masyarakatnya
muslim dan menganut asas bilateral atau parental, laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai hak
mewarisi harta peninggalan orang tua ataupun kerabatnya. Pembagian harta warisannyadikenal
dengan istilah
Poket barsamo,
Dimana tentang pembagian laki dan perempuan Cuma di bagi atas dasar kesepakatan
9
Adib Bisri Mustafa,
Terjemah Shahih Muslim,
(Semarang : Asy-syifa, 1993), Jilid III, h.146
10
Penerbit,
Undang-Undang Republik Indonesia NO.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam
, ( Bandung : Cutra Umbara, 2007), Cet 1, h. 295

5kesepakatan hasil musyawarah. Melihat adanya praktik yang demikian,mengingat agama dan sifat
kekeluargaan yang di anut masyarakat di desa tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul :PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN KESEPAKATAN(STUDI KASUS
DI DESA MUARA PAROMAN KECAMATAN SUNGAI AUR PASAMAN BARAT).
B.

Rumusan Masalah
Untuk memudahkan serta terangnya penelitian ini, maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut
:1.

Bagaimana praktik pembagian harta warisan di desa muara paroman kecamtan sungai aur ?2.

Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik pembagian hartawarisan berdasarkan kesepakatan
sebagaimana yang dilakukan olehsebagian masyarakat di desa tersebut?
C.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui praktik pembagian harta warisan di desa muara paroman kecamtan sungai aur
Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik pembagianharta warisan tersebut.

7 merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Kedua, tidak semua orang yang mati itu meninggalkan harta yang
patut menjadi urusan, karena tidak semua orangIslam itu kaya. Ketiga, ajaran tentang kewarisan itu
membicarakan angkayang bersifat sistematis yang tidak semua orang tertarik kepadanya.
11
Bebeda dengan Amir Syarifudin, Zainuddin Ali dalam bukunyayangberjudul
Pelaksanaan

Hukum Waris Di Indonesia


beliau mengungkapkan tentang pembagian harta warisan melalui musyawarah. Pembagian inidilakukan oleh
para ahli waris berdasarkan hak pemilikan individu terhadap harta warisan mereka, baik di wilayah
penduduk perkotaan (simpang empat),pegunungan dan dataran (tinggiran dan simpang godang)
maupun penduduk pesisirpantai (air bangis dan sikabau). Kemufakatan tersebut terjadi karena
adanya ahli waris yang dituakan atau adanya kerukunan keluarga di antara para ahliwaris.
12
Selain dari buku-buku tentang kewarisan, sepengetahuan penulis skripsi-skripsi yang membahas
tentang kewarsan tidak banyak, dan belumada yang membahas tentang praktik pembagian harta
warisan berdasarkan kesepakatan, antara lain:wira sakti tentang pelaksanaan wasiat wajibah terhadap
harta warisan ditinjau dari hukum islam
.
13
Di dalamnya membahas tentanggugatan atas harta waris, di mana gugatan ini diajukan karena si
pewaris tidak membagikan harta warisannya kepada saudara kandungnya, tetapi si
pewarismemberikan semua harta warisannya kepada anak angkatnya. Skripsi inimencoba
menganalisis praktik pembagian harta warisan, tetapi bukanpembagian berdasarkan kesepakatan,
sehingga berbeda dengan penelitianyang dilakukan penulis .Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
Rizqiyah yang berjudul
Kajian Tentang Hibah Orang Tua kepada Anak Hubungannya DenganWarisan (Studi Analisis
Terhadap Pasal 211 KHI)
14
Di dalam skripsi ini membahas tentang hibah yang dihubungkan dengan masalah waris.
Skripsi12
Rizqiyah,
Kajian Tentabg Hibah Orang Tua Kepada Anak Hubungannya DenganWarisan (Studi Analisis Terhadap Pasal
211 KHI),

13
Abdul Ghofur Anshori,
Hukum Kewarisan Islam di Indonesia; Eksistensi dan Adaptabilitas,
( Yogyakarta: EKONOSIA, 2995), Cet Ke-1, h. 2-3
14
Wira sakti tentang pelaksanaan wasiat wajibah terhadap harta warisan ditinjau dari hukum islam stai ubk ujung gading pasaman barat
(STAIN Pekalongan : tidak diterbitkan).
9ini mencoba mencari titik temu antara adat 'hibah' dengan hukum waris dalamKHI, sehingga
berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis.Penelitian tentang Kewarisan juga pernah dilakukan
oleh ZaenalArifin dengan judul
Tinjauan Hukum Islam Tentang Pengakuan Anak Di Luar Nikah Implikasinya Terhadap Kewarisan
Menurut Hukum Perdata (Telaah Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
16
. Skripsi inimembahas tentang implikasi hukum kewarisan menurut KUHPerdatakaitannya dengan
pengakuan anak di luar nikah. Dalam skripsi ini tidak membahas tentang pembagian harta warisannya,
sehingga berbeda denganpenelitian penulis.Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa penelitian yang akan
dilakukan
penulis dengan judul PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN
KESEPAKATAN(STUDI KASUS DI DESA MUARA PAROMAN KECAMATAN SUNGAI
AUR PASAMAN BARAT).

tersebut belum pernah


diteliti oleh orang lain.
E.

