Bab 1
Bab 1
Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah
suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Politeknik
1
secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan
dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik), serta mampu mengantisipasi hari depan
mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya
bangsa, negara dan hubungan internasionalnya. Pendidikan tinggi di Indonesia sebagai
sub sistem pendidikan nasional tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang
mengglobal yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan
paradoksal dan ketakterdugaan.
Dengan memperhatikan visi dan aksi pendidikan tinggi abad XXI, maka wawasan
pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia ke masa depan yang hendak dicapai,
adalah :
1. Proses pembelajaran di perguruan tinggi Indonesia menyerap konsep pendidikan
internasional yang cenderung semakin : manusiawi, religius, demokratis, dan
praktis.
2. Menyepakati dan melaksanakan hakikat pendidikan yang berwujud empat pilar
pendidikan yaitu: (1) Learning to be, (2) Learning to know, (3) Learning to do, (4)
Learning to live together.
3. Pendidikan Tinggi mempunyai fungsi untuk pembentukan sosok lulusan yang
utuh dan lengkap ditinjau dari segi kemampuan, ketrampilan dan kematangan, serta
kesiapan pribadi.
Kemampuan warganegara untuk dapat hidup berguna dan bermakna serta mampu
mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya, sangat memerlukan
pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang berlandaskan nilai-
nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar dalam bernegara
tersebut akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta pegangan hidup
warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pembekalan
kepada peserta didik di Indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai, sikap, dan
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Politeknik
2
kepribadian sebagaimana tersebut di atas, dalam komponen kurikulum perguruan tinggi
diandalkan diantaranya pada Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang termasuk
kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK). Misi kelompok MPK di
perguruan tinggi membentuk mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai dasar agama
dan kebudayaan serta kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang dikuasainya dengan rasa tanggungjawab
kemanusiaan.
Secara yuridis formal, yang menjadi landasan hukum kewajiban adanya mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi didasarkan pada:
1. Pembukaan UUD 1945, Alinea II dan IV
(Kepentingan nasional/cita-cita dan tujuan nasional Indonesia);
2. Batang Tubuh UUD 1945 Pasal 27 , Pasal 30, Pasal 31 (Bela Negara; Pertahanan
Negara; Pendidikan Nasional);
3. Undang-undang No. 20/1982, sebagaimana dirubah dengan UU No. 1/1988 Tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI (baca Pasal 17, 18,
dan 19), terakhir dengan UU No. 3/2002 Tentang Pertahanan Negara ( Pasal 9);
4. Undang-undang No. 2/1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 39),
dirubah dengan UU No. 20/2003, Pasal 3, Pasal 36 ayat (3), Pasal 37 ayat (2);
5. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 9;
6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI, No. 232/U/2000 dan 045/U/2002,
Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa;
7. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
RI, No. 38/Dikti/Kep/2002, yang disempurnakan dengan Nomor:
43/DIKTI/Kep/2006, Tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Melalui Keputusan Mendikbud tahun 1982, Pendidikan Kewiraan termasuk mata kuliah
wajib di Perguruan Tinggi yang dimasukkan ke dalam kelompok Mata Kuliah Dasar
Umum (MKDU), bersama mata kuliah Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama.
Dengan disyahkannya Undang-undang No. 2/1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dimana Pendidikan Kewiraan merupakan mata kuliah yang wajib di
Perguruan Tinggi, namun isi (materi/topik-topik) masih meliputi seperti pada tahun
awal kehadirannya, dan berlangsung hingga tahun 1999.
Dengan dicabutnya Peraturan Pemerintah (PP) No.30/1990 dan diganti dengan PP No.
60/1999 tentang Pendidikan Tinggi, maka Keputusan Mendikbud No. 056/U/1994
tentang Pedoman Penyususunan Kurikulum Pendidikan Tinggi, juga dirubah dan diatur
dengan Keputusan Mendiknas No. 232/U/2000. Dalam keputusan tersebut disebutkan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan termasuk kelompok MPK pada kurikulum inti
yang wajib diberikan pada setiap program studi. Kemudian keluar Keputusan Direktur
Jenderal Dikti No. 267/Dikti/Kep/2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan
Tinggi di Indonesia, kemudian disusul dengan Keputusan No. 38/Dikti/Kep/2002,
tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Pada periode ini isi/materi kajian mengalami perubahan orientasi,
yaitu:
1. Meniadakan semua peraturan-peeraturan Menhankam/Pangab yang instruktif
tentang Polstrahankamnas dan Sishankamrata, dan meramu konsepsi dasarnya ke
dalam materi Hankam dan Polstranas yang baru.
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Politeknik
6
2. Polstranas yang baru, memuat konsep-konsep dasar pembangunan yang melahirkan
GBHN.
3. Metodologi pembelajaran yang bersifat indoktrinatif, imperatif, dan ekspositori
dirubah menjadi metodologi bersifat pendekatan inkuiri, responsif, dialog interaktif
dan kreatif.
Pada tanggal 2 Juni 2006 keluar Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 Tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mengalami penyempurnaan. (Uraian
materi bahasan dipaparkan di sub bahasan berikutnya).