Anda di halaman 1dari 13

Kontol

Disusun Oleh:

1. Feri Sulistya A 20111030037


2. Andy Bagus L. 20111030022
3. Moh. Sudrajat 20111030047
4. Munawir Saragih 20111030050
5. Agung Firmansyah 20111030021
6. Anisa 20111030024
7. Arif Kurniadi 20111030026
8. Della Mawros 20111030032
9. Catur Ilmywati 20111030029
10. Reni Riawati 20111030058
11. Monika Budi Pratiwi 20111030048
12. Nofrina Arifin 20111030052

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012

I. Pendahuluan

a. Latar Belakang Studi Banding ke RS Santosa Bandung

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan RS, sistem akreditasi RS yang


dilaksanakan oleh KARS mengalami perubahan, yaitu dari sistem akreditasi
versi 2007 menjadi sistem akreditasi versi 2012. Salah satu perubahannya
terletak pada standar akreditasi yang digunakan. Standar akreditasi 2012 ini
mengacu dari sistem akreditasi RS oleh Joint Commission International (JCI)
yang menekankan pada pelayanan berfokus pada pasien serta kesinambungan
pelayanan dan menjadikan keselamatan pasien sebagai standar utama.
RS Santosa Bandung adalah salah satu dari 7 RS di Indonesia yang sudah
terakreditasi oleh JCI sekaligus sudah terakreditasi 16 PokJa oleh KARS
Indonesia.

RS Santosa termasuk RS yang tergolong baru tetapi mampu berkembang pesat


dan mampu berkompetisi dengan RS-RS yang telah berdiri lama di Bandung.

Oleh karena itu sangat pantas bagi mahasiswa program pasca sarjana
Manajemen Rumah Sakit untuk melakukan studi banding ke RS Santosa
Bandung sebagai bahan pembelajaran mengenai peningkatan Mutu dan
Akreditasi JCI untuk diterapkan dalam proses peningkatan mutu dan akreditasi
KARS versi 2012 di RS masing-masing.

b. Tujuan Studi Banding

1. Tujuan Umum

Melakukan studi banding mengenai mutu (akreditasi) JCI dan KARS,


Manajemen klinik, manajemen fisik, clinical governance, manajemen
penunjang (farmasi) dan manajemen keperawatan di RS Santosa Bandung.

2. Tujuan Khusus

Melakukan studi banding proses dan kegiatan persiapan akreditasi


oleh JCI dan KARS melalui kegiatan wawancara dengan pihak RS
Santosa.

Melakukan survey clinical governance dan survey fisik berkaitan


dengan akreditasi

Melakukan dokumentasi-dokumentasi studi

c. Perumusan Pertanyaan Studi

1. Bagaimana proses persiapan akreditasi RS Santosa?


2. Bagaimana perbandingan proses akreditasi KARS sistem 2007 dengan
akreditasi JCI?

3. Bagaimana penerapan good clinical governance di RS santosa?

II. Hospital Benchmarking

a. Sejarah dan Profil RS Santosa Bandung

RS Santosa Bandung adalah, sebuah rumah sakit swasta berkapasitas 400


tempat tidur berstandar internasional yang telah diresmikan oleh Menteri
Kesehatan RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) pada tanggal 4 November
2006. RS Santosa Bandung Berdiri di atas lahan seluas 1,3 Ha dengan total
luas bangunan 36,000 m 2 , RS Santosa terdiri dari 9 lantai dan 2 basement
untuk parkir. Dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih dan didukung
oleh kurang lebih 250 dokter, diantaranya 50 dokter spesialis dan subspesialis
full time , tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan profesional, yang
menjadikan RS Santosa sebagai rumah sakit swasta terkemuka di Jawa Barat.
Selain bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,
Santosa Hospital juga menjalin kolaborasi dengan institusi/rumah sakit di luar
negeri seperti Victoria Hearth Centre - Epworth Hospital Melbourne,
Australia. ; SingHealth (Singapore General Hospital, National Neuroscience
Institute, National Heart Centre of Singapore, National Cancer Centre, KK
Women & Children Hospital Singapore, National Eye Centre); National
Healthcare Group Singapore (National University Hospital, Tan Tock Seng
Hospital) dan Parkway Healthcare Group (Mt. Elizabeth Hospital,
Gleneagles Hospital dan East Shore Hospital). Hampir semua layanan
spesialis/sub-spesialis tersedia di Santosa Hospital dengan layanan unggulan
kami adalah Neuroscience Centre (Pusat Pengobatan Penyakit Saraf &
Stroke), Cardiac Centre (Pusat Pengobatan Penyakit Jantung & Pembuluh
Darah), Minimally Invasive Surgery (Bedah Laparoskopi) dan Skin Health &
Beauty Centre . Fasilitas lainnya yang tersedia di Santosa Hospital yaitu
studio apartment untuk keluarga pasien, healing garden (taman
penyembuhan) dan helipad untuk evakuasi pasien melalui udara.
Santosa Hospital Bandung menjadi rumah sakit pertama di Jawa Barat dan
kedua di Indonesia yang mendapatkan akreditasi dari Joint Comission
International (JCI) yang berpusat di Amerika. Pengakuan ini pun
menempatkan Santosa Hospital Bandung masuk dalam kelompok rumah sakit
terbaik di dunia.

Santosa Hospital berada di Daerah Pusat Kota/ Central Business District


(CBD) Bandung, berbatasan dengan Jl. Stasiun Barat, rel KA/Perumka dan
sungai di sebelah Utara, Jl. Kebonjati, Pertokoan dan Perkantoran di sebelah
Selatan, perumahan penduduk di sebelah Timur, dan Pertokoan Bandung
Textile Center di sebelah Barat.

Lokasi ini sangat strategis karena berada di pusat kota. Jalan-jalan yang ada di
sekitar lokasi antara lain adalah Jl. Kebonjati, Jl. Pasir Kaliki dan Jl. Stasiun
Barat. Jl. Kebonjati dan Jl. Pasir Kaliki termasuk jalan utama di Kota
Bandung, sedangkan Jl. Stasiun Barat merupakan jalan lingkungan.

Secara fisik jalan-jalan yang ada di sekitar lokasi rumah sakit berada dalam
kondisi yang baik. Jl. Kebonjati merupakan jalan satu jalur, sedangkan Jl.
Pasir Kaliki dan Jl. Stasiun Barat merupakan jalan dua jalur. Seluruh jalan di
sekitar lokasi tersebut dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Gerbang
utama rumah sakit terdapat di dua tempat yaitu di Jl. Kebonjati dan Jl. Stasiun
Barat.

b. Mutu dan Akreditasi RS Santosa Bandung

RS Santosa Bandung telah terakreditasi JCI tahun 2010 dan terakreditasi


KARS versi 2007 pada tahun 2009. Berikut adalah sekilas mengenai akreditasi
RS Satosa Bandung oleh JCI:

MISI JCI : Memperbaiki Kualitas & Keamanan Pelayanan Kesehatan di


Masyarakat International. Dengan adanya pengakuan terakreditasi oleh JCI
berarti RS Santosa telah memiliki kualitas dan keamanan dalam pelayanan
kesehatan keada pasien yang diakui oleh internasional.
FILOSOFI JCI : Pencapaian standard yang maksimal & Perbaikan Mutu
Secara Terus Menerus. Hal ini berarti RS Santosa telah mampu
menunjukkan standar pelayanan dan proseur yang terbaik dan aman serta
mampu menunjukkan perbaikan mutu yang kontinu.

Proses akreditai JCI

DOCUMENT REVIEW: Hanya dilakukan sebentar, yaitu hanya


3sekitar 3jam dari 5 hari survey, berbeda dengan sistem akreditasi
oleh KARS versi 2007 yang lebih menonjolkan pemeriksaan
dokumen.

OBSERVASI (TRACER) : Surveyor mengobservasi pelayanan


secara langsung mengan metode tracer, yaitu megikuti alur dan
proses pelayanan yang dilakukan oleh RS, meliputi:

PATIENT TRACER: yaitu metode observasi dengan


mengikuti alur pasien masuk, dirawat hingga
kepulangannya disertai wawancara terhadap
pasien/keluarga pasien dan staf RS yang terkait dalam
proses pelayanan.

SYSTEM TRACER (Infection Control, Medication


System Tracer) : yaitu metode observasi klinis untuk
melihat proses-proses yang dilakukan kepada pasien,
kontrol infeksi, pelayanan obat dan keselamatan pasien.

FACILITY & MANAGEMENT SAFETY TRACER :


yaitu observasi fisik bangunan RS dan manajemen
keamanannya, disini surveyor akan melihat sampai ke
sirkuit listrik, jalur telepon, jalur air, jalur evakuasi dan
instalasi pengolahan limbah.

PEMERIKSAAN BERKAS STAF: meliputi staf medis dan non


medis.
REVIEW CLINICAL & MANAGERIAL MONITOR

Persiapan Akreditasi JCI Santosa Hospital

Dimulai dari awal tahun 2008

Bangun Komitmen semua anggota organisasi, meliputi:

Pimpinan hingga staf

Medis dan non medis

Karyawan dan kontraktor/tenaga kontrak

Pembentukan Tim Persiapan JCI, berasal dari perwakilan unit-


unit.

Persiapan data dasar , meliputi:

Law and regulations tentang RS, Bylaws (Hospital, Medical, dll),


Data bangunan (listrik, air, limbah, dll), SK Direktur & SOP.

Pemahaman Standar, Maksud dan tujuan standar, serta


Elemen Penilaian Translasi Buku JCI ke bahasa Indonesia.

Self Assessment oleh masing2 Tim, dengan tujuan: gaps


identification" yaitu menemukan kesenjangan-kesenjangan
masing-masing standar dengan realitas yang terjadi di RS.

Menutup "gaps" yang teridentifikasi selama self assessement

JCI Consultation : konsultasi dengan pihak JCI

JCI Practicum: Mengikuti dan melihat secara langsung RS


yang sedang dilakukan survey.

Studi Banding ke RS yang telah lulus akreditasi JCI


Penyelesaian "Kebijakan dan Prosedur yang belum ada
atau belum sempurna pelaksanaannya.

Sosialisasi ke staf medis & non medis, untuk memahamkan


prosedur yang berlaku di RS.

Pelatihan-Pelatihan, baik in house maupun ex house.

Monitoring Penerapan "Kebijakan dan Prosedur,


dilakukan oleh SPI.

Mock Survey,yaitu survey latihan yang dilakukan untuk


mengidentifikasi gap yang mungkin masih ada. Tindak lanjutnya
berupa:

Revisi "Kebijakan dan Prosedur

Sosialisasi ke staf medis dan non medis

Pelatihan-Pelatihan

Monitoring Penerapan "Kebijakan dan Prosedur

Mock Survey Internal: yaitu survey latihan yang mendekati


proses survey oleh JCI

Final Survey: dilakukan survey yang sebenarnya oleh JCI.

III. Proses Mutu dan akreditasi RS Santosa yang dapat diadopsi untuk proses internal
RS

a. Menetapkan akreditasi sebagai wahana peningkatan dan penjagaan mutu


Rumah Sakit. Hal ini harus ditetapkan oleh pemilik RS.

b. Memulai persiapan untuk akreditasi sedini mungkin minimal 2 tahun sebelum


target waktu akreditasi.
c. Membangun komitmen seluruh anggota organisasi, hal ini merupakan bagian
terpenting untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi dalam
meningkatkan dan menjaga mutu RS melalui akreditasi.

d. Membentuk tim akreditasi yang bertanggung jawab terhadap inisiasi sampai


jalannya proses akreditasi. Tim akreditasi dapat ditunjuk dari perwakilan
masing-masing unit selama tidak mengganggu tugas utamanya. Apabila
dipandang perlu bisa mengangkat tenaga khusus untuk mengurusi masalah
akreditasi RS.

e. Mempersiapkan data-data dasar dan dokumen-dokumen dasar seperti SK dan


SOP

f. Memahamkan standar-standar penilaian kepada seluruh tim akreditasi dan


melibatkan keseluruhan tim dalam proses tersebut sehingga setiap anggota tim
akan mengetahui gambaran umum dan tugasnya secara spesifik. Anggota tim
dapat dilibatkan di awal dalam forum diskusi khusus membahas akreditasi
tersebut dengan pembagian standar yang telah ditentukan sebelumnya
berdasarkan kualifikasi personal tim.

g. Melakukan self assessment untuk menentukan hal-hal yang perlu


diadakan/dikerjakan.

h. Menutup hal-hal yang menjadi gap yang ditemukan seperti penyempurnaan


SOP, sosialisasi dan monitoring penerapannya.

i. Melakukan simulasi survey untuk melihat kesesuaian usaha perbaikan dengan


realitas yang terjadi.

j. Mengoptimalkan peran SPI dalam pelaksanaan Kebijakan dan prosedur.

IV. Clinical Governance di RS Santosa

1. Aspek Akuntabilitas Pelayanan Klinik

Clinical Governance di Rumah Sakit Santosa Bandung Central Hospital memiliki


banyak aspekk di dalam pelaksanaannya , dari sisi akuntabilitas pelayanan klinik ,direksi
memiliki kewajiban di dalam peningkatan mutu di dalam pelayanan klinik hal ini
menjadi tugas pokok dar dirdektur di dalam memberkan arahan termasuk di dalam
pemilihan ketua komite medic , yang dipilih seorang dokter yang senior yang disegani ,
berwibawa oleh dokter dokter di wilayah tersebut, strtegi ini menjadi sangat penting ,
mengingat ketua komite klinik yang bertanggung jawab terhadap seluruh petugas
pelayanan klinik rumah sakit , seorang ketua komite klinik rumah sakit yang sudah
sejalan dengan manajemen dan pemilik rumah sakit , akan mudah untuk melakukan
maneuver tentang pelayanan klinik di rumah sakit , terutama sewaktu rumah sakit
mengikuti proses akreditasi JCI.Akretitasi JCI secara salah satunya terkait dengan
penerpan good clinical governance , dimana dewan pengawas menginginkan adanya
pelayanan yang sesuai dengan akreditasi , akan membuat direksi untuk membuat acuan
tenatang pelayanan klinik yang bermutu , yang dibarengi dengan strategi penerapan mutu.

Di rumah sakit Santosa Bandung Central Hospital telah dibentuk staf khusus
yang bertanggungjawab untuk menerapkan dan mengorganisir kegiatan peningkatan mutu
pelayanan klinik, tim tersebut bertugas terus mnerus di dalam implementasi dari hasil
akreditasi yang salah satunya tentang mutu pelayanan klinik, kegiatan peningkatan mutu
pelayanan klinik di implementasikan pada tingkat tingkat tertentu , dari mulai dtingkat
diereksi , manajer senior, tim komite medis , sampai dengan tim tim di masing masing
bagian,yang membahas tentang pelayanan klinik .

Diadakan rapat rapat rutin anggota SMF dan komite medic baik dengan ketua
komite medic, dengan direksi maupun dengan manajemen Rumah Sakit terkait dengan
pelayanan klinik , Rumah sakit melakukan strategi untuk mengantarkan program
program yang harus dikerjakan terkait dengan Akredtasi internasional tersebut dengan
memanfaatkan kewibawaan dari ketua komite medic ,dalam kaitan rapat rapat rutin
anggota komite medis dan klinis cenderung berkomitmen karena melihat ketua komite
medic yang berwibawa tersebut.Dalam partisipasi terkait dengan audit medis dilakukan
dengan support dengan system Informasi teknologi , dimana terdapat laporan ekesekutif.

2. Tinjauan Kebijakan dan Strategi Good Clinical Governance

Kebijakan dan strategi di dalam klinikal governance tercermin dalam


peningkatan mutu pelayanan klinik yang terintegrasi, ,di dalam proses Pelayanan
Rumah Sakit , di rumah sakit Santosa konsep integrasi pelayan menjadi hal yang
sangat penting , dimana para dokter dan klinisi lain sering melakukan pertemuan
integrasi di dalam merawat pasien , dari tingkat manajerial terdapat rencana
tertulis yang tertuang di dalam pedoman mutu hingga pedoman mutu hingga unit
unit kerja, Kebijakan kebijakan mutu tersebut dibuat dalam kaitan akreditasi
JCI , yang diselaraskan antara kebutuhan akreditasi dengan keadaan di rumah
sakit.

Pelayanan yang terfokus kepada pelanggan yang memberikan peningktan


partisipasi pasien dan keluarga di dalam peningkatan mutu pelayanan , dari aspek
fisik misalnya pada ruang operasi , keluarga memungkinkan untuk melihat proses
operasi , dilakukan pendokumentasian persetujuan / informed consent selalu
dilakukan sebelum melakukan tindakan medis , terdapat kotak saran yag
terintegrasbi degan kotak layanan informasi rumah sakit ( digital ) dan kontak
dari web site yang telah dibuat oleh rumah sakit, Mengenai Kejadian yang tidak
diharapkan dilaporkan secara rutin setiap minggu sekali di dalam forum
koordinasi dan forum laporan rutin , kejadian yang tidak diharapkan pernah terjadi
di Rumah Sakit ini , aitu adanya pasien rawat jalan yang jatuh dari escalator, pada
waktu itu ditindak lanjuti dengan pemasangan peringatan dan petugas humas yang
lebih memperhatikan kepada pelanggan.

Pengukuran dan evaluasi kinerja klinis dicerminkan dengan penerapan


standard pelayanan medis yang dilakukan audit secara periodic, disertai dengan
pengukuran standard pelayanan yang berkualtas. Dari segi pengembangan dan
pengelolaan staf professional, rumah sakit mengadakanprogram orientasi dan
training untuk para klinisi ( dokter dan perawat ) sebelum mereka melakukan
tugasnya di unit unit masing masing, dan dilakukan penelialian kredensial
secara periodeik yaitu setiap tahun sekali. Struktur organisasi rumnah sakit yang
menunjang terhadap peningkatan mutu klinik yang telah teritegrasi , ditandai
dengan adanya komite mutu, komite medic, komite klinik yang terdapat uraian
tugas.

3. Tinjauan Alokasi Sumber Daya yang Diperlukan

Tinjauan yang difokuskan kepada pengalokasian SDM dan sarana/prasaran yang


dibutuhakan di dalam penigkatan mutu pelayanan klinik, rumah sakit ini mengaloasikan
anggaran yang relative mencukupi untuk melakukan mutu pelayanan klinik hal , baik
secar afisik , sdm , tim dan lainnya , sarana saran juga di berikan dengan sangat layak ,
mulai dari segmentasi fasilitas kelas rawat inap , yang menjangkau hampir semua
segmen, terdapat apartemen untuk penunggu pasien , terdapat laboratorium yang sangat
canggih , heli pad untuk transportasi pasien , healing garden untuk mempercepat proses
penyembuhan pasien , system pelayanan yang mengacu kepada respon time yang cepat
sehingga pelanggan tidak complain ,

Temuan masalah yang paling sering yang berkaitan dengan waktu tunggu
pelayann yang sering terlambat , terutama di bagian pembiayaan , complain pelanggan
seringnya langsung kepada customer service yang berada di lobby, pembiayaan di rumah
saki ini dibagi ke dalam 2 domain besar yaitu domain pelayan pasien umum dan
pelayanan pasien yang berbasisi asuransi , pelayanan pembiayaan yang berkiatand engan
asuransi tersebut yang sering bermasalah di dalam waktu penyelesaiannya karena untuk
dapat mengelurakan klaim , harus dilakukan mekanisme konsultasi kepada provider
asuransi yang bersangkutan.Permasalahan yag dihadapi oleh rumah sakit ini yang terkait
dengan sumber daya manusia adalah adanya turn over pegawai yang sangat cepat , hal ini
disadari karena rumah sakit yang memiliki tujuan profit oriented ini melakukan
kesepakatan denga karyawan bersifat transaksional murni , tanpa mengedepankan nilai
yang lain, sehingga ketika transaksional tersebut dirasa tidak sesuai atau ada tawaran dari
rumah sakit lain untuk menduduki posisi yang lebih menarik maka karyawan akan
berpindah kepada perusahaan yang lain.

