Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengambil
komponen berkhasiat, diantaranya dengan melakukan isolasi komponen
kimia pada suatu sampel tanaman. Isolasi adalah pemisahan komponen
kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Pemisahan ini didasarkan pada
sifat adsorbsi dan partisi dari senyawa yang dipisahkan terhadap adsorben
dan cairan pengelusi yang digunakan.
Proses isolasi biasanya dilakukan dengan cara kromatografii.
Kromatografi adalah suatu teknik analisis yang dilakukan untuk
memisahkan sebuah campuran atau persenyawaan kimia. Jenis
kromatografi yang digunakan pada praktikum ini adalah kromatografi cair
vakum suatu metode kromatografi kolom yang digunakan untuk
memisahkan senyawa dalam jumlah yang lebih banyak. Prinsipnya yaitu
adsorbsi dan partisi yang dipercepat dengan bantuan pompa vakum.
Keuntungan dari kromatografi cair vakum adalah prosesnya cepat dan
senyawannya tertarik dengan sempurna. Kerugiannya adalah pemisahan
tidak sempurna karena senyawa yang ditampung bercampur dalam suatu
penampung tidak seperti pada kolom konvensional yang dipisahkan
berdasarkan warna, sehingga pemisahannya lebih maksimal.
Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan yaitu kromatografi
cair vakum atau kromatografi suction column atau vacum liquid
chromatografi (VLC). Kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk
kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang
cepat terhadap suatu ekstrak . kondisi vakum adalah alternatif untuk
mempercepat aliran fase gerak dari atas kebawah.
2

I.2 Maksud dan Tujuan Praktikum


I.2.1 Maksud
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami cara penggunaan serta prinsip kromatografi cair vakum
menggunakan fraksinasi keran
I.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memisahkan
senyawa kimia fraksinasi keran menggunakan kromatografi cair
vakumberdasarkan warna dan tingkat kepolaran
I.3 Prinsip percobaan
Adapun prinsi kerja dari kromatografi cair vakum aalah dengan
adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, dilarutkan
dalam sedikit pelarut, lalu dimasukkan lewat puncak kolom dan dibiarkan
mengalir ke dalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap
lebih kuat sehingga turun lebih cepat. Zat yang diserap dari larutan secara
sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut
lebih larut dengan tanpa ada tekanan udara, masing-masing zat akan
bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan
dalam kolom.
I.4 Hipotesis
Kerang termasuk kelas pelecypoda atau bivalvia, mempunyai
sebuah mantel yang berupa dua daun telinga atau cuping dan cangkang
setangkup yang terdiri dari dua belah sehngga disebut bivalvia. Kerang
pada umunya banyak mengandung senyawa steroid dan alkaloid.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan zat khasiat dan zat lain yang ada
dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, atau penukaran
ionpada zat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir (Ibnu,
2008).
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari
substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama (Roy, 1991).
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau
cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari
campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan
bergerak pada laju yang berbeda pula (Roy, 1991).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada
kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah
fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen
yang mudah tertahan pada fase diam akan tertimggal. Sedangkan komponen
yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat (Harbone,
1987).
II. 2 Kromatografi Kolom
Kromatrografi kolom menunjukkan adanya prinsip yang sama yang
digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala
besar untuk pemisahan campuran. Kromatografi kolom seringkali
digunakan untuk pemurnian senyawa di laboratorium (Hostettman dkk,
1995).
4

Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang


dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-
sampel tanpa melalui fasa diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum
bahwa panjang kolom harus sekurang-kurangnya 10 kali ukuran
diameternya. Jika kita mempunyai kolom dengan panjang 20 cm, dan
diameternya 1 atau 2 cm. Bahan pengemasnya suatu adsorben seperti
alumina atau resin penukar ion, dimasukkan dalam bentuk suspensi kedalam
porsi fasa bergerak dan dibiarkan diam didalam hamparan basah dengan
sedikit cairan (Skoog dkk, 1996).
Kolom untuk analisis farmasi umumnya digunakan kolom isi dan
sebaiknya hanya isi kolom yang mempengaruhi gerak relative zat terlarut
melalui system. Kolom terbuat dari kaca, kecuali jika dinyatakan lain.
Kolom dengan beragam ukuran dapat digunakan, tetapi umumnya antara 0,6
m hingga 1,8 m serta diameter dalam 2 mm hingga 4 mm. sebagai fase cair
dapat digunakan beraneka ragam senyawa kimia, seperti poly etilen glikol,
ester dan amida berbobot molekul tinggi, hidro karbon, gom, dan cairan
silicon (Hostettman dkk, 1995).
Kolom harus dikondisikan dengan jalan mengoperasikan sampai
keadaan stabil pada suhu yang lebih tinggi dari suhu yang digunakan seperti
yang tertera pada masing masing monografi. Suatu uji yang sesuai
terhadap sifat inert penyangga, yang perlu untuk fase cair dengan polaritas
yang rendah, ada kalanya suatu kolom dapat dikondisikan dengan
menyuntikkan ulang senyawa yang dikromatografi.

Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan suatu campuran


senyawa. Kolom yang terbuat dari gelas diisi dengan fase diam berupa
serbuk penyerap (seperti selulosa, silika gel, poliamida). Fase diam dialiri
(dielusi) dengan fase gerak berupa pelarut.

Kromatografi kolom terdiri dari 2 fase yaitu (Alam dkk, 2011):


1. Fase Diam
5

Fase stationer dalam kromatografi kolom adalah zat padat (adsorben).


Fase diam yang paling umum digunakan adalah silica gel yang diikuti
alumina. Fungsi dari fase diam adalah untuk menahan sampel bergerak di
sepanjang kolom.
2. Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan dalam kromatografi kolom berupa campuran
pelarut atau pelarut murni (eluent). Fungsi fase gerak adalah mengalirkan
analit (sampel) untuk bergerak di sepanjang fase diam sampai akhirnya
terelusi.
Ukuran penyerap untuk kolom biasanya lebih besar daripada untuk
KLT. Kemasan kolom biasanya 63-250 m, untuk kolom yang
dijalankandengan gaya tarik bumi, kolom yang dijalankan dengan
tekanan, apakah menggunakan udara ataupompa, biasanya mengandung
partikel 40-63 m atau lebih halus (Kisman, dkk, 1994)
Kromatografi kolom dari larutan dibutuhkan tabung pemisah tertentu
yang diisi dengan bahan sorpsi dan juga pelarut pengembang yang berbeda.
Tabung pemisah yang diisi dengan bahan sorpsi disebut kolom pemisah.
Tergantung dari masalah bahan pemisahan dapat digunakan tabung filter
dengan gelas berpori yang pada ujung bawah menyempit (tabung Allihn)
atau tabung gelas, yang pada ujung bawah menyempit dan dilengkapi
dengan kran. Tabung bola jarang digunkan.Perbandingan panjang tabung
terhadap diameter pada umumnya adalah 40:1. Harga 20 berlaku sebagai
batas bawah (Johnson, 1991).
Pengisisan tabung pemisah dengan adsorben, yang juga disebut
kemasan kolom, harus dilakukan secara hati-hati, harus rata. Aluminium
oksida atau silika gel dapat diisikan kering ke dalam tabung pemisah. Agar
pengisian rata, tabung setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkan
lemah pada pelat kayu. Adsorben lainnya harus diisikan sebagai suspensi,
terutama jika zat ini menggelembung dengan pelarut pengembang. Yang
umum dilakukan adalah, adsorben dibuat seperti bubur dengan pelarutelusi,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung pemisah. Sebagai bahan sorpsi
6

