Anda di halaman 1dari 7

Bab 6

Motor Bakar Torak

Analisa siklus termodinamika sangat penting untuk mempelajari motor bakar.


Proses kimia dan termodinamika yang terjadi pada motor bakar sangatlah rumit
untuk dianalisis. Jadi diperlukan suatu siklus yang diidealkan sehingga
memudahkan untuk menganalisa motor bakar. Siklus yang diidealkan tentunya
harus mempunyai kesamaan dengan siklus sebenarnya. Sebagai contoh
kesamaannya adalah urutan proses, dan perbandingan kompresi. Di dalam siklus
aktual, fluida kerja adalah campuran bahanbakar udara dan produk pembakaran,
akan tetapi di dalam siklus yang diidealkan fluidanya adalah udara. Jadi siklus
ideal bisa disebut dengan siklus udara.

1. Motor Otto
A. Siklus Ideal
Siklus ideal volume kostan ini adalah siklus untuk mesin otto. Siklus
volume konstan sering disebut dengan siklus ledakan (explostion cycle)
karena secara teoritis proses pembakaran terjadi sangat cepat dan
menyebabkan peningkatan tekanan yang tiba-tiba. Penyalaan untuk
proses pembakaran dibantu dengan loncatan bunga api. Nikolaus August
Otto menggunakan siklus ini untuk membuat mesin sehingga siklus ini
sering disebut dengan siklus otto yang ditunjukkan dalam diagram p-v.

Gambar 1 : Siklus Udara Volume Konstan

Adapun urutan prosesnya adalah sebagai berikut


[1] Langkah isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan.
[2] Langkah kompresi (1-2) merupakan proses adiabatis
Proses pembakaran volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses
pemasukan kalor pada volume kostan.
[3] Langkah kerja (3-4) merupakan proses adiabatis
Proses pembuangan kalor (4-1) dianggap sebagai proses
pengeluaran kalor pada volume konsatan
[4] Langkah buang (1-0) merupakan proses tekanan konstan, gas
pembakaran dibuang lewat katup buang

B. Siklus aktual
Pada siklus aktual mesin otto fluida kerjanya adalah campuran bahan
bakar udara, jadi ada proses pembakaran untuk sumber panas. Pada
langkah hisap, tekanannya lebih rendah dibandingkan dengan langkah
buang. Proses pembakaran dimulai dari penyalaan busi (ignition) sampai
akhir pembakaran. Proses kompresi dan ekspasi tidak adiabatis, karena
terdapat kerugian panas yang keluar ruang bakar.

Gambar 2 : Siklus aktual Otto

C. Efisiensi
Dari diagram p-v untuk siklus otto, bisa dianalisa untuk menghitung
efesiensi siklus sebagai berikut. Energi kalor yang masuk pada volume
kostan adalah sebesar
Qm = mc v ∆T
Qm = mc v ( T3 − T2 )
dengan
Qm = adalah kalor masuk
m = massa fluida
cv = panas jenis pada volume konstan
ΔT = perbedaan temperatur

Energi yang keluar sistem pada volume konstan adalah


Q1 = mc v ∆T
Q1 = mc v ( T4 − T1 )
dengan
Ql = adalah kalor keluar
m = massa fluida
cv = panas jenis pada volume konstan
ΔT = perbedaan temperature

Definisi dari efisiensi yaitu kerja berguna dibagi dengan energi kalor
masuk
W Kerjabergu na
η= =
Q KalorMasuk
Qm − Q1 mcv ( T3 − T2 ) − mcv ( T4 − T1 )
η= =
Q1 mcv ( T4 − T1 )
(T − T ) T
η = 4 1 = 1− 1
( T3 − T2 ) T2
Apabila rasio kompresi didefinisikan sebagi perbandingan anata volume
silinder dibagi dengan volume ruang bakarnya yaitu
V + Vs
r= 1
Vs
maka rumusan efesiensi diatas bisa dituliskan sebagai
1
η = 1 − k −1
(r)
2. Motor Diesel
A. Siklus Ideal
Siklus ideal tekanan kostan ini adalah siklus untuk mesin diesel yan
ditunjukkan dalam diagram p-v.
Gambar 3 : Siklus Udara tekanan Konstan

