Anda di halaman 1dari 22

FRAKTUR TIBIA

I. PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atautulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Trauma yang menyebabkantulang patah dapat berupa trauma langsung, Akibat trauma
pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung
atau traumatumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai
ketulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenaisendi
dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi, sedangkan
trauma tumpul dapat menyebabkan fraktur tertutup yaitu apabilatidak ada luka yang
menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit

II. INSIDEN
Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjutyang
terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III, fraktur terbukadengan fraktur
kominutif . Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang paling sering adalah
kecelakaan kendaraan bermotor . Fraktur lebih sering terjadi padaorang laki-laki daripada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau kecelakaan. Sedangkan pada Usia lanjut prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada
wanita berhubungan dengan adanyaosteoporosis yang terkait dengan perubahan hormone. Di
Amerika Serikat, insidenstahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11 per 100.000
orang, dengan40% terjadi di ekstremitas bawah. Fraktur ekstremitas bawah yang paling
umumterjadi pada diafisis tibia

III. ETIOLOGI
Fraktur traumatik dapat terjadi karena trauma yang tiba-tiba
Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat yang
tertentu
Fraktur patologis pula terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang
Fraktur patologis dapat terjadi secara spontan atauakibat trauma ringan
IV. ANATOMI
Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsimenyanggah
berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dancaputfibulae, di bawah dengan
talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujungatas yang melebar dan ujung bawah yang
lebih kecil, serta sebuah corpus. Pada ujungatas terdapat condyli lateralis dan medialis (kadang-
kadang disebutplateau tibia lateraldan medial), yang bersendi dengan condyli lateralis dan
medialis femoris, dandipisahkan oleh menisci lateralis dan medialis. Permukaan atas facies
articularescondylorum tibiae terbagi atas area intercondylus anterior dan posterior; di
antarakedua area ini terdapat eminentia intercondylus.
Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibulariscircularis yang
kecil, dan bersendi dengan caput fibulae. Pada aspek posterior condylus medialis terdapat
insertio m.semimembranosus
Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan mempunyaitiga
margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta facies medialisdiantaranya terletak
subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering. Pada pertemuan antara margo
anterior dan ujung atas tibia terdapat tuberositas, yangmerupakan tempat lekat ligamentum
patellae. Margo anterior di bawah membulat, danmelanjutkan diri sebagai malleolus medialis.
Margo lateral atau margo interosseusmemberikan tempat perlekatan untuk membrane interossea.
Facies posterior dan corpus tibiae menunjukkan linea oblique, yang disebut lineamusculi solei,
untuk tempatnya m.soleus

Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat permukaan sendi
berbentuk pelana untuk os.talus, ujung bawah memanjang ke bawahdan medial untuk
membentuk malleolus medialis. Facies lateralis dari malleolusmedialis bersendi dengan talus.
Pada facies lateral ujung bawahtibia terdapat lekukanyang lebar dan kasar untuk bersendi dengan
fibula. Musculi dan ligamenta pentingyang melekat pada tibia
Gambar 1. Anatomi cruris

V. I FISIOLOGI TULANG
Tulang adalah suatu jaringan dan organ yang terstruktur dengan baik, tulangterdiri atas
daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut dengan korteks dan bagian dalam yang
bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan dilapisi oleh periosteum pada bagian luamya
sedangkan yang membatasi tulang dari cavitasmedullaris adalah endosteum.
Tibia sendiri termasuk tulang panjang , dimana daerah batas disebut diafisisdan daerah
yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Tulang tibia turutmembentuk rangka
badan, sebagai pengumpil dan tempat melekat otot, berfungsi jugasebagai bagian dari tubuh
untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, danmenjadi tempat deposit kalsium,
fosfor, magnesium dan garam
Gambar 2. Struktur tulang dan aktivitas osteoblast serta osteoclast pada tulang

