Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak jalanan adalah fenomena nyata bagian dari kehidupan di Indonesia.


Fenomena nyata yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Pada era
runtuhnya orde baru, terjadi krisis moneter yang membuat kemiskinan meningkat.
Salah satu dampak dari kemiskinan adalah adanya anak jalanan. UUD 1945 Pasal 34
Ayat 1 menyebutkan bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan
pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak anak terlantar dan
anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan HAM pada umumnya, seperti tercantum
dalam UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan dan Keputusan Presiden RI No.
36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi
tentang hak-hak Anak). Anak perlu mendapatkan hak-haknya secara normal
sebagaimana layaknya, yaitu hak sipil dan kemerdekaan, lingkungan keluarga dan
pilihan pemeliharaan, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan
budaya, dan perlindungan khusus (Harja Saputra, 9 April 2007). Hak-hak yang
seharusnya diterima oleh seorang anak tersebut belum dapat terpenuhi, sehingga anak
memilih untuk hidup di jalanan. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan
Keputusan anak untuk menjadi seorang anak jalanan.
Karena sebagian anak jalanan, ada yang berasal dari keluarga utuh dan
memiliki identitas yang jelas. Namun beberapa faktor menjadikan mereka memilih
meninggalkan kemapanan sebuah keluarga dan menikmati kebebasan di jalanan.
Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah Adanya tekanan yang berlebihan dari
orang tua, Rasa frustasi karena selalu dibandingkan dengan anak lain, Kurangnya
perhatian dari keluarga, dan ingin Mencoba kehidupan baru.
Banyaknya jumlah peningkatan anak jalanan, berdamapak buruk pada
perkembangan jiwa anak dan pecitraan bangsa yang gagal dalam menangani masalah
HAM anak. Melihat kondisi seperti ini sangat meprihatinkan, karena tidak sewajarnya
anak dibawah usia harus memperoleh kehidupan yang tidak layak. Membanting
tulang demi menghidupi dirinya dan keluarga sangat tidak etis ketika hal ini
dibebankan oleh anak dibawah usia. Pada kenyataannya anak dibawah usia ini
merupakan aset terbesar negara sebagai ahli waris untuk berkontribusi dalam
pembangunan perekonomian Indonesia.
1
Dalam Konstitusi Indonesia, hak hak seorang anak tercantum dalam
Konvensi Hak Anak ( KHA ). Didalam KHA terdapat fungsi fungsi yang mencakup
semua hak dasar yaitu hak untuk kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh kembang,
hak untuk memperoleh perlindungan dan hak untuk berpartisipasi. Untuk menangani
permasalahan ini, tidak hanya pemerintah tetapi masyarakat (generasi muda
khususnya) dapat berperan aktif untuk menangani permasalahan ini.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apakah definisi anak jalanan dan konstitusi?
1.2.2 Apa saja pelanggaran konstitusi yang terjadi pada anak jalanan ?
1.2.3 Apa saja hak hak yang seharusnya didapatkan oleh seorang anak jalanan ?

2
1.2.4 Apa saja upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menangani
pelanggaran konstitusi terjadi pada anak jalanan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui bentuk pelanggaran konstitusi yang terjadi pada anak jalanan
1.3.2 Untuk mencari solusi untuk mengurangi pelanggaran konstitusi yang terjadi
pada anak jalanan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan teori


2.1.1 Undang-undang dasar 1945 pasal 34 ayat 1 Fakir miskin dan anak
terlantar dipelihara oleh negara
3
2.1.2 Undang undang dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa
Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
2.1.3 Undang-undang Dasar tahun 1945, setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup Tumbuh dan berkembang,serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi ( Pasal 28B Ayat 2 ).
2.1.4 Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tengang Kesejahteraan Anak
2.1.5 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak
2.1.6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
2.1.7 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 Tentang
Pengesahan Convention On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang
Hak-Hak Anak)
2.1.8 4 Prinsip yang terdapat pada Konvensi Hak Anak ( KHA )

2.2 Pembahasan
1.2.1 Apakah difinisi anak jalanan dan konstitusi?
Anak jalanan adalah seorang yang berumur dibawah 18 tahun yang
menghabiskan sebagian waktunya atau seluruh waktunya di jalanan
mmelakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang atau guna
mempertahankan hidupnya. Berdasarkan hubungan nnya dengan orang tua,
anak jalanan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, anak yang bekerja di
jalanan dan anak yang tinggal di jalanan. Anak jalanan mengalami
kehidupan yang keras dalam kondisi dan situasi yang buruk bahkan hak-

4
haknya banyak terlanggar. Sebagai anak, mereka tidal lagi mampu
menikmatik hak-haknya yang tercakup sebagai hak anak yang telah diatur
dalam perundang-undangan di negara kita.
Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen
yang berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi
pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi harus
diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal).
namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi, Konstitusi
bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam
bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum
akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi.

