2. Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :
a. Placenta belum lepas dari dinding uterus
Placenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena
kontraksii uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta, dan placenta yang
tumbuh melekat erat lebih dalam. Pada keadaan ini tidak terjadi perdarahan dan
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
b. Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena
atonia uteri dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya
lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena
(a) penanganan kala III yang keliru/salah dan (b) terjadinya kontraksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta inkaserata).
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan
ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
I. Sebab fungsional
a) His yang kurang kuat (sebab utama)
b) Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
c) Ukuran plasenta terlalu kecil
d) Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
3. Klasifikasi
1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.
4. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.
4. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan.
Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih
pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu,
miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran
juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat
perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka
plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding
uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua
spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat
itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat- serat oto
miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan
pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta
perdarahan berhenti.
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya plasenta tidak
terjadi secara bersamaan dengan janin, karena melekat pada tempat implantasinya.
Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
5. Maninfestasi Klinik
a. Waktu hamil
i. Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
ii. Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya
menyertai plasenta previa
iii. Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan
iv. Kadang terjadi ruptur uteri.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
a. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ.
c. Sepsis
d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap
Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat
adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang
disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Retensio plasenta dengan sparasi parsial
1. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang
akan diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila
ekspulsi tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
2. Beri drips oksitosin dalam infuse NS/RL. Bila perlu kombinasikan dengan
misoprostol per rectal. (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena
kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam
kavum uteri)
3. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta
secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan
perdarahan. Lakukan trasnfusi darah apabila di perlukan.
4. Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/ oral + metronidazol supositoria/ oral)
5. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi syok neurogenik.
b. Plasenta inkaserata
1. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.
2. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontriksi
serviks dan melahirkan plasenta.
3. Pilih fluethane atau eter untuk kontriksi serviks yang kuat, siapkan drips
oksitosin dalam cairan NS/RL untuk mengatasi gangguan kontraksi yang
diakibatkan bahan anestesi tersebut.
4. Bila prosedur anestesi tidak tersedia dan serviks dapat dilakukan cunam ovum,
lakukan maneuver skrup untuk melahirkan plsenta.
1. Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda vital, kontraksi
uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan. Tambahan
pemantauan yang di perlukan adalah pemantauan efek samping atau
komplikasi dari bahan bahan sedative, analgetika atau anastesi umum
misalnya mual, muntah, hipo/ atonia uteri, pusing/ vertigo, halusinasi,
mengantuk
c. Plasenta akreta
1. Tanda penting untuk diagnosis pada pemerisaan luar adalah ikutnya
fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit di
tentukan tepi plasenta karena imolantasi yang dalam.
2. Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah
menentukan diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk ke rumah sakit rujukan
karena kasus ini memerlukan operatif bagan.
d. Sisa plasenta
1. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan
perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kemabali lagi
ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang ke
rumah dan subinvolusi uterus
2. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
Antibiotika yang di pilih adalah ampisilin IV dilanjutkan oral dikombinasikan
dengan metronidazol supositoria.
3. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase.
4. Bila kadar Hb<8g/dL berikan transfuse darah. Bila kadar Hb> 8g/ dL, berikan
ferosus.
Pada kelainan yang luas, perdarahan menjadi berlebihan sewaktu dilakukan
upaya untuk melahirkan plasenta. Pada sebagian kasus plasenta menginfasi
ligamentum latum dan seluruh serviks (Lin dkk., 1998). Pengobatan yang berhasil
bergantung pada pemberian darah pengganti sesegera mungkin dan hampir selalu
dilakukan tindakan histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
Pada plasenta akreta totalis, perdarahan mungkin sangat sedikit atau tidak ada. Paling
tidak sampai di lakukan upaya pengeluaran plasenta secara manual. Kadang-kadang
tarikan tali pusat dapat menyebabkan inversion uteri. Inversion uteri adalah uterus
terputar balik sehingga fundus uteri terapat dalam vagina dengan selaput lendirnya
sebelah luar. Inversion uteri paling sering menimbulkan perdarahan akut yang
mengancam nyawa.
9. Prognosis
Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan
sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat
sangat penting.