Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

POTENSIAL OSMOTIK

Dosen : Dwi Kusuma Wahyuni

Disusun Oleh :

Indah Yuliyandini 081311433056


Jessica Larasati 081311433069
Fajriyatun Nufus 081311433090
Shahnaz 081311433095

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
POTENSIAL OSMOTIK
PENGUKURAN POTENSIAL AIR UMBI KENTANG

1.1 TUJUAN
Mengetahui dan memahami potensial air pada umbi batang
1.2 BAHAN
1. Umbi Kentang
2. Seri larutan sukrosa ( 0,0 M ; 0,4 M ; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M )

1.3 ALAT
1. Alat pengebor gabus
2. Pisau silet
3. Kertas aluminium foil
4. Botol bermulut besar ( 100-200 ml)
5. Gelas ukur 50 ml atau 100 ml

1.4 Dasar Teori

Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan
khususnya dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel pada
tumbuhan tinggi merupakan matriks yang di dalamnya terdapat rangka, yaitu senyawa
selulosa yang berwujud mikrofibril atau benang halus. Matriks pada dinding sel ini
tersusun dari beberapa senyawa yaitu hemiselulosa, pektin, plastik biologik, protein
dan lemak.

Pada sel, dinding yang tegarlah yang menyebabakan naiknya tekanan. Struktur
antara dinding sel dan membrane sel berbeda. Membran memungkinkan molekul air
melintas lebih cepat daripada unsur terlarur; dinding sel primer biasanya sangat
permeabel terhadap keduanya. Memang membrane sel tumbuhan memungkinkan
berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan
tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul tekanan di
dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah
dimasukkan ke dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkan bagian
tumbuhan yang tidak berkayu.

Dinding sel secara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding
sel sekunder. Perbedaan antara kedua macam dinding ini terletak pada fleksibilitas,
ketebalan, susunan mikrofibril dan pertumbuhannya (Istanti, 1999). Seluruh aktivitas
sel tumbuhan sangat tergantung dengan keberadaan dinding sel ini. Dinding sel selain
berfungsi untuk proteksi isi sel juga berperan sebagai jalan keluar masuknya air,
makanan dan garam-garam mineral ke dalam sel. Sel tumbuhan merupakan bagian
terkecil dari sistem hidup dan di dalam sistem ini sel-sel saling bergantung. Perilaku
sel tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan sel itu sendiri tetapi juga sel-sel di
sekitarnya dan tumbuhan itu sendiri serta lingkungan luar. Berbagai macam zat seperti
makanan, zat mineral, air dan gas bergerak dari sel ke sel dalam bentuk molekul atau
partikel.

Lingkungan suatu sel meliputi sel-sel di sekitarnya dan lingkungan luar yang
meliputi air, tanah dan udara tempat tumbuh dan hidup tumbuhan tersebut. Sel-sel
yang bersinggungan langsung dengan lingkungan luar antara lain sel-sel yang ada di
akar, batang dan daun yang kemudian meluas ke suluruh tubuh tumbuhan melalui
ruang-ruang dalam sel (Tjitrosomo, 1983). Molekul atau partikel air, gas dan mineral
masuk ke dalam sel tumbuhan melalui proses difusi dan osmosis. Melalui proses-
proses tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-zat yang diperlukan untuk
pertumbuhannya. Proses difusi berlangsung dari daerah yang memilki konsentrasi
partikel tinggi ke daerah yang konsentrasi partikelnya rendah. Difusi memiliki
peranan penting dalam sel-sel tumbuhan yang hidup.

Air masuk ke dalam akar,bergerak dari sel ke sel dan meninggalkan tubuh
dalam bentuk uap, semua melalui proses difusi. Gas-gas (O2 dan CO2), unsur-unsur
dan bahan-bahan makanan masuk ke dalam sel atau di antara sel-sel dan bergerak dari
sel ke sel dengan jalan difusi (Tjitrosomo, 1983). Difusi berlangsung karena adanya
perbedaan konsentrasi. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan sifat juga dapat
menyebabkan difusi (Sasmitamihardja, 1990). Sedangkan osmosis merupakan
peristiwa perpindahan air dari daerah yang konsentrasi airnya tinggi ke daerah yang
konsentrasi airnya rendah melalui membran semipermeabel. Membran semipermeabel
yaitu membran yang hanya mengizinkan lalunya air dan menghambat lalunya zat
terlarut. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk melakukan difusi (Sasmitamihardja,
1990).

