Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

1. JASA-JASA AKUNTAN PUBLIK


Accounting dan Auditing
Apa perbedaan Accounting dan Auditing? Untuk membandingkan keduanya, dapat
mengambil perumpaan seperti pekerjaan membangun gedung serta pengawasannya.
Apabila membangun gedung adalah proses mengubah input (bahan-bahan bangunan dan
tenaga kerja) menjadi output (gedung) lewat sebuah proses maka sama halnya dengan
Accounting yang merupakan proses mencatat dan mengklasifikasikan transaksi dan
peristiwa keuangan, yang mana dalam proses tersebut bertujuan mengubah input (catatan
akuntansi) menjadi output (laporan keuangan).
Berbeda dengan halnya pengawasan gedung yang dilakukan hanyalah
mengawasi pembangunan gedung yang dilakukan selama tahap pembangunan atau
hanya saat pembangunan itu selesai. Begitu pula dengan Auditing, setelah laporan
keuangan selesai dibuat oleh perusahaan maka yang dilakukan oleh seorang auditor
adalah menganalisis hasil laporan keuangan hingga sampai pada bukti-buktinya.
Accounting bersifat kontruktif yaitu membangun, sedangkan Auditing bersifat analitis yaitu
menganalisis. Proses accounting dimulai dari input sampai ke output, sedangkan proses
audit dimulai dari laporan keuangan kemudian ke bukti-bukti yang mendasarinya.

Mengapa Jasa Audit Diperlukan?


Suatu perusahaan perlu untuk membuat laporan keuangannya untuk memberikan
informasi kepada para pengguna informasi keuangannya. Para pengguna tersebut seperti
kreditur, investor dan pemerintah. Para pengguna jelas mengharapkan laporan keuangan
yang dapat dipercaya keandalan dan relevansinya, sedangkan susunan laporan keuangan
suatu perusahaan belum dapat dinilai wajar sebelum dianalisis oleh auditor, karena bisa
saja dalam laporan tersebut memiliki kesalahan dalam penyajian, entah salah saji material
karena tidak disengaja ataupun disengaja. Salah saji material yang disengaja, biasanya
dikarenakan perusahaan ingin laporan keuangannya dapat menarik hati para investor
maupun kreditur untuk dapat memperoleh dana, ataupun karena ingin menghindari pajak
dengan mengubah-ubah laporan keuangannya sehingga bukan lagi mencerminkan
keadaan perusahaan yang sebenarnya.
Misalkan saja, ketika bank akan memberikan pinjaman kepada nasabahnya, maka
bank tersebut memerluka beberapa informasi agar bank dapat menilai risiko bisnis yang
akan dihadapinya apabila memberikan pinjaman kepada nasabah tersebut. Bank perlu
untuk mengetahui apakah nasabah tersebut mampu dalam membayar kembali pokok dan
bungan pinjamannya? Atau apakah nasabah tersebut mampu bertahan hidup? Maka dari
itu, bank menggunakan laporan keuangan calon nasabah tersebut. Akan tetapi, dalam
menggunakan laporan keuangan tersebut terdapat risiko lain yaitu risiki informasi. Apakah
informasi tersebut benar atau tidak. Disini auditor atau Akuntan Publik memiliki peran
sebagai penekan risiko informasi. Apabila seorang Akuntan Publik menyatakan laporan
keuangan yang diauditnya memiliki opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) padahal dalam
laporan tersebut mengandung unsur salah saji material, maka Akuntan Publik tersebut
dikatakan mengalami gagal audit dan perannya untuk menekan risiko informasi, tidak
dapat dipenuhi.

Audit, Atestasi, dan Ansurans


Masyarakat mengenal jasa audit dari opini audit yang diberikan akuntan publik,
seperti WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), WDP (Wajar Dengan Pengecualian), TMP
(Tidak Memberikan Pendapat), dan TW (Tidak Wajar). Dengan jasa audit, tingkat
keandalan laporan keuangan menjadi meningkat. Dalam hal ini auditor memberikan suatu
asurans, bukan keyakinan yang mutlak tetapi asurans yang memadai. Auditing adalah
salah satu dari jasa asurans. Istilah lain yang digunakan dalam audit adalah atestasi.
Atestasi juga merupakan salah satu jasa asurans dan asurans memiliki makna yang lebih
luas daripada atestasi.
Atestasi berguna untuk meningkatkan keandalan informasi dengan cara audit dan
review. Namun atestasi tidak hanya berkaitan dengan informasi keuangan historis. Jika
atestasi meningkatkan keandalan informasi yang tekanannya adalah keandalan, asurans
berguna untuk meningkatkan keandalan dan juga relevan informasi. Jasa audit diatur
dengan ISA (International Standards of Auditing), jasa review diatur dengan International
Standards on Review Engagements, jasa asurans lainnya yang diluar audit dan review
diatur dengan ISAE (International Standards on Assurance Engagement).