digunakan bahan yang sama dengan kromatografi lapis titpi yaitu silika gel,
aluminium oksida, poliamida, selulosa, selanjutnya juga arang aktif dan gula
tepung. Tergantung dari cara pengembangan dapat dibedakan kromatografi
elusi, kromatografi garis depan dan kromatografi pendesakan (Johnson,
1991).
Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar
menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertical
(Soediro, dkk, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi
kolom adalah fase diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam),
ukuran kolom (diamter dan panjang kolom), kecepatan alir elusi membantu
mengatasi permasalahan dalam dunia bioteknologi, farmasi, klinik dan
kehidupan manusia secara umum (Soediro, dkk, 1986).
Sebagian besar prinsip pemisahan kromatografi kolom didsarkan pada
afinitas kepolaran analite dengan fase diam, sedangkan fase gerak selalu
memiliki kepolaran yang berbeda dengan fase diam. Pada sebagian besar
kromatografi kolom menggunakan fase diam yang bersifat polar dengan
fase gerak yang non-polar dengan begitu waktu retensi akan menjadi lebih
singkat. Semakin cepat pergerakan fase gerak akan meminimalkan waktu
yang diperlukan untuk bergerak di sepanjang kolom. Laju aliran kolom
dapat ditingkatkan dengan memperluas aliran eluent di dalam kolom dengan
mengisi fase diam pada bagian bawah atau dikurangi dengan mengontrol
keran. Laju aliran yang lebih baik dapat dicapai dengan menggunakan
pompa atau dengan menggunakan gas dengan kompresi (misalnya udara,
nitrogen, argon) untuk mendorong pelarut melalui kolom.
Kolomnya (tabung gelas) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau
pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom.
Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga
sampel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa)
ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut
berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang
7

teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat


terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju
penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada
koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan
terpisahkan membentuk beberapa lapisan. Akhirnya, masing-masing lapisan
dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya.
Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut.
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut)/(jarak yang ditempuh pelarut/fasa
mobil) (Adriana, 2009).
Kromatografi kolom karena memiliki aliran konstan solusi eluted
melewati detektor dalam berbagai konsentrasi, detektor harus plot
konsentrasi dari sampel eluted selama perjalanan waktu. Plot konsentrasi
sampel terhadap waktu disebut kromatogram. Resolusi mengungkapkan
tingkat pemisahan antara komponen-komponen dari campuran. Semakin
tinggi resolusi kromatogram, semakin baik tingkat pemisahan sampel kolom
memberi (Meronda, 2008).
a. Faktor-faktor yang digunakan untuk evaluasi kinerja kolom yaitu
(Meronda, 2008) :
1. Efisiensi Kolom Kromatografi
Salah satu karakteristik sistem kromatografi yang paling sederhana
adalah efisiensi atau jumlah lempeng teoritis (N). Ukuran efisiensi kolom
adalah jumlah lempeng (plate number, N) yang didasarkan pada konsep
lempeng teoritis pada distilasi.
2. Resolusi (Daya Pisah)
Kolom yang lebih efisien akan mempunyai resolusi yang baik.
Tingkat pemisahan komponen dalam suatu campuran dengan metode
kromatografi direfleksikan dalam kromatogram yang dihasilkan. Untuk
hasil pemisahan yang baik, puncak-puncak dalam kromatogram harus
terpisah secara sempurna dari puncak lainnya dengan sedikit tumpang
(overlapping) atau tidak ada tumpang tindih sama sekali. Resolusi
komponen-komponen dalam kromatografi tergantung pada waktu retensi
8