Osteoblast merupakan satu jenis sel hasil diferensiasi sel masenkim yang sangat penting
dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblast dapatmemproduksi substansi
organik intraseluler atau matriks, dimana kalsifikasi terjadikemudian hari. Jaringan yang tidak
mengandung kalsium disebut osteoid dan apabila
kalsifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang. Sesaat setelah osteoblastdikelilingi
oleh substansi organik intraseluller, disebut osteosit dimana keadaan initerjadi dalam lacuna.
Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang dengansifat dan
fungsi reabsorbsi serta mengeluarkan tulang yang disebut osteoclast. Kalsium hanya dapat
dikeluarkan dari tulang melalui proses aktivitas osteoclasis yangmenghilangkan matriks organik
dan kalsium bersamaan dan disebut deosifikasi.
V. II. PATOFISIOLOGI
Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteumterpisah
dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah
tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengandengan sel-sel
pembentuk tulang primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi chondroblast dan osteoblast.
Chondroblast akan mensekresi fosfat, yang merangsangdeposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal
(callus) di sekitar lokasi fraktur. Lapisan initerus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan
callus dari fragmen satunya, dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur)
terus berlanjut denganterbentuknya trabekula dan osteoblast yang melekat pada tulang dan
meluasmenyeberangi lokasi fraktur.Penyatuan tulang provisional ini akan menjalanitransformasi
metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Callustulang akan mengalami
remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh seperti bentuk osteoblast tulang baru dan
osteoclast akan menyingkirkan bagian yang rusak dan tulang sementara.

V. III. DIAGNOSIS
Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis atau persendian,
pergelangan kaki.

VI. I FRAKTUR KONDILER TIBIA


Mekanisme trauma
Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripadamedialis serta
fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibatkecelakaan antara mobil dan
pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki bagiallateral dengan gaya kearah medial
(valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi ataufraktur split dari kondiler lateralis tibia apabila
kondiler femur didorong kearah tersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang lebih
besar,jadi fraktur pada daerahini biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih
besar(varus). Jatuh dariketinggian akan menimbulkan kompresi aksial sehingga bisa
menyebabkan fraktur pada proksimal tibia. Pada golongan lanjut usia, pasien dengan
osteoporosis lebihmudah terkena fraktur kondiler tibia berbanding robekan ligamen atau
meniscussetelah cedera keseleo di lutut. Eminentia intrakondiler dapat fraktur bersama
robekanligamen krusiatum sebagai akibat hiperekstensi atau gaya memutar.
Klasifikasi
Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi Schatzker
I: Fraktur split kondiler lateral
II: Fraktur split/depresi lateral
III: Depresi kondiler lateral
IV: Fraktur split kondiler medial
V: Fraktur bikondiler
VI: Fraktur kominutif
Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat. Fraktur tidak
bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm, sedangkan yang bergeser apabiladepresi melebihi 4
mm.

Gambar 3. Klasifikasi Schatzker


(iii)
Gambar 4. Fraktur kondiler tibia

Gambar 5.Gambaran radiologis CT potongan coronal menunjukkan fraktur kondiler tibia dengan
depresi terpencil dari kondiler lateral tibia (Schatzker tipe 3)
Gambaran klinis
Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan nyeriserta
hemartrosis. Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut. Biasanya pasientidak dapat
menahan beban. Sewaktu pemeriksaan, mereka merasakan nyeri pada proksimal tibia dan
gerakan flesi dan ekstensi yang terbatas. Dokter perlu menentukanadanya penyebab cedera itu
akibat tenaga yang kuat atau lemah karena cedera neovaskular, ligamen sindroma kompartmen
lebih sering terjadi pada cedera akibattenaga kuat. Pulsasi distal dan fungsi saraf peroneal perlu
diperiksa. Kulit perludiperiksa secara seksama untuk mencari tanda-tanda abrasi atau laserasi
yang dapat menjadi tanda fraktur terbuka
Penilaian stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler tibia. Aspirasi dari
hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin diperlukan untuk, pemeriksaan yang akurat.
Jika dibandingkan dengan bagian yang tidak cedera, pelebaran sudut sendi pada lutut yang stabil
mestilah tidak lebih dari 100, dengan stressvarus atau valgus pada mana-mana titik dalam aksis
gerakan dari ekstensi penuhhingga fleksi 900. Integritas ligamen crusiatum anterior perlu dinilai
melalui tesLachman
.
Fraktur kondiler sering disertai cedera jaringan lunak disekeliling lutut. Robekan ligamen
kollateral medial dan meniscus medial sering menyertai fraktur kondiler lateral. Fraktur kondiler
medial disertai robekan ligamen kollateral lateral danmeniscus medial. Ligamen crusiatum
anterior dapat cedera pada fraktur salah satu kondiler . Fraktur kondiler tibia, terutama yang
ekstensi frakturnya sampai ke diafisis,dapat meyebabkan kepada sindroma kompartmen akut
akibat perdarahan dan edema.

