Victim Tulis Tangan Fix
Victim Tulis Tangan Fix
Justru orag yang memiliki hubungan dekat dengan anak (orang tua,
kakak/adik, keluarga, tetangga, teman sepermainan, teman sekolah, guru
pembimbing di lingkungan rumah dan guru disekolah
Apa yang menjadi faktor penyebabnya?
Dalam ketentuan Pasal 285 diatas terdapat unsur-unsur untuk membuktikan ada atau tidaknya
Ad a) Adanya kekerasan atau ancaman kekerasan, artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan
jasmani tidak kecil secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala
senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya sampai orang itu jadi pingsan atau tidak
berdaya.
Ad b) Memaksa seorang wanita, artinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
Ad c) Bersetubuh di luar perkawinan, artinya peraduan antara kemaluan laki-laki dan perempuan
yang biasa dijalankan untuk mendapatkan anak, jadi anggota kelamin laki-laki harus masuk ke
anggota kelamin perempuan, sehingga mengeluarkan mani dengan wanita yang bukan istrinya.
Sementara tindak pidana perkosaan menurut RUU KUHP diatur dalam Bab XVI Tentang Tindak
Pidana Kesusilaan Bagian Kelima Tentang Perkosaan dan Perbuatan Cabul Paragraf 1, yang
berbunyi:
Dipidana karena melakukan tindak pidana perkosaan, dengan pidana penjara paling singkat 3
perempuan tersebut, tetapi persetujuan tersebut dicapai melalui ancaman untuk dibunuh atau
dilukai;
4) Laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan, dengan persetujuan
perempuan tersebut karena perempuan tersebut percaya bahwa laki-laki tersebut adalah
1. Ciri-ciri korban
Dilihat dari peranan korban dalam terjadinya tindak pidana, Stephen Schafer mengatakan pada
Menurut Arif Gosita, korban perkosaan adalah seorang wanita, yang dengan kekerasan atau
dengan ancaman kekerasan dipaksa bersetubuh dengan orang lain di luar perkawinan.
1. Korban perkosaan harus seorang wanita, tanpa batas umur (obyek) sedangkan ada
juga laki-laki yang diperkosa oleh wanita.
2. Korban harus mengalami kekerasan atau ancaman kekerasan. Ini berarti tidak ada
persetujuan dari pihak korban mengenai niat dan tindakan perlakuan pelaku.
3. Persetubuhan di luar perkawinan adalah tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan
kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap wanita tertentu.
korban juga memilah-milah jenis korban hingga kemudian muncullah berbagai jenis korban,
yaitu[2]
1. Nonparticipating victims, yaitu mereka yang tidak peduli terhadap upaya
penanggulangan kejahatan.:
2. Latent victims, yaitu mereka yang mempunyai sifat karakter tertentu sehingga
cenderung menjadi korban.
3. Procative victims, yaitu mereka yang menimbulkan rangsangan terjadinya kejahatan
4. Participating victims, yaitu mereka yang dengan perilakunya memudahkan dirinya
menjadi korban.
5. False victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena perbuatan yang dibuatnya
sendiri.
a) Korban perkosaan yang belum pernah berhubungan dengan pihak pelaku sebelum
perkosaan;
b) Korban perkosaan yang pernah berhubungan dengan pihak pelaku sebelum perkosaan
Adalah korban perkosaan yang selain mengalami penderitaan selama diperkosa, juga mengalami
berbagai penderitaan mental, fisik, dan sosial, misalnya: mengalami ancaman-ancaman yang
mengganggu jiwanya, mendapat pelayanan yang tidak baik selama pemeriksaan Pengadilan, tidak
mendapat ganti kerugian, mengeluarkan uang pengobatan, dikucilkan dari masyarakat karena
Adalah korban yang sebenarnya sekaligus juga pelaku. Ia berlagak diperkosa dengan tujuan
b) Ada kemungkinan ia berbuat demikian karena disuruh, dipaksa untuk berbuat demikian
demi kepentingan yang menyuruh. Dalam pengertian tertentu, pelaku menjadi korban tindakan
jahat lain.
c) Sakit kepala
d) Sulit tidur
d) Takut hamil
g) Sulit untuk percaya orang lain dan sungguh-sungguh mencintai : pernah dan merasa
dikhianati
pasal 5 huruf a adalah perrbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, atau luka berat
dimaksut pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan
Materil : biaya-biaya pengobatan, penghasilan yang hilang akibat peristiwa kejahatan yang
dialami dsb.
Perlindungan korban berupa penggantian kerugian materiil dapat dituntut langsung kepada si
pelaku kejahatan. Akan tetapi terhadap penggantian kerugian immateriil , di beberapa Negara
Dasar hukumnya :
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan karya ilmiyah yang diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perkosaan adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang lelaki
terhadap seorang perempuan dengan cara yang menurut moral dan atau hukum yang
berlaku melanggar
2. Dalam ketentuan Pasal 285 diatas terdapat unsur-unsur untuk membuktikan ada
atau tidaknya tindak pidana perkosaan, unsurunsur yang dimaksud adalah sebagai
berikut : 1) Adanya kekerasan atau ancaman kekerasan, 2) Memaksa seorang wanita,
3) Bersetubuh di luar perkawinan dengan dia (pelaku)
3. Stephen Schafer mengatakan pada prinsipnya terdapat 4 (empat) tipe / ciri-ciri
korban, yaitu : 1) Orang yang tidak mempunyai kesalahan apa-apa, tetapi tetap
menjadi korban. 2) Korban secara sadar atau tidak sadar telah melakukan sesuatu yang
merangsang orang lain untuk melakukan kejahatan. 3) Mereka yang secara biologis dan
sosial potensial menjadi korban. 4) Korban karena ia sendiri merupakan pelaku.
4. Menurut Arif Gosita, jenis-jenis korban perkosaan adalah sebagai berikut: 1) korban
murni, 2) korban ganda, 3) korban semu
5. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perkosaan : 1) Dendam pada korban, atau
seseorang, 2) Pengaruh lingkungan, film / gambar-gambar porno, 3) Situasi dan kondisi
lingkungan maupun pelakunya yang memungkinkan terjadi perkosaan
6. Dampak Perkosaan Bagi Korban Pemerkosaan : 1) Dampak fisik, 2) Dampak Mental /
Emosional , 3) Dampak Pada Kehidupan Pribadi dan Sosial
7. Penderitaan dan Kerugian yang Dialami Korban Perkosaan Kerugian : 1) Penderitaan
fisik dan psikis , 2) materil dan immaterial 3) Memiliki aspek baik hukum pidana dan
hukum perdata
8. Perlindungan korban berupa penggantian kerugian materiil dapat dituntut langsung
kepada si pelaku kejahatan. Akan tetapi terhadap penggantian kerugian immateriil , di
beberapa Negara (apabila pelaku orang yang tidak mampu) dibebankan kepada negara.
9. Ganti kerugian bagi korban perkosaan berupa : 1) Restitusi, 2) kompensasi, 3)
bantuan
1. Saran
Dalam karya tulis ilmiyah ini penulis memeberikan saran sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Norma dan Realita, Jakarta, PT. RadjaGrafindo Persada, 2007 Harkristuti Harkrisnowo, Hukum
Pidana
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka, 1984
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
[1] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, PN Balai Pustaka,
1984), hal.741
[2] Dikdik M. Arief Mansur-Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan Antara
[3] Dikdik M. Arief Mansur-Elisatris Gultom,urgensi perlindungan korban kejahatan. Hal 165
[4] Deklarsi PBB tentang Keadilan terhadap korban kekerasan dan korban penyalahgunaan