Audit dan Unsur Penugasan Asurans


Terdapat lima unsur penugasan asurans, yakni :
1. Hubungan tripartit.
Hubungan ini melibatkan tiga pihak yakni praktisi (dalam audit yaitu Akuntan
Publik), penanggung jawab (manajemen dari entitas yang menerbitkan laporan
keuangan), dan pengguna yang dituju (pengguna laporan keuangan tersebut).
2. Pokok tugas.
Pokok tugas dan informasi pokok tugas dalam penugasan asurans dapat berupa
kinerja atau kondisi keuangan (seperti laporan posisi keuangan), kinerja atau
kondisi nir-keuangan (seperti kinerja entitas), ciri fisik (seperti kapasitas pabrik,
gudang, dll.), sistem dan proses (seperti pengendalian internal entitas), dan
perilaku (seperti tata kelola).
3. Kriteria.
Kriteria dalam asurans adalah tolok ukur yang digunakan untuk mengevaluasi
atau mengukur pokok tugas, tolok ukur untuk penyajian dan pengungkapan.
Kriteria yang digunakan dalam audit adalah standar yang dipakai dalam
menyususn laporan keuangan seperti PSAK, IFRS, dan lain-lain.
4. Bukti
Bukti haruslah cukup dan tepat. Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas dari
suatu bukti. Sedangkan ketepatan bukti mengukur kualitas atau mutu dari suatu
bukti, apakah bukti itu relevan dan juga andal.
5. Laporan asurans
Praktisi haruslah menyiapkan laporan tertulis berisi kesimpulan yang menegaskan
asurans yang diperolehnya tentang informasi pokok tugas. Auditor juga
menyiapkan laporan tertulis berisi kesimpulan auditnya yaitu opini audit seperti
WTP, WDP, TMP, dan TW.

Kantor Akuntan Publik


Akuntan publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan
jasa-jasa sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kantor akuntan public adalah
badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan mendapatkan izin usaha berdasarkan undang-undang. Jasa-jasa yang dapat
diberikan oleh Akuntan Publik adalah jasa asurans, jasa audit atas informasi keuangan
historis, jasa review atas informasi keuangan historis, jsa asurans lainnya, dan jasa
lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen.
Undang undang telah menetapkan ketentuan yang membatasi pemberian jasa
audit, sebagai berikut Pemberian jasa audit oleh Akuntansi Publik dan/atau KAP atas
informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat
dibatasi dalam jangka waktu tertentu. Pembatasan pemberian jasa audit tersebut
dikenal sebagai kewajiban rotasi rekan audit yang membatasi Akuntan Publik; dan
rotasi KAP yang membatasi KAP.
Undang-undang menetapkan KAP dpat berbentuk usaha: perseorangan,
persekutuan perdata, firma, dan bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik
profesi Akuntan Publik, yang diatur dalam undang-undang. Menteri membentuk KPAP
(Komite Profesi Akuntan Publik). KPAP bersifat Independen dalam pengambilan
keputusan, pembentukan oleh Menteri bersifat administrative. KPAP dibentuk untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas profesi dalam pembinaan, perbedayaan,
dan pengawasan untuk melindungi kepentingan masyarakat.

Kantor Jasa Akuntansi


Berbeda dengan KAP, KJA tidak dipayungi oleh undang-undang melainkan oleh
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister
Negara. KJA memberikan jasa akuntansi seperti jasa pembukuan, jasa kompilasi
laporan keuangan, jasa manajemen, akuntansi manajemen, konsultasi manajemen,
jasa perpajakan, jasa prosedur yang disepakati atas informasi keuangan, dan jasa
sistem teknologi informasi. KJA berbentuk usaha perseorangan, persekutuan perdata,
firma, koperasi, atau perseoran terbatas. KJA yang berbentuk usaha lain dari kelima
bentuk usaha tersebut, dikenai sanksi administratif.
Pemberian izin usaha KJA ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang
ditandatangani oleh Kepala PPAJP atas nama menteri. Untuk meningkatkan
professionalism dan mendorong kepatuhan akuntan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, menteri melakukan pembinaan terhadap akuntan dan KJA.
Pembinaan tersebut dilakukan oleh PPAJP. KJA wajib memiliki dan melaksanakan
sistem pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Asosiasi
Profesi Akuntan.