1.2.2 Apa saja pelanggaran konstitusi yang terjadi pada anak jalanan ?
Padahal di dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan mensejahterakan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tapi kenyataannya pemerintah
menjalankannya dengan setengah-setengah.
Bentuk HAM tersebut menurut saya penting untuk dijamin
perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhannya karena sesuai
dengan bunyi pasal tersebut yang berbunyi Fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh Negara memang selayaknya dilindungi. Karena
fakir miskin dan anak-anak jalan juga berhak mendapatkan hak yang setara
dengan orang-orang yang derajatnya lebih tinggi dibandingkan mereka. Jadi
walaupun mereka fakir miskin ataupun anak-anak jalanan, mereka tetap
mempunyai hak yang memang seharusnya untuk mereka.
Seringkali orang memandang fakir miskin dan anak jalanan itu
mengganggu. Dengan pasal 34 ayat 1 ini mereka terlindungi karena orang
lain tidak akan mendiskriminasi mereka. Seharusnya mereka dapat hidup
dengan layak seperti kita semua.

1.2.3 Apa saja hak hak yang seharusnya didapatkan oleh seorang anak jalanan ?

1. Hak Penduduk dan Kebebasan Sipil


5
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UU Perlindungan Anak,
mendapatkan akta kelahiran adalah bentuk pengakuan pertama negara
terhadap keberadaan seorang anak. Mendapatkan akta kelahiran disebut
juga sebagai hak Kependudukan dan Kebebasan Sipil. Namun menurut data
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sampai bulan November
2012 masih ditemukan sekitar 50 juta anak Indonesia yang tidak memiliki
akta kelahiran. Ini sama artinya, secara hukum jutaan anak tidak diakui
sebagai warga negara Indonesia dan dengan sendirinya tidak berhak
mendapat layanan negara. Padahal mendapatkan identitas, nama, dan
kewarganegaraan dalam bentuk akta lahir yang dikeluarkan negara
merupakan hak konstitusional anak.
Fakta ini berdampak, anak yang tidak memiliki akta lahir sangat
rentan terhadap tindak kekerasan, eksploitasi, serta praktek-praktek
manipulasi terhadap asal-usul anak. Oleh sebab itu, pencatatan kelahiran
sangatlah penting bagi anak, sebagai bagian integral dari Hak Penduduk dan
Kebebasan Sipil.
2. Hak Pendidikan
Bentuk pelanggaran hak anak lainnya adalah hak atas pendidikan.
KPAI mencatat sekitar 2,5 juta anak dari 26,3 juta anak usia wajib belajar di
tahun 2010 yakni usia 715 tahun, belum dapat menikmati pendidikan dasar
9 tahun. Sementara, 1,87 juta anak dari 12,89 juta anak usia 1315 tahun
tidak mendapatkan hak atas pendidikan.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan anak tidak dapat sekolah, di
antaranya kesulitan untuk mengakses sekolah, terutama anak-anak yang
berada di wilayah perbatasan maupun di daerah Komunitas Adat Terpencil,
selain juga karena kendala ekonomi dan kurangnya kesadaran orang tua
tentang arti pendidikan bagi anak. Ini menunjukkan bahwa program wajib
belajar belum menunjukkan keberhasilan. Amanah UUD 1945 tentang
kewajiban negara agar melakukan alokasi anggaran pendidikan 20% baik di
tingkat pusat (APBN) maupun daerah (APBD) rupanya belum memberikan
dampak siginifikan bagi upaya pemenuhan hak pendidikan bagi anak.
3. Hak Kesehatan

6
Menurut laporan Kemenkes, hingga Juni 2012 tercatat 821 penderita
AIDS berusia 15 19 tahun, bahkan 212 penderita berusia 514 tahun.
Sedangkan untuk anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba,
Badan Narkotika Nasional (2006) menyebutkan, 80% dari sekitar 3,2
pengguna berasal dari kelompok usia muda (remaja/pemuda). Penggunaaan
jarum suntik secara bergantian dalam mengkonsumsi narkotika adalah
praktek yang lazim ditemukan di dalam kalangan remaja. Ini membuat
mereka bersiko tertular virus HIV/AIDS. Pada September 2011, Kemensos
merilis kabar adanya 464 anak Indonesia usia di bawah 15 yang tahun
mengidap HIV/AIDS. Selain dari jarum suntik, pemakai narkoba anak itu
mewarisi HIV dari ibu mereka.