Kerangka Teori
Bagi setiap pribadi muslim adalah kewajiban baginya untuk melaksanakan kaidah-kaidah atau
peraturan-peraturan yang ditunjuk olehperaturan-peraturan yang jelas
(nash-nash sharih)
. Selama peraturan-peraturan tersebut ditunjukkan oleh peraturan atau ketentuan lain yang
16
Zaenal Arifin,
Tinjauan Hukum Islam Tentang Pengakuan anak Di Luar nikah Implikasinya Terhadap Kewarisan Menurut
Hukum Persata (telaah Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Pedata),
(STAIN Pekalongan : Tidak ditebitkan).
10 menyebutkan ketidakwajibannya, maksudnya setiap ketentuan hukum agamaIslam wajib
dilaksanakan selama tidak ada ketentuan lain (yang datangkemudian sesudah ketentuan terdahulu) yang
menyatakan ketentuan terdahulutidak wajib.Demikian pula mengenai hukum faraidh tidak ada satu
ketentuan pun(
nash)
yang menyatakan bahwa membagi harta warisan menurut ketentuanfaraidh itu tidak wajib. Bahkan
sebaliknya di dalam Surah An-Nisa ayat 13dan 14 Allah SWT menetapkan:
17
(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.Barangsiapa taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannyakedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-
sungai, sedang merekakekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar. Dan Barangsiapa
yangmendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya,niscaya Allah memasukkannya
ke dalam api neraka sedang ia kekal didalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
18
Hukum Islam sebagaimana hukum-hukum yang lain mempunyai asasdan tiang pokok. Kekuatan suatu hukum,
sukar mudahnya, hidup matinya,dapat diterima atau ditolak masyarakat tergantung kepada asas dan
tiang-tiangpokoknya. Asas-asas hukum tersebut antara lain adalah;
19 Suhrawardi K. Lubisdan Komis Simanjuntak,
Hukum Warisan Islam Lengkap &Praktis)
, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.3
18
Departemen Agama RI,
Al Qur'an dan Terjemah,
h. 118

111.

Seiring dengan Kemaslahatan ManusiaHukum Islam dihadapkan kepada bermacam-macam


jenismanusia dan ke seluruh dunia. Maka tentulah pembina hukummemperhatikan kemaslahatan
masing-masing mereka sesuai dengan adatdan kebudayaan mereka serta iklim yang menyelubunginya.
Jikakemaslahatan-kemaslahatan itu bertentangan satu sama lain, maka padasaat itu didahulukan maslahat umum
atas masalahat khusus dandiharuskan kita menolak kemadharatan yang lebih besar dengan
jalanmengajak mengerjakan kemadhorotan yang kecil.
19
2.

Mewujudkan Keadilan yang MerataNash-nash Al-


Quran tidaklah
membatasi keadilan kepadasesuatu golongan manusia. Keadilan di dalam Islam diterapkan
kepadasemua manusia. Muhammad Abduh di dalam Kitabnya
Al-Islam wan Nasraniyah
mengatakan bahwa hampir seluruh umat Islam berpendapatbahwa apabila berlawanan antara akal dengan naqal,
ambillah yangditunjuki akal. Dalam menghadapi naqal, kita mempunyai dua jalan:
Pertama
: mengakui keshalihan naqal itu, kita tidak sanggupmemahaminya, dan menyerahkan urusan
pemahamannyakepada Allah.
19
TM Hasbi Ash Shiddieqy,
Falsafah Hukum Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1986) cetke-II, h.80