2. PROFESI AKUNTANSI
Pendekatan pertama yang digunakan untuk mengenal suatu profesi ialah
melihat apa yang dikerjakan dan dihasilkan anggota profesi. Pendekatan kedua
adalah membandingkannya dengan okupasi yang lain. Profesi ditandai dengan
komunitas yang mengembangkan aturan-aturan internal Pendekatan ketiga,
pengaat dan praktisi memahami pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh
lembaga yang menetapkan standar profesi. Pendekatan keempat adalah
pendekatan historis. Pendekatan ini melihat jatuh bangunnya profesi dalam kurun
waktu yang panjang. Dengan berbagai pendekatan kita semakin mengenal
peluang dan tantangan yang dihadapi suatu profesi.
Mengenai profesi akuntan dalam arti luas, bukan hanya akuntan public, di
ASEAN tidak terlepas dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pembahasan
tentang akuntan ASEAN, harus meliputi semuanjenis akuntan, bukan hanya
akuntan public. Bahkan jasa akuntan public berupa jas asurans masih tertutup
untuk tahun pertama MEA (2015).
Asuransi untuk penugasan professional dalam bahasa Inggris asuransi ini
dikenal sebagai PII (Profesional Indemnity Insurance). KAP tanpa afiliasi
international umumnya tidak dilindung dengan PII. Pertama, karena ketidaktahuan
mengenai hal ini. Kedua sejauh ini belum ada tuntutan hukum atau klaim ganti rugi
dari pengguna jasa akuntan public. Ketiga, belum ada maskapai asuransi yang
memberikan PII di Indonesia.

3. ATURAN INTERNAL PROFESI


Kode Etik
Kode etik selain merupakan payung moral profesi, juga ada aturan-aturan
mengenai perilaku anggota profesi. Ciri istimewa profesi akuntansi ialah
pengakuan akan tanggung jawab untuk bertindak atas nama kepentingan umum.
Oleh karenanya, tanggung jawab akuntan professional tidaklah semata-mata
memuaskan kebutuhan klien atau pegawainya. Kode etik terdiri dari atas tiga
bagian yaitu: prinsip-prinsip dasar etika profesi akuntansi, prinsip-prinsip dasar
yang diterapkan untuk akuntan professional dalam praktik public atau akuntan
public, dan prinsip-prinsip dasar yang diterapkan untuk akuntan professional dalam
bisnis, akuntan internal.
Prinsip-prinsip dasar mengenai kode etik menjadi kerangka konseptual
yang wajib diterapkan akuntan ketika: mengidentifikasi ancaman (threats) terhadap
kepatuhan atas Prinsip-Prinsip Dasar, mengevaluasi seberapa signifikannya
ancaman yang diidentifikasi, dan melakukan pengamanan untuk mengeliminasi
atau menekan ancaman ke tingkat yang dapat diterima. Kode etik menggunakan
pendekatan kerangka konseptual (conceptual framework approach). Pendekatan
ini menjelaskan secara umum ancaman terhadap kode etik professional,
bagaimana mengidentifikasinya, dan apa penangkal terhadap ancaman yang
diidentifikasi.
Penangkal terhadap ancaman-ancaman di atas, disebut penangkal,
pelindung, atau pengaman. Pengaman bisa ditetapkan oleh profesi akuntan, oleh
undang-undang, atau ketentuan lain atau ditetapkan oleh KAP atau entitas itu
sendiri. Pengaman tertentu dapat meningkatkan kemungkinan mendeteksi perilaku
tidak etis atau mencegahnya. Pengamanan seperti ini dapat dilakukan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan, ketentuan profesi, atau aturan
internal KAP atau entitas. Penyelesaian pelanggaran etika seorang akuntan
professional dpat diminta menyelesaikan konflik-konflik yang dihadapinya berupa
pelanggaran prinsip-prinsip dasar.
Jika suatu konflik terjadi terhadap atau di dalam organisasi, akuntan
professional wajib menentukan apakah aka berkonsultasi dengan TCWG seperti
Dewan Komisaris atau Komite Audit. Jika konflik yang signifikan tidak dapat
diselesaikan, akuntan professional perlu mempertimbangkan nasihat lembaga atau
badan yang relevan atau penasihat hukum. Jika sesudah menjajaki berbagai
kemungkinan penyelesaian, konflik etika masih belum terselesaikan, akuntan
professional wajib berada di tengah-tengah situasi yang menimbulkan konflik
tersebut. Akuntan professional wajib menentukan apakah tepat baginya untuk
mengundurkan diri dari tim atau penugasan tersebut, atau KAP sama sekali
mundur dari klien yang bersangkutan, atau akuntan professional yang menjadi
karyawan sama sekali mundur dari entitas yang memperkerjakannya.
Standar Profesi
ISA (International Standards on Auditing) adalah standar audit yang relatif
baru di Indonesia. ISA memiliki struktur-struktur seperti introduction (pengantar),
objective (tujuan), definition (definisi), requirements (persyaratan/ketentuan),
application and other explanatory material (penerapan dan materi penjelasan lain)
Dengan memahami struktur ISAs, dengan mudah kita menemukan hal-hal yang
kita butuhkan ketika kita menggunakan ISAs sebagai referensi. Jika kita
mengamati perbedaan antara ISA dan standar audit sebelumnya, akan terlihat
perubahan yang substantif dan mendasar. Perubahan mendasar mencerminkan
cara berfikir yang berbeda yang melandasi teknik audit tertentu.
Makna Perubahan Standar Audit
Apa perbedaan antara ISA dan standar professional akuntan publik atau
SPAP yang lama? Berikut contoh dari perbedaan yang dapat menjawab
pertanyaan tersebut, yaitu penekanan risiko, standar berbasis prinsip, pengukuran
berkesn eksak. Penjelasan secara rincinya berikut ini :
1. Penekanan pada risiko
Audit berbasi ISA tidak lain dari audit berbasis risiko, sedangkan SPAP tidak
mengabaikan aspek risiko. Istilah seperti inherent risk, control risk, detection
risk, dan audit risk sudah dikenal dalam SPAP. Disini, hal yang berbeda ialah
tekanan yang sangat besar pada risiko, dalam setiap tahap audit.
2. Standar berbasis prinsip
Standar-standar terbitan IFAC adalah standar berbasis prinsip yang merupakan
perubahan dari SPAP sebelumnya yang berbasis aturan. Dala standar berbasis
aturan, lembaga yang menetapkan standar, menetapkan langlah demi langkah
dengan banyak petunjuk teknis yang diharapkan membantu auditor mencapai
tujuan. Sifat yang membedakan standar berbasis aturan dan standar berbasis
prinsip yaitu standar berbasis aturan dikatakan sangat rumit dan member
kesan eksak atau tepat dan juga standar aturan mengekang kearifan
profesional.
3. Pengukuran berkesan eksak
ISA tidak mengabaikan model-model matematis. Namun, ISA memberikan
keleluasaan menerapkan kearifan professional, terutama jika model matematis
menimbulkan keraguan yang besar. Salah satu sifat dari model-model
matematis adalah kerumitannya. Kerumitan atau kompleksitas model
matematis sering memberikan kesan keliru, seolah-olah model itu seperti botol
berisi jin yang memberikan jawaban yang precise atau exact.