relatif pada sistem kromatografi tertentu dan tergantung pada lebar


puncak.
3. Faktor Asimetri (Faktor Pengekoran)
Suatu situasi yang menunjukkan kinerja kromatografi yang kurang
baik adalah ketika ditemukan suatu puncak yang mengalami pengekoran
(tailing) sehingga menyebabkan puncak tidak setangkup atau tidak
simetri. Jika puncak yang akan dikuantifikasi adalah asimetri (tidak
setangkup), maka suatu perhitungan asimetris merupakan cara yang
berguna untuk mengontrol atau mengkarakterisasi sistem kromatografi.
b. Manfaat kromatografi kolom dalam dunia farmasi (Anonim, 2007).
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang
sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif,
senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi
obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk
keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam
pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat,
lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.
Pada metode kromatografi kolom mempunyai keuntungan dan
kerugiannya yaitu (Roy dkk, 1991 ):
Keuntungan Kromatografi Kolom yaitu :
a. Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparatif
b. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran
c. Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi
Kerugian kromatografi kolom yaitu :
a. Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan
manual
b. ini sangat membutuhkan waktu yang lama.

II. 3 Kromatografi Kolom Vakum


Kromatografi kolom vakum merupakan kromatografi kolom yang
dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum, fase gerak digerakkan dengan
kondisi vakum sehingga prosesnya berlangsung cepat. Kolom kromatografi
dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan
9

maksimum. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet,
pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung
fraksi. Walaupun KCV memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak dari
pada kromatografi lapis tipis (KLT), KCV tetap ekonomis dalam sisi biaya
(Johnson, 1991).
Tabel 1. Urutan pelarut yang digunakan dalam Kromatogravi Cair Vakum

Fraksi Pelarut Komposisi Volume (ml)


1 Heksana 100 100
2 Heksana-etil asetat 50:50 100
3 Etil asetat 100 100
4 Etil asetat-metanol 75:25 100
5 Etil asetat-metanol 50:50 100
6 Etil asetat-metanol 25:75 100
7 Metanol 100 100

Kromatografi cair-vakum merupakan kromatografi kolom yang


dikemas kering biasanya dengan penyerap mutu kromatografi lapis tipis10-4
g pada kondisi vakum, fase gerak digerakkan dengan kondisi vakum
sehingga prosesnya berlangsung cepat. Kolom kromatografi dikemas kering
dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan maksimum. Setelah
diperoleh kemasan yang maksimum, kemudian vakum dihentikan dan
pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan kedalam permukaan penjerap
lalu divakum lagi, kolom dihisap sampai keringdan kolom sekarang siap
dipakai (Johnson, 1991).
Salah satu cara pemisahan adalah kromatografi cair vakum,
kromatografi cair vakum adalah kromatografi kolom yang dipercepat dan
bekerja pada kondisi vakum. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3,
sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta
wadah penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi 2,5
cm, kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk bersalut dilarutkan
dalam pelarut organik yang cocok, kemudian ke dalam larutan ekstrak
tersebut ditambahkan adsorben dengan bobot sama dengan bobot ekstrak.
Campuran ini digenis sampai homogen, dikeringkan dandimasukkan ke
10