Adapun urutan prosesnya adalah sebagai berikut


[1] Langkah isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan.
[2] Langkah kompresi (1-2) merupakan proses adiabatis
Proses pembakaran tekanan konstan (2-3) dianggap sebagai proses
pemasukan kalor pada tekanan konstan.
[3] Langkah kerja (3-4) merupakan proses adiabatis
Proses pembuangan kalor (4-1) dianggap sebagai proses
pengeluaran kalor pada volume konsatan
[4] Langkah buang (1-0) merupakan proses tekanan konstan

Dapat dilihat dari urutan proses diatas bahwa pada siklus tekanan kostan
pemasukan kalornya pada tekanan kostan berbeda dengan siklus volume
konstan yang proses pemasukan kalornya pada kondisi volume konstan.
Siklus tekanan konstan sering disebut dengan siklus diesel. Rudolf Diesel
yang pertama kali merumuskan siklus ini dan sekaligus pembuat pertama
mesin diesel. Proses penyalaan pembakaran tejadi tidak menggunakan
busi, tetapi terjadi penyalaan sendiri karena temperatur didalam ruang
bakar tinggi karena kompresi.

B. Siklus Aktual
Alasan yang sama dengan mesin, dengan perbedaan pada disel pada
langkah isap hanya udara saja, bahan bakar diseprotkan melalui nosel di
kepala silinder. Proses pembakaran untuk menghasilkan panas karena
kompresi, atau pembakaran kompresi.
Gambar 4 : Siklus aktual mesin diesel

C. Efisiensi
Dengan definisi yang sama untuk raso kompresi, efisiensi dari siklus
tekanan konstan adalah sebagai berikut
1  β k −1 
η = k −1  
r  k ( β −1) 

Sedangkan pebandingan rasio kompresi dengan efisienai ditunjkkan pada


grafik berikut ini.

Gambar 5: Grafik efisiensi terhadap rasio kompresi mesin diesel

Dengan menaikan rasio kompresi efisiensi siklus tekanan konstan atau


diesel semakin naik. Kenaikan rasio kompresi berarti tekanan kompresi
juga tinggi sehingga material yang dibutuhkan harus lebih kuat. Pada
rasio kompresi yang sama efisiensi mesin otto lebih tinggi dibandingkan
dengan mesin diesel, akan tetapi mesin otto tidak bekerja pada rasio
kompresi disel karena terlalu tinggi.

3. Motor Dual Cycle


A. Siklus Ideal
Perbedaan dari dua siklus yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu pada
proses pembakaran dimana kalor dianggap masuk sistem. Sedangkan
pada siklus yang ketiga yaitu siklus gabungan, proses pemasukan
kalornya menggunakan dua cara yaitu pemasukan kalor volume konstan
dan tekanan konstan. Dari cara pemasukan kalornya terlihat bahwa siklus
ini adalh gabungan antara siklus volume konstan dan tekanan konstan,
karena itu siklus ini sering disebut siklus gabungan Diagramnya p-v dapat
dilihat dari gambar.

Gambar 6 : Siklus Gabungan


B. Efisiensi

1  α ργ − 1 
η =1− y −1  
r  (α − 1) + α γ( ρ − 1) 

Dimana
P
α= 3
P2
V4
ρ=
V3
γ =1,40

Penyimpangan siklus ideal menjadi siklus aklual terjadi karena dalam keadaan
yang sebenarnya terjadi kerugian yang antara lain disebabkan oleh
1. Kebocoran fluida karena penyekat cincin torak dan katub tak dapat
sempurna
2. Katub tidak dibuka dan ditutup tepat di TMA dan TMB karena mekanisme
katub dan kelembaman fluida
3. Fluida kerja bukan dalam kondisi gas ideal, dengan kalor spesifik yang
konstan selama proses berlangsung
4. Pada motor bakar sebenarnya, Waktu torak bearada di TMA, tidak
terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara.
5. Proses pembakaran memerlukan waktu sehingga tidak dapat berlangsung
sekaligus
6. Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari
fluida kerja ke pendingin
7. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam
silinder ke atmosfer
8. Terdapat kerugian energi karena gesekan

Referensi
[1] Basyirun, Winarno, Karnowo, 2008, Mesin Konversi Energi, Universitas Negeri
Semarang
[2] Pujanarsa, A., Nursuhud, D.,2006, Mesin Konversi Energi, Andi, Yogjakarta
[3] Arismunandar, W., 1988, Motor Bakar Torak, ITB Bandung
[4] El-Wakil, M.M., 1985, Power plant Technology, Mc Graw-Hill, New york

Anda mungkin juga menyukai