BAB I PENDAHULUANA.
1
A. Qadri Azizy,
Eklektisisme Hukum Indonesia,
(Jogjakarta : Gama Media, 2002), h. 12
2
Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal, karenan merupakan bagian dari ajaran agama Islam
yang umum sifatnya, yaituberlaku bagi setiap orang di manapun ia berada dan apapun nasonalismenya.
Adapun tujuan dari hukum Islam pada hakikatnya adalah untuk merealisir kemaslahatan umum dan mencegah
kemafsadatan bagi umat manusia.
3
Di dalam hukum Islam masalah kewarisan mendapat perhatian besar dan merupakan bagian yang
terpenting dalam sistem hukum Islam, sehinggaIslam mengatur pembagian warisan secara rinci
agar tidak terjadi perselisihan sesama ahli waris sepeninggal orang yang hartanya diwarisi.
Pengaturan inidikenal dengan Hukum Kewarisan Islam, yaitu aturan yang mengatur pengalihan
harta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya.
4
Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana saja di dunia ini.
Sungguhpun demikian, corak suatu negara Islam dankehidupan masyarakat di negara atau daerah
tersebut memberi pengaruh atashukum kewarisan di daerah itu.
5
Tata cara pembagian harta warisan dalam Islam telah diatur sebaik-baiknya. Al-Quran menjelaskan
dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang
pun
2
M. Idris Ramulyo,
Hukum Kewarisan Perdata Barat,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2006), h.4
3
Muhtar Yahya,
Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam,
(Bandung : Al-Ma'arif,1993), h. 333
4
Zainuddin Ali,
Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2008),Cet ke-1, h. 33
5
Sajuti Thalib,
Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2008),Cet ke-9, h.1
6
Pembagian masing-masing ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuantelah ada ketentuannya dalam Al-
Quran.Allah SWT telah berfirman:Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapa dankerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari hartapeninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurutbahagian yang telah ditetapkan. (QS. An Nisa:7)
7
Dalam syariat
Islam telah ditetapkan bahwa bagian ahli waris laki-laki adalah lebih banyak daripada bagian
perempuan, yakni ahli waris laki-laki dua kali bagian ahli waris perempuan.Allah SWT berfirman:
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian duaorang anak perempuan.(QS.An Nisa : 11)
8
Demikian juga Rasulullah SAW, memerintahkan agar kita membagiharta warisan menurut Al-Quran
sesuai dengan sabdanya:
6
Muhammad Ali Ash-Shabuni,
Pembagian Waris Menurut Islam
, (Jakarta : Gema InsaniPress, 1995), Cet. Ke-1, h. 32
7
Departemen Agama RI,
Al Qur'an dan Terrjemahan,
(Semarang : Toha Putra, 1989),h.116
8
Depag RI,
Al-Quran Dan Terjemahnya
, h. 116
5kesepakatan hasil musyawarah. Melihat adanya praktik yang demikian,mengingat agama dan sifat
kekeluargaan yang di anut masyarakat di desa tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul :PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN KESEPAKATAN(STUDI KASUS
DI DESA MUARA PAROMAN KECAMATAN SUNGAI AUR PASAMAN BARAT).
B.
Rumusan Masalah
Untuk memudahkan serta terangnya penelitian ini, maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut
:1.
Bagaimana praktik pembagian harta warisan di desa muara paroman kecamtan sungai aur ?2.
Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik pembagian hartawarisan berdasarkan kesepakatan
sebagaimana yang dilakukan olehsebagian masyarakat di desa tersebut?
C.
Untuk mengetahui praktik pembagian harta warisan di desa muara paroman kecamtan sungai aur
Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik pembagianharta warisan tersebut.
7 merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Kedua, tidak semua orang yang mati itu meninggalkan harta yang
patut menjadi urusan, karena tidak semua orangIslam itu kaya. Ketiga, ajaran tentang kewarisan itu
membicarakan angkayang bersifat sistematis yang tidak semua orang tertarik kepadanya.
