BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengambil
komponen berkhasiat, diantaranya dengan melakukan isolasi komponen
kimia pada suatu sampel tanaman. Isolasi adalah pemisahan komponen
kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Pemisahan ini didasarkan pada
sifat adsorbsi dan partisi dari senyawa yang dipisahkan terhadap adsorben
dan cairan pengelusi yang digunakan.
Proses isolasi biasanya dilakukan dengan cara kromatografii.
Kromatografi adalah suatu teknik analisis yang dilakukan untuk
memisahkan sebuah campuran atau persenyawaan kimia. Jenis
kromatografi yang digunakan pada praktikum ini adalah kromatografi cair
vakum suatu metode kromatografi kolom yang digunakan untuk
memisahkan senyawa dalam jumlah yang lebih banyak. Prinsipnya yaitu
adsorbsi dan partisi yang dipercepat dengan bantuan pompa vakum.
Keuntungan dari kromatografi cair vakum adalah prosesnya cepat dan
senyawannya tertarik dengan sempurna. Kerugiannya adalah pemisahan
tidak sempurna karena senyawa yang ditampung bercampur dalam suatu
penampung tidak seperti pada kolom konvensional yang dipisahkan
berdasarkan warna, sehingga pemisahannya lebih maksimal.
Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan yaitu kromatografi
cair vakum atau kromatografi suction column atau vacum liquid
chromatografi (VLC). Kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk
kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang
cepat terhadap suatu ekstrak . kondisi vakum adalah alternatif untuk
mempercepat aliran fase gerak dari atas kebawah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan zat khasiat dan zat lain yang ada
dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, atau penukaran
ionpada zat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir (Ibnu,
2008).
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari
substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama (Roy, 1991).
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau
cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari
campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan
bergerak pada laju yang berbeda pula (Roy, 1991).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada
kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah
fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen
yang mudah tertahan pada fase diam akan tertimggal. Sedangkan komponen
yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat (Harbone,
1987).
II. 2 Kromatografi Kolom
Kromatrografi kolom menunjukkan adanya prinsip yang sama yang
digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala
besar untuk pemisahan campuran. Kromatografi kolom seringkali
digunakan untuk pemurnian senyawa di laboratorium (Hostettman dkk,
1995).
4
digunakan bahan yang sama dengan kromatografi lapis titpi yaitu silika gel,
aluminium oksida, poliamida, selulosa, selanjutnya juga arang aktif dan gula
tepung. Tergantung dari cara pengembangan dapat dibedakan kromatografi
elusi, kromatografi garis depan dan kromatografi pendesakan (Johnson,
1991).
Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar
menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertical
(Soediro, dkk, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi
kolom adalah fase diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam),
ukuran kolom (diamter dan panjang kolom), kecepatan alir elusi membantu
mengatasi permasalahan dalam dunia bioteknologi, farmasi, klinik dan
kehidupan manusia secara umum (Soediro, dkk, 1986).
Sebagian besar prinsip pemisahan kromatografi kolom didsarkan pada
afinitas kepolaran analite dengan fase diam, sedangkan fase gerak selalu
memiliki kepolaran yang berbeda dengan fase diam. Pada sebagian besar
kromatografi kolom menggunakan fase diam yang bersifat polar dengan
fase gerak yang non-polar dengan begitu waktu retensi akan menjadi lebih
singkat. Semakin cepat pergerakan fase gerak akan meminimalkan waktu
yang diperlukan untuk bergerak di sepanjang kolom. Laju aliran kolom
dapat ditingkatkan dengan memperluas aliran eluent di dalam kolom dengan
mengisi fase diam pada bagian bawah atau dikurangi dengan mengontrol
keran. Laju aliran yang lebih baik dapat dicapai dengan menggunakan
pompa atau dengan menggunakan gas dengan kompresi (misalnya udara,
nitrogen, argon) untuk mendorong pelarut melalui kolom.
Kolomnya (tabung gelas) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau
pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom.
Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga
sampel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa)
ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut
berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang
7
maksimum. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet,
pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung
fraksi. Walaupun KCV memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak dari
pada kromatografi lapis tipis (KLT), KCV tetap ekonomis dalam sisi biaya
(Johnson, 1991).
Tabel 1. Urutan pelarut yang digunakan dalam Kromatogravi Cair Vakum
BAB III
METODE KERJA
III.1 WaktuPelaksanaan
Pada percobaan ini, waktu pelaksanaanya dilakukan pada hari sabtu
21 November 2015. Pukul 14.30 sampai dengan 16.30 WITA, bertempat di
Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, UNG, Provinsi Gorontalo.
16
Gelaskimia Gelas
Vakum
III.2.2 Bahan
Gelas Kimia
17
Aluminium foil
Alkohol 70%
Methanol N-heksan
Tissue
III.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang ektrak kental simplisia kerang sebanyak 1 gram
4. Ditimbang silica gel sebanyak 2 gram dan 25 gram
5. Ditambahkan silika 2 gram kedalam sampel 1 gram
6. Dimasukkan silika gel 25 gram kedalam alat kolom
7. Dipadatkan silika gel pada alat vakum
8. Dimasukkan sampel kedalam kolom
9. Dinyalakan alat vakum
10. Ditambahkan pelarut N-heksan 100% secara perlahan dan Ditampung
dalam gelas
11. Ditambahkan perbandingan pelarut yang dibuat yaitu N-heksan : methanol
(80:20) secara perlahan dan ditampung dalam gelas
18
BAB IV
PEMBAHASAN
sp) ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dicampurkan dengan silika gel yang
bobotnya 2 gram. Dalam hal ini bobot silika gel dan bobot ekstrak berjumlah
sama dengan tujuan agar ekstrak tersalutkan dengan silika gel. Setelah itu
campuran ekstrak dengan silika gel digerus hingga homogen.
Langkah selanjutnyacampuranhomogenkarangdan silika gel dimasukkan
kedalam kolom dengan tinggi dari tinggi kolom sambil menyalakan pompa
vakum dan menekannya batang pengaduk. Adanya penekanan dan penarikan dari
pompa vakum terhadap silika gel agar silika gel tersebut menjadi padat dan
diperoleh kerapatan yang maksimum.
Selanjutnya dibuat eluen yang tingkat kepolarannya dimulai dari yang non
polar sampai yang bersifat polar. Hal ini bertujuan agar senyawa yang bersifat non
polar keluar terlebih dahulu, jika digunakan eluen yang bersifat polar, bukan saja
senyawa yang bersifat polar yang ditarik, tetapi senyaa yang bersifat non polar
juga akan tertarik keluar. Eluen dibuat dengan pelarut dan perbandingan uang
berbeda yaitu n-heksan 100% : n-heksan metanol 80:20, n-heksan-metanol 60:40,
n-heksan-metanol 40:60, n-heksan-metanol 20:80, dan metanol 100%. Eluen ini
kemudian dimasukkan ke dalam kolom.
Eluen yang ditambahkan melalui dinding kolom dan pompa vakum
dinyalakan sehingga eluen turun mengelusi komponen kimia, dan eluen yang
keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi pada wadah yang berbeda. Fraksi-fraksi
tersebut kemudian diuapkan diatas waterbath untuk mendapatkan ekstrak kental
yang akan di identifikasi menggunakan kromatografi laps tipis.
20
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang menggunakan kromatografi cair
vakum, dapat disimpulkan bahwa senyawa polar dan non polar dapat
terpisah secara sempurna berdasarkan tingkat kepolarannya masing-
masing
V.2 Saran
1. Saran untuk laboratorium
Untuk laboratorium yaitu alat-alat dan bahan yang ada dilab lebih
dilengkapi lagi, agar praktikan dapat melaksanakan praktikumnya dengan
lancar.
2. Saran untuk praktikan
Untuk praktikan, sebelum praktikum dimulai praktikan diharapkan
agar lebih mendalami materi yang berkaitan dengan percobaan yang akan
diikuti dan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan agar
praktikum lebih berjalan dengan maksimal.
21
LAMPIRAN
CARA KERJA