Gunakan Kearifan Pofesional


Hal yang paling mudah diamati dalam melihat bahwa penugasan audit
meggunakan kearifan profesional adalah keterlibatan auditor yang berpengalaman,
auditor yang mumpuni. Dalam praktik akuntan public, ini berarti keterlibatan partner
yang mempunyai pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang tepat dengan
penugasannya, dan ciri-ciri kepribadian tertentu seperti sikap skeptis.
Senantiasa Terapkan Kewaspadaan Profesional
Kewaspadaan professional adalah konsep lama dengan makna baru.
Kewaspadaan professional dalam makna lama, terbatas pada sikap waspada jika
ada bukti-bukti awal (seperti pengujan beberapa sample) yang mencurigakan,
sebaliknya dalam makna baru, auditor sejak awal harus waspada, calon kliennya
pun bisa membohonginya dengan melakuka manipulasi laporan keuangan.
Pengendalian Internal
Entitas wajib menetapkan, membangun, memelihara, dan
mengimplementasi lingkungan dan sistem pengendalian internal. Jika lingkungan
dan sistem pengendalian tidak ada atau sangat tidak memadai maka risiko audit
menjadi sangat tinggi, karena itu auditor wajib menolak penugasan audit ini.
Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu yang ditetapkan IAASB tercantum dalam
International Standards on Quality Control 1 (ISQC 1) berjudul Quality Control for
Firms That Performs Audits and Review of Financial Statements, and Other
Assurance and Related Services Engagements. ISQC 1 mewajibkan KAP
mendokumentasikan kebijakan dan prosedur mengenai unsur-unsur: tanggung
jawab pimpinan KAP atas mutu di dalam KAP-nya; ketentuan etika yang relevan;
hubugan dengan klien; sumber daya manusia; pelaksana penugasan; dan
pemantauan.
Pengembangan Profesional Berkelanjutan
Pendidikan dan pelatihan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan profesi apapun, selama seseorang aktif dalam profesinya.
Pengembangan diri secara professional merupakan bagian penting dari aturan
internal profesi. Profesi wajib wajib mengimplementasikan ketentuan PPL sebagai
bagian dari persyaratan keanggotaan profesi. Kewajiban ini akan mendukung
tujuan profesi untuk memberikan jasa-jasa dengan mutu tinggi kepada masyarakat.

4. TANGGUNG JAWA HUKUM


5.

Anda mungkin juga menyukai