Anda di halaman 1dari 2

Seorang guru di Australia pernah berkata:

Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika, kami
jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.

Topik ini ada baiknya harus kita ulang-ulangi terus menerus, dan kita tidak boleh menyerah
dalam kebosanan.

Pernah suatu ketika mengobrol dengan seorang ibu di Jepang, dan sampailah membahas tentang
orang Jepang yang sangat santun di dalam mengantri. Dimanapun, kapanpun, dan dalam
keadaan mepet apapun, kalau sudah gilirannya mengantri maka orang Jepang akan
melakukannya dengan sangat baik dan teratur meski tak ada yang mengatur. Misalnya,
sudah tahu bakal telat masuk kantor, antrian di stasiun kereta tetap rapi dan teratur.

Bagi ibu itu, tidak ada yang spesial tentang budaya antri di Jepang, biasa-biasa saja katanya.
Dalam hati terlintas, ya wajar karena sudah membudaya maka biasa-biasa saja bagi dia. Dia lalu
bertanya, bagaimana dengan budaya antri di Indonesia. Saya jawab saja, tidak sebagus di Jepang.

Tadinya obrolan juga sempat muter-muter tentang kurikulum SD di Jepang yang tidak seketat dan
seberat SD di Indonesia yang sejak awal sudah digenjot macam-macam. Kalau kita amati, anak
kelas 1,2,3 dan 4 SD di Jepang memang tidak digenjot harus hebat dalam Matematika. Mereka
juga tidak digenjot harus dapat ranking di kelas. Apalagi sampai dileskan macam-macam, agar
bisa memuaskan rasa penasaran dan menghilangkan rasa malu orang tuanya kalau sampai
anaknya kalah prestasi akademiknya dari anak-anak tetangga atau anak-anak saudaranya. Ampun
deh, kalau masih ada orang tua seperti ini di jaman sekarang.

MENGAPA MENGANTRI ITU PENTING?


Ada artikel yang bagus tentang pentingnya mendidik anak sejak di sekolah dasar tentang budaya
antri. Berikut ini dikutip ulang tulisan yang diambil dari sumber thecrowdvoice.com

Budaya Etika Mengantri vs Pintar matematika

Seorang guru di Australia pernah berkata:

Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika, kami
jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.

Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu? Berikut ini jawabannya:

KARENA kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa
Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa
mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.

KARENA tidak semua anak kelak akan bekerja menggunakan ilmu matematika kecuali
TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet
Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.

KARENA biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan
memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID
DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga
dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.

Anda mungkin juga menyukai