Potensial tekanan timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama dengan
tekanan nyata di bagian sisem tertentu; dan potensial osmotik (disebut juga potensial
linarut) terjadi karena adanya unsur terlarut. Lambang yang tepat untuk potensial
tekanan adalah huruf Yunani psi p, tapi P dapat juga digunakan. Lambang untuk
potensial osmotik atau potensial linarut adalah s. Perkembangan tekanan osmosis itu
bukanlah milik larutan semata, tetapi milik seluruh sistem yang terdiri dari larutan,
selaput (membran), dan bahan terlarut. Sifat larutan yang diukur dengan tekanan
osmosis itu disebut potensial osmosis (PO) dan alat untuk mengukur besarnya tekanan
osmosis disebut osmometer.

Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air, apabila potensial air di luar sel
lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air cukup besar,
maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini disebut plasmolisis. Sel yang
sudah terplasmolisis dapat disehatkan kembali dengan memasukkannya ke dalam air
murni (Tjitrosomo, 1983).

Potensial air bukan saja menjadi penentu akhir dari proses pergerakan air
secara difusi, tetapi juga menjadi penentu tak langsung perpindahan massa air yang
terjadi karena adanya gradien tekanan, sedangkan gradien tekanan timbul akibat
pergerakan secara difusi.

Pada metode volume jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri larutan
dengan ragam konsentrasi yang diketahui (biasanya sukrosa, sorbitol, manitol,dan lain
lain). Pelarut terbaik untuk pengukuran semacam ini adalah yang tidak mudah
melintasi membran atau yang tidak merusak jaringan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan larutan yang tidak mengubah volume jaringan, artinya tidak ada air yang
masuk atau yang hilang. Ini menandakan bahwa jaringan dan larutan sudah sejak
semula berada dalam kesetimbangan. Potensial air jaringan sudah dan masih sama
dengan potensial air larutan. Pada tekanan atmosfer, saat P = 0, maka = s. Nilai s
untuk larutan, yang diketahui konsentrasinya (Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995).

1.5 Cara Kerja


1. Pilih umbi kentang yang besar dan buatlah silinder umbi dengan menggunakan
alat pengebor gabus.
2. Potong silinder umbi sama panjang dengan ukuran 3 cm.
3. Siapkan botol-botol yang sudah di isi 30 ml larutan sukrosa yang konsentrasinya
telah ditentukan. Untuk tiap botol diisi satu konsentrasi.
4. Masukkan potongan umbi tersebut ke dalam botol, masing-masing botol diisi 4
potongan umbi, dan diulang 5 kali.
5. Bekerjalah dengan cepat untuk memperkecil terjadinya penguapan air dari
permukaan silinder (mengapa?)
6. Tutup rapat botol tersebut selama percobaan berlangsung dengan menggunakan
kertas aluminium foil.
7. Biarkan silinder umbi dengan larutan selama 1 jam untuk memberi kesempatan
pada umbi melakukan kesetimbangan dengan larutan sukrosa.
8. Setelah 1 jam, ambil silinder umbi dari masing-masing botol dan ukur kembali
panjangnya.
9. Hitung harga rata-rata panjang silinder umbi dari tiap konsentrasi sukrosa yang
digunakan.
10.Buat grafik dari data tadi dengan molaritas larutan sebagai sumbu X dan rata-rata
panjang silinder sebagai sumbu Y, lalu buat pula garis sejajar sumbu X pada jarak
3 cm.
11.Tentukan dengan menggunakan grafik tersebut, pada konsentrasi berapa molar
silinder umbi tidak lagi mengalami perubahan panjangnya. Konsentrasi tersebut
merupakan potensial air umbi tersebut.
1.6 Hasil Pengamatan
Tabel 1 Panjang awal dan akhir kentang

No Konsentrasi Sukrosa Rata-rata panjang awal Rata-rata panjang akhir


(cm) (cm)
1 0,0 3 3,225
2 0,4 3 3,05
3 0,8 3 3
4 1,2 3 2,67
5 1,6 3 2,775

Grafik 1 Perubahan Panjang Silinder Kentang pada Setiap Konsentrasi Larutan

Series 1
3.5
3
2.5
2
Panjang silinder (cm) 1.5
1
0.5
0
0,0 M 0,4 M 0,8 M 1,2 M 1,6 M

Molaritas Larutan

1.7 Pembahasan
Dalam mencari potensial air umbi kentang, kami menggunakan metode
volume tetap. Metode ini menggunakan grafik yang menggambarkan perubahan
panjang silinder umbi kentang pada berbagai konsentrasi. Untuk selanjutnya
potensial air umbi kentang dapat diukur dengan menggunakan konsentrasi larutan
glukosa yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan panjang silinder umbi
kentang. Setiap konsentrasi larutan glukosa memberikan efek perubahan yang
berbeda terhadap silinder umbi kentang.

