Negara merupakan organisasi yang meliputi sejumlah manusia yang sangat banyak,
maka diperlukan adanya satu sistem pengendalian (sistem pembatasan) yang efektif.
Hal itu dilakukan melalui hukum (baik tertulis maupun tidak tertulis) yang bernama
Undang Undang Dasar 1945 disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, dimuat
dan disiarkan dalam Berita Republik Indonesia, pada 15 Pebruari 1946. Undang Undang
Dasar 1945 sebagai hukum dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, merupakan
sumber hukum yang berisi norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang
harus dilaksanakan dan ditaati. UUD 1945 dalam kerangka tata urutan atau norma
hukum yang berlaku merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi. Dalam
hubungan ini UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, alat pengecek
apakah norma hukum yang lebih rendah yang berlaku sesuai atau tidak dengan
ketentuan UUD 1945. Dengan demikian UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai
berikut :
1) Sebagai hukum dasar yang tertulis
Dengan keluarnya Undang Undang No. 10 Th. 2004, Tata Urutan perundang-undangan
mengalami perubahan menjadi:
1. Undang Undang Dasar 1945
2. Undang-undang/Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah.
Alinea ketiga, menyatakan Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Makna yang terkandung dalam alinea ketiga adalah :
1) Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat ridho
Allah.
2) Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia terhadap suatu
kehidupan yang berkeseimbangan antara kehidupan materiel dan spiritual,
kehidupan di dunia dan akhirat.
Kalimat kedua Proklamasi, dijabarkan oleh Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
Alinea IV, yang memuat pikiran tindak lanjut setelah Indonesia pindah dari alam
penjajahan ke alam kemerdekaan. Pikiran-pikiran yang dimaksud adalah :
(1) Menentukan empat tujuan negara yang ingin dicapai
(2) Menyusun negara dalam suatu susunan Undang Undang Dasar
(3) Menetapkan susunan pemerintahan berbentuk republik
(4) Menetapkan bentuk kekuasaan negara berkedaulatan rakyat
(5) Menetapkan rumusan dasar negara Indonesia
PROKLAMASI PEMBUKAAN
17 AGUSTUS 1945 UNDANG UNDANG DASAR 1945
Gambar 3:
Bagan Hubungan Proklamasi Dengan Pembukaan UUD 1945
Calon Presiden dan calon Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi partai politik sebagai pemersatu
bangsa yang menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat mengenai calon Presiden
dan calon Wakil Presiden. Dengan demikian, para calon Presiden dan calon Wakil
Presiden yang diajukan partai-partai politik merupakan kristalisasi dari aspirasi rakyat.
Selain adanya ketentuan diusulkan oleh sebuah partai politik, calon Presiden dan Wakil
Presiden juga dapat diusulkan oleh gabungan partai politik peserta pemilu dimaksudkan
untuk membangun kesepahaman, kebersamaan, dan kesatuan di kalangan partai-partai
politik dalam melakukan perjuangan politik. Hal itu diharapkan dapat memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk dalam melaksanakan
demokrasi atau kedaulatan rakyat. Ketentuan bahwa calon Presiden dan calon Wakil
Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik tersebut
menyebabkan tidak tertutup peluang munculnya calon Presiden dan calon Wakil
Presiden dari kalangan non partai politik. Hanya saja, calon dari kalangan non partai itu
dapat diusulkan menjadi calon Presiden atau calon Wakil Presiden jika melalui dan
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.
Dalam ketentuan Pasal 6A ayat (3) diatur mengenai perolehan suara minimal yang harus
diraih pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden untuk terpilih menjadi
Presiden dan Wakil Presiden. Pertimbangan adanya ketentuan ini adalah untuk
Pasal 6A ayat (4) merupakan ketentuan lanjutan untuk melengkapi ketentuan Pasal 6A
ayat (3) yang mengatur proses pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
Ketentuan Pasal 6A ayat (4) ini merupakan jalan keluar (escape clausule) untuk
mengantisipasi jika dalam pemilu tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
yang memenuhi perolehan suara yang disyaratkan sebagaimana ditentukan dalam Pasal
6A ayat (3).
Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden diatur dalam satu pasal di dalam
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu Pasal
7.
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.
Perubahan pasal ini dilatarbelakangi oleh praktik ketatanegaraan kita selama berpuluh-
puluh tahun tidak pernah mengalami pergantian presiden. Terjadinya hal tersebut
disebabkan oleh rumusan Pasal 7 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebelum diubah yang memang menimbulkan tafsiran yang beragam, antara
pendapat yang menyatakan bahwa presiden dapat menjabat berkali-kali dan pendapat
yang menyatakan bahwa presiden hanya dapat menjabat dua kali. Belajar dari
pengalaman praktik ketatanegaraan tersebut, dilakukan perubahan sehingga dengan
rumusan Pasal 7 itu, periode masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden sudah
ditentukan dan dibatasi, yakni bisa dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.
Dengan demikian, Presiden atau Wakil Presiden hanya dapat menjabat maksimal dua
kali masa jabatan.