Anda di halaman 1dari 9

Askep Retensio Plasenta - Ilmu Keperawatan

www.askepkeperawatan.com Askep Maternitas

7 Nov 2015

http://www.askepkeperawatan.com/2015/11/a
skep-retensio-plasenta.html
Askep Retensio Plasenta
Ana Nurkhasanah Saturday, November 7, 2015 Askep Maternitas
A. Definisi
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari
30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus.
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam
(Ida Bagus Gde Manuaba, 2008)
Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat
berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul perdarahan yang
merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa post partum. Apabila sebagian placenta
lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi
dengan baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta sudah
lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa
nifas.

Disamping kematian, perdarahan post partum akibat retensio placenta memperbesar


kemungkinan terjadinya infeksi puerperal karena daya tahan penderita yang kurang. Oleh karena
itu sebaiknya penanganan kala III pada persalinan mengikuti prosedur tetap yang berlaku.

B. Epidemiologi
Retensio plasenta terjadi pada 3% kelahiran per vagina. 15 % retensio plasenta adalah ibu yang
pernah mengalami retensi plasenta (AAFP, 2000/2001).
C. Etiologi
Penyebab terjadinya retensio plasenta diantaranya yaitu :
1. Fungsional
a. His kurang kuat
b. Plasenta belum lepas dari dinding uteruskarena :
tempatnya : insersi di sudut tuba
bentuknya : plasenta membranacea, plasenta anularis
ukurannya : plasenta yang sangat kecil
c. Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan
2. Patologi Anatomis
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika lepas sebagian terjadi
perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta :
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu : Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
(plasenta adhessiva),
Kelainan dari plasenta, misalnya : Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi
khorialis menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-
perkreta)
Kesalahan manajemen kala III persalinan, seperti : manipulasi dari uterus yang tidak perlu
sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta dapat menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik,
pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya juga dapat menyebabkan serviks kontraksi
(pembentukan constriction ring) dan menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

D. Faktor Predisposisi
Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah :
1. Grandemultipara
2. Kehamilan Ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas.
3. Kasus inferilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
4. Plasenta previa, karena di bagian istmus uterus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu masuk
jauh kedalam.
5. Bekas operasi pada uterus.
E. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil yag disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-
serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-
pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut
otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya
dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan
menyebabkan banyak darah hilang.

F. Klasifikasi
Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
1. Plasenta Adhesiva
Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan
mekanisme separasi fisiologis. Tipis sampai hilangnya lapisan jaringan ikat Nitabush, sebagian
atau seluruhnya sehingga menyulitkan lepasnya plaenta saat terjadi kontraksi dan retraksi otot
uterus.
2. Plasenta Akreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miornetrium.
Hilangnya lapisan jaringan ikat longgar Nitabush sehingga plasenta sebagian atau seluruhnya
mencapai lapisan desidua basalis. Dengan demikian agak sulit melepaskan diri saat kontraksi
atau retraksi otot uterus, dapat terjadi tidak diikuti perdarahan karena sulitnya plasenta lepas.
Plasenta manual sering tidak lengkap sehingga perlu diikuti dengan kuretase.
3. Plasenta Inkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum. Implantasi
jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus sehingga, tidak mungkin lepas sendiri. Perlu
dilakukan plasenta manual, tetapi tidak akan lengkap dan harus diikuti (kuretase tajam dan
dalam, histeroktomi).
4. Plasenta Perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus. Jonjot plasenta menembus lapisan otot dan sampai lapisan peritoneum
kavum abdominalis. Retensio plasenta tidak diikuti perdarahan, plasenta manual sangat sukar,
bila dipaksa akan terjadi perdarahan dan sulit dihentikan, atau perforasi. Tindakan definitif :
hanya histeroktomi.
5. Plaserita Inkarserata
Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni uteri.
Plasenta telah lepas dari implantasinya, tetapi tertahan oleh karena kontraksi SBR.

Tabel : Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

Separasi / akreta Plasenta


Gejala Plasenta akreta
parsial inkarserata
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Diskoid Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
plasenta seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

G. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang


Untuk memperkuat adanya dugaan retensio plasenta maka dilakukanlah pemeriksaan penunjang
yang meliputi :
1. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct),
melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan
infeksi, leukosit biasanya meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated
Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau
Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor
lain.