12
Kedua
: kita takwil dengan memperhatikan aturan bahasa agarmaksudnya sesuai dengan ketentuan akal.
20
Tujuan hukum hanyalah mewujudkan kemaslahatan masyarakat,baik di dunia maupun di akhirat, menolak
kemadharatan dankemafsadatan, serta mewujudkan keadilan yang mutlak.
21
Dua prinsip dasar dalam filsafat Islam, yakni prinsip tauhid danprinsip keadilan. Prinsip tauhid
berarti bahwa dalam sistem hukum Islam,pembuat hukum yang hakiki adalah Allah. Kelanjutan prinsip
tauhidadalah prinsip keadilan, karena kadar potensi manusia antara satu denganlainnya tidak
sama, maka praktik pelaksanaan kewajiban-kewajibanhukumnya pun tidak sama. Sebagai
manusia mukallaf, seorangmempunyai kewajiban hukum yang sama. Namun ketika kewajiban ituakan
dilaksanakan, maka pelaksanaannya sangat tergantung padakemampuan masing-
masing. Inilah keadilan yang disebut oleh Al Quran
yakni keseimbangan dan moderasi, keseimbangan antara kewajibanmelaksanakan hukum dan kemampuan
manusia untuk melaksanakannya.
22
Keadilan dalam Islam merupakan perpaduan yang menyenangkanantara hukum dan moralitas. Islam
tidak bermaksud untuk mengahancurkan kebebasan individu tetapi mengontrolnya
demikepentingan masyarakat yang terdiri dari individu itu sendiri, dan
20
TM Hasbi Ash Shiddieqy,
Falsafah Hukum Islam,
h.83-86
21
TM Hasbi Ash Shiddieqy,
Falsafah Hukum Islam,
h.123
22
Juhaya S. Praja,
Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan praktik,

14a.

Sumber Data PrimerYaitu data yang diperoleh dari data sumber-sumber asli yangmemuat informasi
data tersebut.
24
Sumber data primer yangdigunakan penulis adalah hasil wawancara mendalam.b.
Sumber Data SekunderYaitu data yang diperoleh dari data yang bukan asli yang memuattentang informasi
atau data-data tersebut.
25
Adapun data sekunderyang gunakan adalah buku-buku pokjok yang memuat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pokok bahasan. Adapun buku-buku yangdijadikan sumber data sekunder antara lain:1)

Al-Qur'an dan Terjemahnya dan hadits tentang kewarisan.2)

Buku-buku tentang kewarisan Islam, antara lain:a)

Hukum Waris Islam (Praktis dan Lengkap), karya Suhrawardidan K Lubis Simanjuntak.b)

Hukum Kewarisan Islam, karya Amir Syarifuddin.c)

Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, karya Zainuddin Ali.3)

Kompilasi Hukum Islam3.

Metode Pengumpulan DataPengumpulan data ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara
(interview)
dan studi kepustakaan;a)

Wawancara
(interview)
yaitu suatu data untuk mendapatkaninformasi atau data dengan bertanya langsung kepada informan.
24
Tatang M. Amrin,
Menyusun Rencana Penelitian,
(Jakarta : PT Raja Grafindo, 1995),h. 132
25
Tatang M. Amrin,
Menyusun Rencana Penelitian,
h. 133

15Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah denganmelakukannya secara bebas yang
bersifat komprehensif (mendalam)terhadap informan yaitu para ahli waris dan pejabat desa yangmengurusi
masalah kewarisan dalam hal ini adalah kasipemerintahan.b)

Studi Kepustakaan, kegiatan ini untuk mencari data-data yang tidak diperoleh di lapangan, seperti buku-buku dan
arsip.4.

Metode Analisis DataMetode analisis adalah suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metodeanalisis melalui pendekatan filsafat hukum, maksudnya
penulismenggambarkan tentang praktik pembagian harta warisan berdasarkankesepakatan yang
dilakukan oleh sebagian masyarakat di tempatpenelitian kemudian menganalisisnya dengan pendekatan filsfat
hukum.Data yang terkumpul kemudian diuraikan dengan metode deduktif danmetode induktif.
G.

Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, maka penelitian akan digunakanstruktur penulisan sebagai berikut :Bab
I tentang pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusanmasalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,metode penelitian, dan sistematika penulisan.

16Bab II secara teoritis membahas tentang hukum kewarisan Islam yangmeliputi : pengertian hukum kewarisan,
sumber dan dasar hukum kewarisan,asas-asas kewarisan Islam, rukun dan syarat kewarisan, sebab-
sebab danpenghalang hak waris, dan furudhul muqaddarah dan ahli waris.Bab III Secara deskriptif
membahas tentang praktik pembagian hartawarisan yang mencakup : monografi dan demografi
desa muara paroman kecamatan sungai aur dan praktik pembagian harta warisan di desaJatibogor
kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal serta pandangan para ahli waris tentang pelaksanaan pembagian
warisan berdasarkan kesepakatan.Bab IV secara analisis membahas tentang tinjauan hukum
Islamterhadap praktik pembagian harta warisan berdasarkan kesepakatan di desatersebut yang
meliputi analisis Perspektif tekstual
Al Quran
dan analisisperspektif kemaslahatan dan keadilan.
Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai