PENDAHULUAN
faktor ikut mempengaruhi kejadian kelainan kongenital. Kelainan kongenital dapat berdiri
sendiri atau muncul dengan kelainan kongenital lainnya, yang dalam hal ini dapat kita
terdapat celah yang tidak normal pada bagian langit-langit atau palatum sehingga terdapat
hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut. Sumbing langit-langit dapat diikuti oleh
sumbing bibir (labiopalatoschisis) atau dapat berupa murni sumbing langit-langit saja.1
Sumbing bibir dan/atau langit-langit adalah kelainan pada kraniofasial yang paling
sering terjadi.2,3 Prevalensi sumbing langit-langit yaitu 1:1000 kelahiran.4 Di Amerika Serikat,
sumbing bibir dan/atau langit-langit dilaporkan terjadi pada 1 diantara 700 neonatus. 2
Approximately 1 case of orofacial cleft occurs in every 500-550 births. Rata-rata terdapat 1 kasus
celah orofasial dalam setiap 500-550 kelahiran. The prevalence varies by ethnicity, country, and
socioeconomic status. Nonsyndromic CLP, which forms the largest subgroup of craniofacial
anomalies, occurs in the range of 1.5-2.5 cases per 1000 live births. Prevalensi bervariasi dari tiap
etnis, negara dan status sosial-ekonomi. In the United States, 20 infants are born with an orofacial
cleft on an average day, or 7500 every year. Di Amerika Serikat, 20 infant lahir dengan celah orofacial
setiap hari, atau 7500 setiap tahunnya. 5
Insidensi tertinggi kelainan ini terdapat pada orang Asia dan terendah pada orang
kulit hitam.2
th
e sex ratio in patients with clefts varies. In whites, cleft lip and cleft lip and palate occur significantly
more often in males, and cleft palate occurs significantly more often in females. In CL/P, the sex ratio
correlates with the severity and laterality of the cleft. A large study of 8952 orofacial clefts in whites
found the male-to-female sex ratio to be 1.5-1.59:1 for CL, 1.98-2.07:1 for CLP, and 0.72-0.74:1 for
CP.[7]
Rasio jenis kelamin bervariasai pada pasien dengan sumbing. Pada ras kulit putih,
sumbing bibir dan sumbing bibir dengan sumbing langit-langit terjadi lebih sering pada laki-
laki, dan sumbing langit-langit secara signifikan lebih sering terjadi pada perempuan. Pada
dan lateralitas sumbing. Sebuah studi besar yang melibatkan 8952 sumbing orofacial pada ras
kulit putih menemukan rasio laki-laki terhadap perempuan 1.5-1.59:1 untuk sumbing bibir,
1.98-2.07:1 untuk sumbing bibir dan langit-langit , dan 0.72-0.74:1 untuk sumbing langit-
langit.
Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan
rasio 2,5:1.6
Etiologi pasti dari sumbing bibir dan langit-langit belum dapat ditentukan. Namun
faktor genetik dan faktor lingkungan seperti konsumsi alkohol, kekurangan asupan nutrisi dan
epilepsi maternal diyakini berpengaruh dalam terjadinya sumbing bibir dan langit-langit.1,7
Terapi definitif dari sumbing bibir dan langit-langit adalah operasi rekonstruksi untuk
menutup celah dengan menyambungkan jaringan yang ada. Operasi dapat dilakukan dalam 2
tahap dan dengan mempertimbangkan usia anak, kondisi umum dan adanya penyakit
penyerta.3 Surgery to repair a cleft lip usually occurs in the first few months of life and is
recommended within the first 12 months of life. Operasi untuk memperbaiki sumbing bibir umumnya
dilakukan pada bulan-bulan pertama kehidupan dan direkomendasikan dalam 12 bulan pertama
kehidupan. Surgery to repair a cleft palate is recommended within the first 18 months of life or earlier