1.2.4 Apa saja upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menangani
pelanggaran konstitusi terjadi pada anak jalanan ?

Penanganan disetiap daerah di Indonesia selalu berbeda misalnya di


Kota Surabaya telah membuat Peraturan daerah tentang penyelenggaraan
perlindungan anak. Pada Pasal 3 tentang Kewajiban dan Tanggung Jawab
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah, berkewajiban dan bertanggung
jawab :

1. Menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa


membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan
kondisi fisik dan/atau mental.
2. Memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan perlindungan anak.
3. Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak
dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau
orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak.
4. Mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak.
5. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam
menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat
kecerdasan anak.

Aturan tersebut tinggalah sebuah aturan tetapi gerakan yang pasti


adalah pemerintah mendukung adanya panti sosial yang dianggap lebih
7
relevan dari pada penertiban yang dilakukan langsung oleh pemerintah.
Solusi makin pesatnya pertumbuhan angka keberadaan anak jalanan sejauh
ini terdapat tiga model penanganan anak jalanan dengan pendekatan yang
berbeda:

Community Based adalah model penanganan yang berpusat di


masyarakat dengan menitik beratkan pada fungsi-fungsi keluarga dan potensi
seluruh masyarakat. Tujuan akhirnya adalah anak tidak menjadi anak
jalanan / sekalipun dijalan, mereka tetap berada dilingkungan keluarga.
Kegiatannya biasanya meliputi: pelatihan peningkatan pendapatan keluarga,
penyuluhan dan bimbingan pengasuhan anak, dan kesempatan anak untuk
memperoleh pendidikan dan kegiatan waktu luang.

Street Based adalah kegiatan dijalanan atau penjangkauan penanganan


terhadap anak langsung dilakukan ditempat anak tersebut sering berada,
kegiatan ini berupa pendamingan terhadap anak agar mendapatkan
perlindungan dari orang yang berperan sebagai pengganti orang tuanya.

Centre Based adalah kegiatan di panti, untuk anak-anak yang sudah


utus dengan keluarganya. panti menjadi lembaga pengganti keluarga untuk
dan memenuhi kebutuhan anak seperti kesehatan, pendidikan, keterampilan,
waktu luang, makan tempat tinggal, pekerjaan dan sebagainya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran pemerintah tentang perundang-undangan hak anak jalanan harus
didukung oleh masyarakat, karena tanpa adanya dukungan dari masyarakat
aturan-aturan pemerintah hanyalah berjalan seadanya. Hal itu membuktikan
bahwa tujuan Negara adalah tujuan masyarakat itu sendiri.
Hak-hak anak yang sering terlanggar dalam kehidupan anak jalanan
diantaranya hak mendapat perlindungan dari orang tua dan masyarakat,
memperoleh pengajaran, dan hak perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi serta hak perlindungan anak dari eksploitasi. Bentuk
penyelenggaraan yang sering terjadi dalam kehidupan anak jalanan
diantaranya eksploitasi oleh oknum-oknum tertentu untuk menjadi pengemis,
pengamen, pencopet, bahkan pelacur oleh sindikat tertentu, tidak adanya
akses pendidikan dan siksaan dan kekerasan dari berbagai pihak. Masalah
pelanggaran konstitusi dalam kehidupan anak jalanan ini menuntut
serangkaian upaya untuk memperjuangkannya agar tidak semakin
memperpanjang daftar pelanggaran kosntitusi di negara kita. Akan tetapi
menangani masalah anak jalanan bukanlah hal yang mudah karena
kekomplekan masalahnya. Sehingga untuk mengatasinya diperlukan
kerjasama dari berbagai pihak baik pemerintah, lembaga kemasyarakatan
maupun akademisi.

3.2 Saran
Seharusnya pemerintah lebih memprioritaskan untuk memajukan
tingkat kesejahteraan rakyatnya dalam hal ini anak jalanan, melalui
kerjasama antara lembaga kemasyarakatan dan masyarakat itu sendiri.
Dikarenakan masyarakat lebih mengetahui apa yang terjadi di daerahnya
masing-masing dari pada pemerintah.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

9
http://www.slideshare.net/MelandaKucing/makalah-kewarganegaraan-anak-jalanan

id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan

http://fatwasabilla.blogspot.com/2014/02/karya-ilmiah-anak-jalanan-masalah-
dan.html

http://t4rbiyah.blogspot.com/2008/01/permasalahan-anak-jalanan-dan.html

http://hukum.kompasiana.com/2014/09/03/pelanggaran-ham-tentang-fakir-miskin-dan-anak-
anak-jalanan-yang-terlantar-685317.html

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/53888

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA TENTANG


PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

10

Anda mungkin juga menyukai