Pemeriksaan radiologik
Dengan foto rontgen posisi AP dan lateral dapat diketahui jenis fraktur, tapikadang-
kadang diperlukan pula foto oblik . Apabila pada foto polos tidak dapat dilihatdengan jelas, CT
atau tomografi dengan proyeksi AP dan lateral sering diperlukan. Untuk melihat tanda.
Fat(marrow)-fluid(blood) interface sign (hemarthrosis) dilakukan cross table lateral view.
Gambaran fraktur:
Tipe fraktur: split, depresi
Lokasi: medial, lateral
Jumlah fragmen
Pergeseran fragmen
Derajat depres

Gambar 6. (A) Fraktur kondiler tibia dengan split dan terpisah di lateral. (B) Fraktur kondiler
tibia direduksi dengan menggunakan buttress plate dan screw untuk mengembalikan
kongruensi sendi.

Pengobatan
1. Konservatif
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4 mm dapatdilakukan
beberapa pilihan pengobatan, antara lain verban elastik, traksi, atau gips sirkuler . Prinsip
pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak. menahan beban dan segera
mobilisasi pada sendi lutut agar tidak segera terjadikekakuan sendi.
2. Operatif
Depresi yang lebih dari 4 mm dilakukan operasi dengan mengangkat bagiandepresi dan
ditopang dengan bone graft . Pada fraktur split dapat dilakukan pemasangan screw atau
kombinasi screw dan plate untuk menahan bagian fragmenterhadap tibia.

Komplikasi
1. Genu valgum; terjadi oleh karena depresi yang tidak direduksi dengan baik
2. Kekakuan lutut; terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih awal
3. Osteoartritis; terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi sehingga bersifat
irrreguler yang menyebabkan inkonkruensi sendi lutut
4. Malunion
5. Cedera ligamen dan meniskus (misal: ligamen medial kollateral)
6. Cedera saraf peroneal.

VI. II FRAKTUR DIAFISIS TIBIA


Mekanisme trauma
Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akanmenimbulkan
fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akanmenimbulkan fraktur tipe
spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara1/3 bagian tengah dan1/3bagian distal.
Tungkai bawah bagian depan sangat sedikitditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering
bersifat terbuka. Penyebabutama terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas
Gambar 7. Fraktur diafisis tibia.

Klasifikasi fraktur
Klasifikasi dari fraktur diafisis tibia bermanfaat untuk kepentingan para dokter yang
menggunakannya untuk memperkirakan kemungkinan penyembuhan dari fraktur dalam
menjalankan penatalaksanaannya
Orthopaedic Trauma Association (OTA) membagi fraktur diafisis tibia berdasarkan
pemeriksaan radiografi, terbagi 3 grup, yaitu: simple, wedge dan kompleks. Masingmasing
grup terbagi lagi menjadi 3 yaitu:
A. Tipe simple, terbagi 3: spiral, oblik, tranversal.
B. Tipe wedge, terbagi 3: spiral, bending, dan fragmen.
C. Tipe kompleks, terbagi 3: spiral, segmen, dan iregular .

Gambar8. Klasifikasi fraktur diafisis tibia mengikut Orthopaedic Trauma Association(OTA)


Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada fraktur terbuka adalah system Gustilo
sebagai berikut:
TipeI: lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1cm.
TipeII: panjang luka lebih dari 1cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas
TipeIIIa: luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari10cm dan
mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai kemungkinan
komplikasi,contohnya: luka tembak
TipeIIIb: luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat
TipeIIIc: fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan penangananterhadap
vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat normal kembali
.
.