dalam corong G-3 kemudian diratakan. Permukaan lapisan adsorben ditutup


dengan kertas saring. Elusi diawali dengan pelarut nonpolar dilarutkan
dengan kombinasi pelarut dengan polaritas meningkat. Jumlah pelarut yang
digunakan setiap kali elusi adalah sebagai berikut: untuk bobot ekstrak
sampai lima gram diperlukan 25 ml pelarut, untuk 10-30 g ekstrak
diperlukan 50 ml pelarut. Dalam hal ini diameter corong dipilih sedemikian
rupa sehingga lapisan ekstrak dipermukaan kolom setipis mungkin dan rata.
Masing-masing pelarut dituangkan ke permukaan kolom kemudian
dihisapkan pompa vakum. Masing-masing ekstrak ditampung dalam wadah
terpisah sehingga menghasilkan sejumlah fraksi (Soediro dkk, 1986).
Kromatografi cair vakum dapat digunakan untuk fraksinasi dan
memurnikan fraksi. Metode KCV digunakan karena lebih efektif dan efisien
dalam pemisahan dibandingkan kromatografi kolom gravitasi. Kromatografi
cair vakum (KCV) pertama kali diperkenalkan oleh para ilmuwan dari
Australia untuk mengatasi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk separasi
menggunakan kolom kromatografi klasik. Pada dasarnya metode ini adalah
kromatografi lapis tipis preparatif yang berbentuk kolom. Aliran fase gerak
dalam metode ini diaktifkan dengan bantuan kondisi vakum. Kromatografi
cair vakum pada awalnya digunakan untuk separasi senyawaan steroid dan
produk-produk natural dari laut. Kromatografi cair vakum terdiri dari suatu
corong Buchner yang memiliki kaca masir. Corong Buchner ini diiisi
dengan fase diam yang tingkat kehalusannya seperti yang umumnya dipakai
dalam kromatografi lapis tipis (70-230 mesh) (Andriana,2009).
Corong Buchner yang berisi fase diam ini digunakan dalam
kondisi vakum/bertekanan, yang berakibat pada kemampuan yang
dihasilkan oleh kromatografi cair vakum akan sama dengan kromatografi
gravitasi namun diperlukan waktu yang lebih singkat. Cara asli yang
diperkenalkan oleh Coll menggunakan corong Buchner kaca masir atau kolo
m pendek sedangkan target menggunakan kolom yang lebih panjang untuk
meningkatkan daya pisah (Andriana, 2009).
11

Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama


dibandingkan kolom konvensional yaitu (Meronda, 2008) :
1 Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding
dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan
alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit)
2 Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spectrometer massa
3 Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel
terbatas missal sampel klinis
Kerugian KCV (Kromatogravi Vakum Cair) yaitu (Meronda, 2008):
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama
2. Sampel yang dapat digunakan terbatas

II. 2 Uraian Tanaman


1. Klasifikasi karang (RomansyahYhudi, 2011):
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Sub-kelas : Octocorallia (Alcyonaria)
Ordo : Alcyonacea
Famili : Alcyoniidae
Genus : Sarcophyton sp

2. Morfologi dari karang luna kSarcophytonsp (RomansyahYhudi, 2011)


Morfologi Karang Lunak Sarcophyton sp. Hasil Transplantasi di Area
Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Terumbu karang
termasuk karang lunak Sarcophyton sp. tumbuh dan berkembang optimal pada
perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25C tetapi dapat mentoleransi suhu
sebesar 36-40C dan salinitas sebesar 32-35 . Habitatnya harus berada pada
rataan terumbu karang yang mendapatkan sinar matahari sehingga
12

zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan karangnya mampu melakukan


fotosintesis. Gelombang laut memberikan pasokan oksigen terlarut, plankton,
dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip
karang, namun gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur karang
lunak (Nybakken, 1982).
3. Kandungan (RomansyahYhudi, 2011)
Harper (2001) in Hardiningtyas (2009) menjelaskan bahwa karang lunak
menghasilkan senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk menghadapi
serangan predator, media kompetisi, mencega hinfeksi bakteri, membantu
proses reproduksi, dan mencegah sengatansinar ultraviolet. Karang lunak
menghasilkan beberapa dari golongan senyawa hasil metabolit sekunder,
antara lain alkaloid, steroid, flavonoid, fenol, saponin, dan peptida. Karang
lunak Sarcophytonsp. Dilaporkan memiliki kandungan senyawa bioaktif
alkaloid, steroid, dan flavonoid (Hardiningtyas, 2009). Struktur flavonoid,
yaitu flavonol, flavones, dan flavanone dapat dilihat pada Gambar 2.