11
Bebeda dengan Amir Syarifudin, Zainuddin Ali dalam bukunyayangberjudul
Pelaksanaan
13
Abdul Ghofur Anshori,
Hukum Kewarisan Islam di Indonesia; Eksistensi dan Adaptabilitas,
( Yogyakarta: EKONOSIA, 2995), Cet Ke-1, h. 2-3
14
Wira sakti tentang pelaksanaan wasiat wajibah terhadap harta warisan ditinjau dari hukum islam stai ubk ujung gading pasaman barat
(STAIN Pekalongan : tidak diterbitkan).
9ini mencoba mencari titik temu antara adat 'hibah' dengan hukum waris dalamKHI, sehingga
berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis.Penelitian tentang Kewarisan juga pernah dilakukan
oleh ZaenalArifin dengan judul
Tinjauan Hukum Islam Tentang Pengakuan Anak Di Luar Nikah Implikasinya Terhadap Kewarisan
Menurut Hukum Perdata (Telaah Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
16
. Skripsi inimembahas tentang implikasi hukum kewarisan menurut KUHPerdatakaitannya dengan
pengakuan anak di luar nikah. Dalam skripsi ini tidak membahas tentang pembagian harta warisannya,
sehingga berbeda denganpenelitian penulis.Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa penelitian yang akan
dilakukan
penulis dengan judul PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN
KESEPAKATAN(STUDI KASUS DI DESA MUARA PAROMAN KECAMATAN SUNGAI
AUR PASAMAN BARAT).
Kerangka Teori
Bagi setiap pribadi muslim adalah kewajiban baginya untuk melaksanakan kaidah-kaidah atau
peraturan-peraturan yang ditunjuk olehperaturan-peraturan yang jelas
(nash-nash sharih)
. Selama peraturan-peraturan tersebut ditunjukkan oleh peraturan atau ketentuan lain yang
16
Zaenal Arifin,
Tinjauan Hukum Islam Tentang Pengakuan anak Di Luar nikah Implikasinya Terhadap Kewarisan Menurut
Hukum Persata (telaah Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Pedata),
(STAIN Pekalongan : Tidak ditebitkan).
10 menyebutkan ketidakwajibannya, maksudnya setiap ketentuan hukum agamaIslam wajib
dilaksanakan selama tidak ada ketentuan lain (yang datangkemudian sesudah ketentuan terdahulu) yang
menyatakan ketentuan terdahulutidak wajib.Demikian pula mengenai hukum faraidh tidak ada satu
ketentuan pun(
nash)
yang menyatakan bahwa membagi harta warisan menurut ketentuanfaraidh itu tidak wajib. Bahkan
sebaliknya di dalam Surah An-Nisa ayat 13dan 14 Allah SWT menetapkan:
17
(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.Barangsiapa taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannyakedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-
sungai, sedang merekakekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar. Dan Barangsiapa
yangmendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya,niscaya Allah memasukkannya
ke dalam api neraka sedang ia kekal didalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
18
Hukum Islam sebagaimana hukum-hukum yang lain mempunyai asasdan tiang pokok. Kekuatan suatu hukum,
sukar mudahnya, hidup matinya,dapat diterima atau ditolak masyarakat tergantung kepada asas dan
tiang-tiangpokoknya. Asas-asas hukum tersebut antara lain adalah;
19 Suhrawardi K. Lubisdan Komis Simanjuntak,
Hukum Warisan Islam Lengkap &Praktis)
, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.3
18
Departemen Agama RI,
Al Qur'an dan Terjemah,
h. 118
111.
12
Kedua
: kita takwil dengan memperhatikan aturan bahasa agarmaksudnya sesuai dengan ketentuan akal.
20
Tujuan hukum hanyalah mewujudkan kemaslahatan masyarakat,baik di dunia maupun di akhirat, menolak
kemadharatan dankemafsadatan, serta mewujudkan keadilan yang mutlak.