Gambar 9.(A)Fraktur OTA tipe B.Ini adalah fraktur terbukaGustilo tipeIII b.(B)Fraktur ini
dipasang dengan locked intramedullary nail. Foto lateral menunjukkan OTAtipeII
dengan hilangnya tulang. Fraktur tidak menyatu, dan pertukaran nailing dilakukan 5 bulan
setelah kecederaan.(C) 4 bulan setelah pertukanran nailing, fraktur menyatu dan area yang hilang
tulang telah terisi tanpa bone grafting
Gambaran klinis
Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukandeformitas
misalnya penonjolan tulang keluar kulit. Sindroma kompartemen bisamuncul di awal cedera
maupun kemudian. Sehingga perlu pemeriksaan serial dan perhatian pada ekstremitas yang
mengalami cidera. Sindroma kompartemen terdiri dari: pain, pallor, paralysis, paresthesia,
pulselessness.

Pemeriksaan radiologis
Foto rontgen harus mencakup bagian distal dari femur dan Ankle. Dengan pemeriksaan
radiologis, dapat ditentukan lokalisasi fraktur, jenis fraktur, sama adatransversal, spiral oblik atau
rotasi/angulasi. Dapat ditentukan apakah fraktur padatibia dan fibula atau tibia saja atau fibula
saja. Juga dapat ditentukan apakah fraktur bersifat segmental. Foto yang digunakan adalah foto
polos AP dan lateral CT tidak diperlukan
.

Gambar 10.Fraktur diafisis tibia dan fibula dengan pergeseran lateral 100%
Gambar 12.(A) Fraktur stress pada seorang atlit muda. (B) Perhatikan sklerosisand pelebaran
cortical berikut penyembuhan tulang

Pengobatan

1. Konservatif

Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur


denganmanipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler
untuk immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut.

Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau lebih, tidak ada
angulasi dan tidak ada rotasi. Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi setelah 3
minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasidengan gips
biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan operasi.
Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan padatendo
patella (gips Sarmiento) yang biasanya dipergunakan setelah pembengkakanmereda atau
terjadi union secara fibrosa.
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi konservatif,fraktur
tidak stabil dan adanya nonunion. Metode pengobatan operatif adalah sama ada pemasangan
plate dan screw, atau nail intrameduler, atau pemasangan screw semata-mata atau pemasangan
fiksasi eksterna. Indikasi pemasangan fiksasi eksterna padafraktur tibia:

Fraktur tibia terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan jaringan yang
hebat atau hilangnya fragmen tulang
Pseudoartrosis yang mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis)

Gambar 13.(A) Fraktur OTA tipe A. Ini adalah fraktur bifokal, di mana terdapatfraktur
bimaleolus pergelangan kaki selain fraktur diafisis; 5% dari fraktur tibiaadalah bifokal, dan
kombinasi dari pergelangan kaki dan fraktur diafisis yang paling biasa terjadi. (B) Fraktur
diafisis ditangani dengan pemasangan locked intramedullarynail , dan fraktur pergelangan kaki
ditangani dengan teknik AO konvensional.

Komplikasi
Di antara komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur diafisis tibia adalahinfeksi, delayed
union atau nonunion, malunion, kerusakan pembuluh darah(sindroma kompartmen anterior),
trauma saraf terutama pada vervus peronealkomunis dan gangguan pergerakan sendi pergelangan
kaki. Gangguan pergerakansendi ini biasanya disebabkan adanya adhesi pada otot-otot tungkai
bawah.
VI. .III FRAKTUR DISTAL TIBIA
Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badandimana talus
duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikatdengan ligament.
Dahulu,fraktur disekitar pergelangan kaki disebut fraktur Pott.

Mekanisme trauma
Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam beberapa
macam trauma.

1. Trauma abduksi
Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifatoblik,
fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan pada ligamen bagian medial.
2. Trauma adduksi
Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik atau
avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanyamenyebabkan
strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya trauma.
3. Trauma rotasi eksterna
Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi fraktur pada
fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial ataufraktur avulsi
pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat dapat disertaidengan dislokasi talus.
4. Trauma kompresi vertika
Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertaidengan
dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur kominutif disertai denganrobekan diastesis
.
Klasifikasi
Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya pergeseran dari
fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan pengobatanatau manipulasi yang
dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana, menurut Danis& Weber (1991), dimana fibula
merupakan tulang yang penting dalam stabilitas darikedudukan sendi berdasarkan atas lokalisasi
fraktur terhadap sindesmosis tibiofibular
Klasifikasi terdiri atas (gambar 14.121):
Tipe A; fraktur maleolus di bawah sindesmosis
Tipe B; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi maleolusmedialis
dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen tibiofibular bagiandepan
Tipe C; fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia disertaifraktur
atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi robekan padasindesmosis. Jenis
tipe C ini juga dikenal sebagai fraktur Duyuptren
Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan oleh karena selainfraktur juga
perlu dilakukan tindakan pada ligamen

Gambaran klinis
Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruaan atau deformitas.
Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri tekan apakah padadaerah tulang atau pada
ligamen.

Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan jenis-jenis fraktur danmekanisme
terjadinya trauma(gambar 14.122). Foto rontgen perlu dibuat sekurang-kurangnya tiga proyeksi,
yaitu antero-posterior, lateral dan setengah oblik darigambaran posisi pergelangan kaki. Sering
fraktur terjadi pada fibula proksimal,sehingga secara klinis harus diperhatikan

Pengobatan
Fraktur dislokasi pada sendi pergelangan kaki merupakan fraktur intra-artikuler sehingga
diperlukan reduksi secara anatomis dan akurat serta mobilisasisendi yang sesegera mungkin.
Tindakan pengobatan terdiri atas:
1. Konservatif
Dilakukan pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di bawah
lutut.
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang ditemukan apakahhanya
fraktur semata-mata, apakah ada robekan pada ligamen atau diastasis padatibiofibula
serta adanya dislokasi talus( gambar 14.123). Beberapa hal yang penting diperhatikan
pada reduksi, yaitu:
Panjang fibula harus direstorasi sesuai panjang anatomis
Talus harus duduk sesuai sendi dimana talus dan permukaan tibia duduk parallel
Ruang sendi bagian medial harus terkoreksi sampai normal(4 mm)
Pada foto oblik tidak nampak adanya diastasis tibiofibula
Tindakan operasi terdiri atas:
Pemasangan screw ( maleolar)
Pemasangan tension band wiring
Pemasangan plate dan screw

Komplikasi
1. Vaskuler
Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan pembuluh
darah yang segera, sehingga harus dilakukan reposisi secepatnya.
2. Malunion
Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang tidak akurat yang
akan menimbulkan osteoarthritis.
3. Osteoartritis
4. Algodistrofi
Algodistrofi adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri,
terdapat pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan kaki. Dapat
terjadi perubahan trofik dan osteoporosis yang hebat.
5. Kekakuan yang hebat pada sendi

VII. PROGNOSIS
Prognosis dari fraktur tibia untuk kehidupan adalah bonam. Pada sisi fungsidari kaki
yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke perfoma semula,namun hal inisangat tergantung dari
gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap
pengobatan.

VIII. KESIMPULAN
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada tibia. Pada fraktur
tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian kondiler, diafisis dan pergelangan kaki. Fraktur pada tibia
termasuk luka kompleks, sehingga tentunya penanganannya juga tidak sederhana. Sebagai dokter
umum, anamnesis dan pemeriksaan fisik yanglengkap diperlukan jika terjadi fraktur. Selain itu,
pemeriksaan radiologis juga penting. Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari kondisi
frakturnya, bisa dengan operatif maupun non operatif
DAFTAR PUSTAKA
Torsten B. Moeller MD, Emil Reif MD.Pocket atlas of radiographic anatomy. Second
edition.New York: Thieme;2000. p. 164-7.
Arthur C. Guyton, John E.Hall.Textbook of medical physiology.11th ed. Philadelphia,
Pennsylvania: Elsevier Inc;2006. p. 982-3.
Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds.Rockwood and Green. Fractures
in adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2006. p. 2081-93.
Jon C.Thompson.Netters concise orthopaedic anatomy. 2nd edition.
Philadelphia:Saunders; 2010. p. 293-4.
Borut Marincek, Robert F.Dondelinger . Emergency radiology imaging andintervention.
1st Edition. Verlag Berlin Heidelberg : Springer; 2007. p. 278.
Berquist, Thomas H. Musculoskeletal imaging companion. 2nd Edition.
Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 222-3.
Robert R .Simon, Scott C.Sherman, Steven J.Koenigsknecht.Emergencyorthopedics: the
extremities.5th Edition.United States: The McGraw-Hill Companies; 2006.

Anda mungkin juga menyukai