Flavonol Flavone Flavanone

Karang lunak Sarcophyton sp. alami dan hasil transplantasi memiliki


kandungan antioksidan. Pengujian dengan metode DPPH untuk mengetahui
besar aktivitas antioksidan melalui nilai IC50 didapatkan hasil yaitu aktivitas
antioksidan yang terkandung dalam karang lunak Sarcophyton sp. hasil
transplantasi lebih tinggi.
Pengujian kandungan bioaktif terhadap karang lunak Sarcophyton sp.
alami menghasilkan reaksi positif pada uji steroid, flavonoid, dan benedict.
Pengujian pada karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi menghasilkan
reaksi positif pada uji alkaloid, steroid, flavonoid, dan benedict.
13

Dugaan awal yang dapat diambil yaitu perlakuan transplantasi mampu


menaikkan aktivitas antioksidan pada karang lunak Sarcophyton sp. yang juga
ditandai oleh terbentuknya senyawa alkaloid.
4. Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang (Ahmad, 2013):
Mobergand Folke(1999) menyatakan bahwa fungsi ekosistem terumbu
karang mengacu kepada habitat, biologis atau proses ekosistems ebagai
penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang adalah yang terkait dengan
sumber daya seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut dan tambang
seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dari ekosistem terumbu karang
dibedakan :
1. Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.
2. Jasa biologi sebagai habitat dan mata rantai kehidupan.
3. Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.
4. Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.
5. Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekreasi dan permainan.

II.3 Uraian Bahan


II.3.1 Metanol (Dirjen POM. 1979)
Nama resmi : Metanolum
Sinonim : Metanol, Metil-alkohol
Berat molekul : 34
Rumus molekul : CH3OH
Rumus Struktur :

Pemerian : Jernih, mudah menguap, berbau khas


Kelarutan : Sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter,
heksena
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
II.3.2 N-heksana (Dirjen POM. 1979)
Nama Resmi : Hexaminum
Sinonim : Heksamina
14

Berat Molekul : 140,09


Rumus Molekul : C6H12O4
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur


putih, tidak berbau, rasa membakar dan manis
kemudian agak pahit. Jika dipanaskan dalam suhu
2600 menyumblim.
Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dalam 12,5 mL etanol
(95%) P dan dalam lebih kurang 10 bagian klorofom
P.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup baik
Kegunaan : Sebagai eluen
II.3.3 Silika Gel (Dirjen POM. 1995)
Nama Resmi : Silica Gel
Nomor CAS : 63231-67-4
Rumus Mole3kul : SiO2.xH2O
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur


putih, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup baik
Kegunaan : sebagai absorben
15

BAB III
METODE KERJA

III.1 WaktuPelaksanaan
Pada percobaan ini, waktu pelaksanaanya dilakukan pada hari sabtu
21 November 2015. Pukul 14.30 sampai dengan 16.30 WITA, bertempat di
Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, UNG, Provinsi Gorontalo.
16

III.2 Alat dan bahan


III.2.1 Alat

Gelaskimia Gelas

kolom Neraca analitik

Vakum

III.2.2 Bahan

Gelas Kimia
17

Aluminium foil
Alkohol 70%

Methanol N-heksan

Silika gel Ekstrak kental


kerang

Tissue
III.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang ektrak kental simplisia kerang sebanyak 1 gram
4. Ditimbang silica gel sebanyak 2 gram dan 25 gram
5. Ditambahkan silika 2 gram kedalam sampel 1 gram
6. Dimasukkan silika gel 25 gram kedalam alat kolom
7. Dipadatkan silika gel pada alat vakum
8. Dimasukkan sampel kedalam kolom
9. Dinyalakan alat vakum
10. Ditambahkan pelarut N-heksan 100% secara perlahan dan Ditampung
dalam gelas
11. Ditambahkan perbandingan pelarut yang dibuat yaitu N-heksan : methanol
(80:20) secara perlahan dan ditampung dalam gelas
18

12. Ditambahkan perbandingan pelarut yang dibuat yaitu N-heksan : methanol


(60:40) secara perlahan dan ditampung dalam gelas
13. Ditambahkan perbandingan pelarut yang dibuatyaitu N-heksan : methanol
(40:60) secara perlahan dan ditampung dalam gelas
14. Ditambahkan perbandingan pelarut yang dibuat yaitu N-heksan : methanol
(20:80) secara perlahan dan ditampung dalam gelas
15. Diuapkan semua ekstrak cair yang diperoleh