Turnover pegawai yang tinggi akan merugikan rumah sakit karena akan
kehilangan asset yang telah dibangun secara susah payah , mengingat benturan
transaksional yang tinggi, mungkin perlu adanya nilai nilai rumah sakit yang dapat
membawa karyawan untuk tidak semata manta bertransaksi di dalam bekerja akan
memberikan efek yang berbeda.

4. Tinjauan Komunikasi

Komunikasi antara manajeman rumah sakit dengan pasien yang berkaitan


pelayanan sangat diperatikan di rumah sakit ini. Dari lobby depan telah terpampang
dengan jelas arah yang harus dituju oleh pasien , apakah ke rawat jalan , rawat inap atau
pendaftaran pasien ,terdapat kelompok jenis pelayanan pasien di lobby dan dokter yang
akan merawat , semua sngat rinci dan terlihat jelas, di dalam lisft terdapat informasi yang
lengkap tentang informasi layanan di masing masing lantai , terdapat gambar tentang
berbagai program unggulan rumah sakit , terdapat berbagai petunjuk yang berkaiatan
dengan himbauan , larangan dan peraturan pasien dan keluarga pasien yang berada di
rumah sakit.

Salah satu contoh system komuniasi yang terdapat di Rumah sakit Santosa
Bandung Central Hospital , yaitu system komunikasi tentang prosedur pemadaman api
apabila terdapat api yang terbakar, terlihat system komuniskai sangat simper , mudah
diingat dan mencolok sehingga memudahka bagi pelaku untuk memahaminya.

Papan penunjuk dojter jaga dan perawat jaga yang menujukka kualitas pelayanan
klinik yang baik , terdapat nama dokter , nomor yang dapat dihubungi , begitu pulal
dengan perawt penangungjawab , dengan adanya papan informasi ini menjebatani
komunikasi antat pasien dan keluarganay dengan petugas medis , yang pada ahirnya akan
meningkatkan kualitas pelayanan klinik rumah sakit.

V. Penutup

a. Kesimpulan

RS Santosa Bandung telah mendapat pengakuan dalam hal mutu


rumah sakit dan keamanan pasien dari organisasi akreditasi RS
internasional yaitu JCI dan KARS.

Akreditasi tersebut telah banyak membawa manfaat positif bagi mutu


pelayanan RS, Manajemen RS dan Keselamatan pasien RS.

Dalam proses akreditasi diperlukan komitmen bersama mulai dari


pemilik hingga ke staff paling tepi seperti tenaga-tenaga kontrak.
Selain itu proses akreditasi juga memerlukan penghitungan
pembiayaan yang akuntabel, kerja keras dan kesabaran tim.

Diperlukan perencanaan, pelaksanaan serta monitoring yang kontinu


dalam menjaga mutu RS melalui akreditasi.
b. Saran

Mempersiapkan akreditasi dari KARS versi 2012 yang mengacu


pada sistem JCI sesuai rekomendasi dari RS Santosa Bandung
dengan komitmen dan usaha yang setinggi-tingginya.

Mempersiapkan proses akreditasi dengan sungguh-sungguh dan


terencana dengan baik.

VI. Lampiran

a. Rs Santosa Bandung sebagai RS yang paling direkomendasikan berdasarkan


Indonesia Brand Champion 2011

b. RS Santosa Bandung telah terakreditasi Nasional KARS 16 pelayanan tahun


2009 dan terakreditasi Internasional JCI tahun 2011. Bukti sertifikat di
tempatkan sebagai informasi kepada pengunjung di tempat-tempat umum
seperti gambar berikut (di escalator).

c. Penerapan International Patient Safety Goals dan keamanan kerja.

Anda mungkin juga menyukai