21
Dua prinsip dasar dalam filsafat Islam, yakni prinsip tauhid danprinsip keadilan. Prinsip tauhid
berarti bahwa dalam sistem hukum Islam,pembuat hukum yang hakiki adalah Allah. Kelanjutan prinsip
tauhidadalah prinsip keadilan, karena kadar potensi manusia antara satu denganlainnya tidak
sama, maka praktik pelaksanaan kewajiban-kewajibanhukumnya pun tidak sama. Sebagai
manusia mukallaf, seorangmempunyai kewajiban hukum yang sama. Namun ketika kewajiban ituakan
dilaksanakan, maka pelaksanaannya sangat tergantung padakemampuan masing-
masing. Inilah keadilan yang disebut oleh Al Quran
yakni keseimbangan dan moderasi, keseimbangan antara kewajibanmelaksanakan hukum dan kemampuan
manusia untuk melaksanakannya.
22
Keadilan dalam Islam merupakan perpaduan yang menyenangkanantara hukum dan moralitas. Islam
tidak bermaksud untuk mengahancurkan kebebasan individu tetapi mengontrolnya
demikepentingan masyarakat yang terdiri dari individu itu sendiri, dan
20
TM Hasbi Ash Shiddieqy,
Falsafah Hukum Islam,
h.83-86
21
TM Hasbi Ash Shiddieqy,
Falsafah Hukum Islam,
h.123
22
Juhaya S. Praja,
Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan praktik,
14a.
Sumber Data PrimerYaitu data yang diperoleh dari data sumber-sumber asli yangmemuat informasi
data tersebut.
24
Sumber data primer yangdigunakan penulis adalah hasil wawancara mendalam.b.
Sumber Data SekunderYaitu data yang diperoleh dari data yang bukan asli yang memuattentang informasi
atau data-data tersebut.
25
Adapun data sekunderyang gunakan adalah buku-buku pokjok yang memuat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pokok bahasan. Adapun buku-buku yangdijadikan sumber data sekunder antara lain:1)
Hukum Waris Islam (Praktis dan Lengkap), karya Suhrawardidan K Lubis Simanjuntak.b)
Metode Pengumpulan DataPengumpulan data ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara
(interview)
dan studi kepustakaan;a)
Wawancara
(interview)
yaitu suatu data untuk mendapatkaninformasi atau data dengan bertanya langsung kepada informan.
24
Tatang M. Amrin,
Menyusun Rencana Penelitian,
(Jakarta : PT Raja Grafindo, 1995),h. 132
25
Tatang M. Amrin,
Menyusun Rencana Penelitian,
h. 133
15Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah denganmelakukannya secara bebas yang
bersifat komprehensif (mendalam)terhadap informan yaitu para ahli waris dan pejabat desa yangmengurusi
masalah kewarisan dalam hal ini adalah kasipemerintahan.b)
Studi Kepustakaan, kegiatan ini untuk mencari data-data yang tidak diperoleh di lapangan, seperti buku-buku dan
arsip.4.
Metode Analisis DataMetode analisis adalah suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metodeanalisis melalui pendekatan filsafat hukum, maksudnya
penulismenggambarkan tentang praktik pembagian harta warisan berdasarkankesepakatan yang
dilakukan oleh sebagian masyarakat di tempatpenelitian kemudian menganalisisnya dengan pendekatan filsfat
hukum.Data yang terkumpul kemudian diuraikan dengan metode deduktif danmetode induktif.
G.
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, maka penelitian akan digunakanstruktur penulisan sebagai berikut :Bab
I tentang pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusanmasalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,metode penelitian, dan sistematika penulisan.
16Bab II secara teoritis membahas tentang hukum kewarisan Islam yangmeliputi : pengertian hukum kewarisan,
sumber dan dasar hukum kewarisan,asas-asas kewarisan Islam, rukun dan syarat kewarisan, sebab-
sebab danpenghalang hak waris, dan furudhul muqaddarah dan ahli waris.Bab III Secara deskriptif
membahas tentang praktik pembagian hartawarisan yang mencakup : monografi dan demografi
desa muara paroman kecamatan sungai aur dan praktik pembagian harta warisan di desaJatibogor
kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal serta pandangan para ahli waris tentang pelaksanaan pembagian
warisan berdasarkan kesepakatan.Bab IV secara analisis membahas tentang tinjauan hukum
Islamterhadap praktik pembagian harta warisan berdasarkan kesepakatan di desatersebut yang
meliputi analisis Perspektif tekstual
Al Quran
dan analisisperspektif kemaslahatan dan keadilan.
Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.