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan fraksionasi terhadap ekstrak kental yang


diperoleh dari ekstraksi karang(Sarcophyton sp) dengan menggunakan
kromatografi kolom vakum. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dapat
melakukan dan dapat mengetahui dan mengamati secara langsung proses
pemisahan senyawa yang ada dalam ekstrak kental menjadi senyawa yang lebih
spesifik dengan menggunakan kromatografi yang dilengkapi dengan pompa
vakum, bertujuan untuk mempercepat laju aliran fase gerak atau elusi untuk dapat
mengelusi komponen kimia yang ada dalam ekstrak. Dimana ekstrak yang
diperoleh akan berperan dalam identifikasi senyawa pada masing-masing sampel
untuk uji kromatografi.
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah menyiapkan
alat dan bahan yang digunakan. Selanjutnya ekstrak kental karang (Sarcophyton
19

sp) ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dicampurkan dengan silika gel yang
bobotnya 2 gram. Dalam hal ini bobot silika gel dan bobot ekstrak berjumlah
sama dengan tujuan agar ekstrak tersalutkan dengan silika gel. Setelah itu
campuran ekstrak dengan silika gel digerus hingga homogen.
Langkah selanjutnyacampuranhomogenkarangdan silika gel dimasukkan
kedalam kolom dengan tinggi dari tinggi kolom sambil menyalakan pompa
vakum dan menekannya batang pengaduk. Adanya penekanan dan penarikan dari
pompa vakum terhadap silika gel agar silika gel tersebut menjadi padat dan
diperoleh kerapatan yang maksimum.
Selanjutnya dibuat eluen yang tingkat kepolarannya dimulai dari yang non
polar sampai yang bersifat polar. Hal ini bertujuan agar senyawa yang bersifat non
polar keluar terlebih dahulu, jika digunakan eluen yang bersifat polar, bukan saja
senyawa yang bersifat polar yang ditarik, tetapi senyaa yang bersifat non polar
juga akan tertarik keluar. Eluen dibuat dengan pelarut dan perbandingan uang
berbeda yaitu n-heksan 100% : n-heksan metanol 80:20, n-heksan-metanol 60:40,
n-heksan-metanol 40:60, n-heksan-metanol 20:80, dan metanol 100%. Eluen ini
kemudian dimasukkan ke dalam kolom.
Eluen yang ditambahkan melalui dinding kolom dan pompa vakum
dinyalakan sehingga eluen turun mengelusi komponen kimia, dan eluen yang
keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi pada wadah yang berbeda. Fraksi-fraksi
tersebut kemudian diuapkan diatas waterbath untuk mendapatkan ekstrak kental
yang akan di identifikasi menggunakan kromatografi laps tipis.
20

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang menggunakan kromatografi cair
vakum, dapat disimpulkan bahwa senyawa polar dan non polar dapat
terpisah secara sempurna berdasarkan tingkat kepolarannya masing-
masing
V.2 Saran
1. Saran untuk laboratorium
Untuk laboratorium yaitu alat-alat dan bahan yang ada dilab lebih
dilengkapi lagi, agar praktikan dapat melaksanakan praktikumnya dengan
lancar.
2. Saran untuk praktikan
Untuk praktikan, sebelum praktikum dimulai praktikan diharapkan
agar lebih mendalami materi yang berkaitan dengan percobaan yang akan
diikuti dan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan agar
praktikum lebih berjalan dengan maksimal.
21

LAMPIRAN

CARA KERJA

Ditimbang silika gel Ditimbang sampel Dipadatkan silika gel


ekrak kerang dalam kolom

Dinyalakan alat vakum Dimasukkan sampel Dimasukkan


Diamati proses yang kedalam kolom
Ditampung hasilberisi
yang perbandingan
Diuapkanpelarut
terjadi silika gel
diperoleh yang dibuat

Anda mungkin juga menyukai