Pada praktikum kali ini, kami membahas mengenai potensial osmotik. Bahan
yang digunakan adalah umbi kentang yang dibuat silinder dengan menggunakan alat
pengebor gabus. Umbi yang telah didapat masing-masing dipotong dengan panjang
3 cm. Umbi kentang kemudian dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi dengan
50 ml larutan sukrosa dengan konsentrasi molaritas yang berbeda-beda yaitu 0,0 M;
0,4 M; 0,8 M; 1,2 M dan 1,6 M. Kentang yang telah direndam kemudian didiamkan
di dalam botol selama 1 jam dengan ditutup aluminium foil, supaya tidak terjadi
penguapan yang terlalu besar. Setelah 1 jam, umbi kentang diukur panjangnya
kembali.

Berbicara mengenai osmosis, pada hakekatnya adalah suatu proses difusi.


Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput
yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat
berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut
tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya.

Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut)
dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air
murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel
mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan
jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami
plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut
di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin
besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya
maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi
partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin
rendah (Meyer and Anderson, 1952).

Dari pengamatan ini, diketahui potongan umbi kentang mengalami perubahan


panjang. Hasil rata-rata perhitungan panjang potongan umbi kentang setelah
direndam dalam larutan sukrosa yang memiliki konsentrasi yang berbeda dari
konsentrasi 0,0 M; 0,4 M; 0,8 M; 1,2 M; 1,6 M secara berurutan adalah 3,225 cm;
3,05 cm; 3 cm; 2,67 cm; 2,775 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin pekat
konsentrasi larutan sukrosa maka semakin berkurang panjang sampel potongan umbi
kentang, namun pada konsentrasi 1,6 M terlihat adanya pertambahan data pada
konsentrasi sebelumnya yaitu 1,2 M. Hal ini dikarenakan pengukuran sampel awal
sebelum dimasukkan ke dalam larutan sukrosa pada konsentrasi 1,6 M lebih panjang
daripada konsentrasi 1,2 M, dan ketidaktelitian praktikan dalam mengukur panjang
potongan umbi kentang setelah direndam di dalam larutan sukrosa 1,6 M. Pada
konsentrasi 0,8 M silinder umbi kentang tidak mengalami perubahan panjang (teteap
3 cm). Ini menunjukkan bahwa konsentrasi 0,8 M merupakan konsentrasi yang
digunakan untuk mencari potensial osmotik umbi tersebut, yaitu dengan rumus
berikut :

22,4 mT 22,4 0,8 304


PO= = =19,95
273 273
1.8 Diskusi
1. Mengapa penguapan cepat terjadi pada sel-sel umbi kentang yang telah diiris?
Jawab : Karena pada umbi kentang yang sudah diiris, telah kehilangan kulit yang
berperan sebagai pelindung dari penguapan air sehingga kandungan air di dalam
kentang akan cepat menguap. Selain itu, terjadi proses difusi antara udara pada
lingkungan dengan udara pada umbi kentang.

2. Apakah fungsi larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi pada percobaan ini?
Jawab: Sebagai indikator potensial osmotik, karena setiap larutan sukrosa dengan
konsentrasi yang berbeda memiliki potensial osmotik yang berbeda pula.

3. Bagaimanakah hubungan molaritas larutan sukrosa dengan perubahan pada


silinder umbi kentang?
Jawab : Hubungannya adalah setiap larutan sukrosa dengan molaritas tertentu
menyebabkan timbulnya potensial osmotik tertentu. Jika silinder umbi kentang
tidak mengalami perubahan panjang ketika direndam pada larutan sukrosa dengan
molaritas X misalnya, berarti larutan sukrosa X tersebut memiliki potensial
osmotik yang sama dengan potensial osmotik yang dimiliki umbi kentang.

1.9 Kesimpulan
Potensial osmotik umbi kentang yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah
19,95. Potensial osmotik ini sama dengan potensial osmotik pada larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0,8 M, sehingga tidak terjadi perubahan panjang silinder ketika
silinder kentang tersebut direndam di dalamnya. Jika silinder umbi kentang
direndam pada larutan yang konsentrasinya dibawah atau diatas 0,8 M , maka
panjang silinder umbi kentang akan berubah sebab potensial osmotiknya tidak sama.

1.10 Daftar Pustaka

Istanti, Annie; Prasetyo, Triastono I. dan Dwi Listyorini. 1999. Biologi Sel. Malang:
FMIPA UM.
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. New York : D Van Nostrand
Company Inc.
Salisbury, F.B., Cleon, W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : Penerbit
ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbayah H.S. 1990. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Bandung: FMIPA-ITB.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.
1.11 Lampiran

Anda mungkin juga menyukai