Bernadita Suryawati
4215105022
Tahanan gesek (Friction Resistance) : tahanan yang disebabkan adanya kontak antara
badan kapal dengan fluida yang dilewati yaitu fluida air.
Tahanan tambahan bulbous bow (Bulbous bow Resistance) : tahanan kapal yang
ditimbulkan oleh adanya penambahan luas permukaan basah pada komponen bulbous bow.
Tahanan tambahan transom (Transom Resistance ) : tahanan kapal yang ditimbulkan oleh
adanya penambahan luas permukaan basah pada bagian transom yang tercelup air.
Tahanan korelasi model kapal (Model-ship corelation Resistance) : tahanan kapal yang
diperhitungkan sebagai korelasi antara kapal dengan model kapal.
dimana :
1C p+ 0.06 xC p x lcb
LR =L ( 4 C p1 )
LR =135.96 ( 10.775+4 x0.06 x 0.775 x 2.1
0.7751 )
LR =20.889
Gambar 2.1. Nilai cstern yang di dapat dari hasil pendekatan gambar yang
menyerupai bentuk potongan badan kapal kita
maka :
1+k =0.93+4.497
1+k =5.427
dimana :
L : LWL
CM : Koef. Midship
CB : Koef. Block
CWP : Koef. Waterline
ABT : Luas penampang melintang dari Bulb
maka :
0.453+
S=135.96 x ((2 x 13)+25 ) x 0.99 x
0.4425 x 0.77
0.2862 x 0.99
(
0.003467 x ( 2513 ))+ ( 0.3696 x 0.879) +(2.38 x 0.770 )
S=124 x 36 x 0.9934 x 0.802
S=3538.5 m3
dimana :
S APP
merupakan luasan area appendage yang meliputi rudder dan
bilga keel. Luasan yang mempengaruhi tahanan tambahan pada kapal
ini adalah rudder tanpa menggunakan bilge keel. Luasan rudder dapat
dicari dengan menggunakan rumus (BKI, 2006 : A.3. 14-1) :
1.75 x L x T
A=C 1 x C2 x C 3 x C 4 x
100
1.75 x 135.96 x 13
A=1 x 1 x 1 x 1 x
100
A=30.93 m2
keterangan :
C1 : 1 ,secara umum
C2 : 1 ,secara umum
C3 : 1 ,secara umum
C4 : 1 ,secara umum
S APP
sehingga nilai = 30.93 m2
k2
(1 + )eq merupakan appendage resistance factor, kapal yang
dirancang memiliki tahanan tambahan rudder di buritan dan bilga keel.
k2
1+
k2
1+
= 1.5
g : 9.8 m/s2
: 0.94252 x 10-6 m2/s (pada suhu 25o)
Kecepatan 13 knot
log
2
( 10 Rn2)
0.075
Cf =
C f =1.555 x 103
maka :
R APP =
1.6534 kN
Dengan menggunakan rumus dan cara yang sama didapatkan nilai
pada kecepatan yang berbeda seperti di bawah ini :
RF ( 1+ k 1 )=189.825 kN
dimana :
1.07961
T
C1 =2223105 C 3.78613
7 ( )
B
( 90i E )
1.37565
B B
o C7 = untuk 0.11< <0.25
L L
C7 =0.183
1.07961
13
C1 =2223105 0.1833.78613 ( )
25
( 9011.5 )
1.37565
C1 = 4.377
C2 =exp (1.89 C3 )
C2 =1
C5 =10.8 A T /(B T C M )
C5 =1
L L
=1.446 C P 0.03 untuk <12
B B
135.96
=1.446 0.7750.03
25
=0.957
1
L 3 B
m1=0.0140407 1.75254 + (4.79323 ) C16
T L L
C16 = 1.183
1
135.96 34023.99 3
m1=0.0140407 1.75254
13 135.96
25
+ (4.79323 ) 1.183
135.96
m1=2.335
d=0.9
2
0.1 Fn
m2=C 15 C 2P exp )
L3
o C15=1.69385 untuk <512
0.1 0.1832
m2=1.69385 0.7752 exp )
m2=0.0513
maka :
RW pada kecepatan 13 knot
Rw =C 1 C 2 C5 g exp { m 1 F dn +m2 cos ( F2
n )}
Rw =30.0735 kN
Dengan menggunakan rumus dan cara yang sama didapatkan nilai pada
kecepatan yang berbeda seperti di bawah ini :
dimana:
PB =0 ( tidak menggunakan Bulbous Bow )
maka :
RB =0.11 exp 0
RB =0.11 kN
Perhitungan Tahanan Tambahan dari Transom (RTR)
RTR =0.5 V 2 AT C6
dimana:
A T =0 ( luasantransom seluruhnya berada diatas air )
maka :
RTR =0 kN
dimana :
100
L+
C A =0.006
TF
o C 4=0.04 when >0.04
L
o C2 =exp (1.89 C3 )
C2 =exp (1.89 0)
C2 =1
100
135.96+
C A =0.006
0.774 1 (0.040.04 )
C A =0.000453
maka :
Dengan menggunakan rumus dan cara yang sama didapatkan nilai pada
kecepatan yang berbeda seperti di bawah ini :
Rtotal=265.08+1.653+30.0735+ 0.11+0+36.738
Rtotal=333.6545 kN
Dengan menggunakan rumus dan cara yang sama didapatkan nilai pada
kecepatan yang berbeda seperti di bawah ini :
RT (margin) =383.577 kN
kN 150
100
50
0
4 6 8 10 12 14 16
Kecepatan (Vs)
Rf (1+K1) Rapp Rw RA
Grafik 2.1 Grafik perbandingan nilai RF (1+k1), RAPP, RW, dan RA vs kecepatan
400
300
kN
200
100
0
4 6 8 10 12 14 16
Kecepatan (Vs)
Efisiensi lambung
(1t)
H=
(1w)
w=0.34067
Harga rr untuk kapal dengan propeller tipe single screw berkisar 1.0-1.1. Pada
perencanaan propeller dan tabung poros propeller ini diambil harga (Lewis,
1988 : 152) :
rr = 1.05
Pc = H x R x O
= 1.0563 x 1.05 x 0.50
= 0.5544
Jadi, daya pada tabung poros baling-baling dihitung dari perbandingan antara
daya efektif dengan koefisien propulsif, yaitu :
DHP = EHP/Pc
= 3025.4493 / 0.5544
= 5457.159 Hp
Daya motor penggerak kapal (BHP) yang dimaksud adalah Daya Rem (Brake
Power) atau daya yang diterima oleh poros transmisi sistem penggerak kapal
(SHP) yang selanjutnya dioperasikan secara kontinyu untuk menggerakkan
kapal pada kecepatan servisnya (Vs). Jika besarnya efisiensi mekanis pada
susunan gearbox, yang berfungsi untuk me-reduce dan me-reverse putaran
motor penggerak, adalah 98 % (Adjie, 2005). Maka daya motor penggerak
kapal dapat dihitung, seperti persamaan dibawah ini :
BHP Scr = SHP/G
= 5568.53 / 0.98
= 5682.173 Hp
Yang mana BHP Scr adalah daya output dari motor penggerak pada kondisi
Service Continues Rating (SCR), yaitu daya motor pada kondisi 80 - 85% dari
Maximum Continues Rating (MCR)-nya. Artinya daya yang dibutuhkan oleh
kapal agar mampu beroperasi dengan kecepatan servis Vs adalah cukup diatasi
oleh 80 - 85% daya motor (engine rated power) dan pada kisaran 100%
putaran motor (engine rated speed) (Adjie, 2005). Sehingga untuk menentukan
besarnya daya motor yang harus di-instal di kapal, adalah seperti yang
ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut :
Daya pada BHP Mcr inilah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan proses pemilihan motor penggerak (Engine Selection
Process).
Merk : Caterpilar
Daya : 5650 HP
Type : Caterpilar 3616
Cylinder bore : 280 mm
Piston stroke : 300 mm
Jumlah Cylinder : 16
Speed : 1000 rpm
Mean effective pressure : 23 bar
Piston speed : m/s
Numb. of cylinder : 16 V-line
SFOC : 204 gr/kWh
Dimensi mesin penggerak
Gambar 2.3. Layout main engine Caterpilar 3616 V-Line