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi :

1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan

2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi
organ.

3. Sepsis.

4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.

I. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum:
Jika placenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan. Jika anda dapat merasakan
placenta dalam vagina, keluarkan placenta tersebut.
Pastikan kandung kemih sudah kosong.
Jika placenta belum keluar, berikan oksitoksin 10 unit i.m. Jika belum dilakukan pada
penanganan aktif kala III.
Jika uterus berkontraksi, lakukan PTT.
Jika PTT belum berhasil cobalah untuk melakukan pengeluaran placenta secara manual.
2. Penanganan Khusus
o Retensio placenta dengan separasi parsial :
Tentukan jenis retensio yang terjadi.
Regangan tali pusat dan minta klien untuk mengedan, bila ekspulsi placenta tidak terjadi, coba
traksi terkontrol tali pusat.
Pasang infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml cairan dengan 40 tetes/menit.
Bila traksi terkontrol gagal, lakukan manual placenta.
Transfusi jika perlu.
Beri antibiotik dan atasi komplikasi.
o Placenta inkaserata :
Tentukan diagnosa kerja
Siapkan alat dan bahan untuk menghilangkan konstriksi serviks dan melahirkan plasenta.
Siapkan anastesi serta infus oksitoksin 20 ui dalam 500 ml dengan 40 tetes/menit.
Pemantauan tanda vital, kontraksi uterus, TFU, perdarahan pasca tindakan.
o Placenta akreta :
Tentukan diagnosis
Stabilitas pasien
Rujuk klien ke RS karena tindakan kasus ini perlu dioperasi.
o Placenta manual :
Kaji ulang indikasi dan persetujuan tindakan.
Kaji ulang prinsip perawatan dan pasang infus.
Berikan sedativa, analgetik, dan antibiotik dengan dosis tunggal.
Pasang sarung tangan DTT.
Jepit tali pusat, tegangkan sejajar lantai.
Masukan tangan secara obstetrik menelusuri tali pusat dan tangan lain menahan fundus uteri.
Cari insersi pinggir placenta dengan bagian lateral jari-jari tangan.
Buka tangan obstetrik seperti memberi salam dan jari-jari dirapatkan, untuk menentukan tempat
implantasi.
Gerakan tangan secara perlahan bergeser kekranial sehingga semua permukaan maternal plasenta
dapat dilepaskan.
Jika tidak terlepas kemungkinan akreta. Siapkan untuk laparatomi.
Pegang plasenta, keluarkan tangan beserta plasenta secara pelahan.
Pindahkan tangan luar kesupra simphisis untuk menahan uterus saat placenta dikeluarkan, dan
periksa placenta.
Berikan oksitoksin 10 iu dalam 500 ml cairan dengan 60 tts/menit.
Periksa dan perbaiki robekan jalan lahir.
Pantau tanda vital dan kontrol kontraksi uterus dan TFU.
Teruskan infus dan transfusi jika perlu.

Penanganan Retensio Plasenta


1. Resusitasi, pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV line dengan kateter yang berdiameter
besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonic atau larutan ringer laktat yang
hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Tranfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drips Oksitosin ( oxytocin drips ) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0,9%
( normal saline ) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin
untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta
adalah perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30
menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,
perforasi dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang
( cunam ) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta
dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati hati karena
dinding rahim relative tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika melalui suntikan atau per oral
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.

J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta
adalah sebagai berikut :
Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan
sehari-hari sebagai berikut :
a. Sirkulasi :
Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)
Pelambatan pengisian kapiler
Pucat, kulit dingin/lembab
Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)
Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
b. Eliminasi : Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina
c. Nyeri/Ketidaknyamanan : Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal
(fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.
d. Keamanan : Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi)
dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora,
dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam
kubah vagina, atau robekan pada serviks.
e. Seksualitas :
Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang
tertahan)
Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel, polihidramnion,
makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.
Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi).
Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%)
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan melalui vaskuler yang berlebihan
b. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
c. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia
e. Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan
f. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Lihat di Diagnosa Nanda

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi.Jakarta : EGC
Harry, Oxorn. 1990. Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and
Birth : Yayasan Essentia Medica
Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.
Mary Hamilton. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Muliyati, 2005. Buku Panduan Kuliah Keperawatan Maternitas. Makassar
Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai