Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan ekonomi masyarakat modern suatu negara tidak akan lepas dari

tindakan-tindakan politis yang dilakukan negara tersebut. Globalisasi telah

membuat dunia menjadi tanpa batas. Perekonomian nasional pada awalnya

merupakan hal yang dapat dipenuhi sendiri, dan negara-negara terisolasi dengan

batasan-batasan perdagangan lintas batas, perbedaan jarak, zona waktu, bahasa,

dan segala perbedaan yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih pemerintahan

yang berbeda. Globalisasi memberikan negara cara baru untuk saling

berhubungan. Perkembangan ini membuat jaringan yang didukung oleh

perkembangan pesat teknologi, dan dapat terlihat jelas dalam arus modal dan

barang antar negara, bahkan tenaga kerja. Globalisasi juga telah membawa

perubahan tentang bentuk peperangan, atau cara suatu negara dalam upaya

menguasai negara atau bangsa lainnya.

Saat ini, propaganda melalui pemikiran kepada masyarakat pada umumnya

lebih mudah dan lebih cepat dilakukan. Tujuan dari propagandanis adalah

untuk mempengaruhi pendapat dan mendorong munculnya suatu aksi di antara

para sasarannya. Perusahaan Multinasional (MNCs) dan LSM (NGO) adalah

tentara baru bagi negara kuat untuk menaklukkan negara lain yang lemah dan

tertinggal. Kini tujuan perang telah bergeser dari peguasaan teritori menjadi

penguasaan sumber daya atau dengan kata lain bertujuan ekonomi. Aktivitas

1
MNCs tidak dapat dipisahkan dari kepentingan nasional negara asal (home

country) MNCs tersebut. Robert Gilpin menyebutkan bahwa MNCs dapat

berkembang sedemikian pesat dikarenakan mereka tergantung sekaligus

menjalankan kepentingan nasional negara asal.1

Cara berperang dengan menggunakan kekuatan senjata atau hard power

dianggap tidak lagi efisien, sehingga muncul cara baru yang lebih efisien dengan

menggunakan soft power. Soft power merupakan instrumen yang sangat

menjanjikan dalam arus globalisasi saat ini karena metode- metode secara

fisik ataupun kekerasan sudah tidak efisien untuk dilakukan. Saat ini, propaganda

melalui pemikiran kepada masyarakat pada umumnya lebih mudah dan lebih

cepat dilakukan. Tujuan dari propagandanis adalah untuk mempengaruhi pendapat

dan mendorong munculnya suatu aksi diantara para sasarannya. Perusahaan

Multinasional (MNC) dan LSM (NGO) adalah tentara baru bagi negara kuat

untuk menaklukkan negara lain yang lemah dan tertinggal. Kini tujuan perang

telah bergeser dari peguasaan teritori menjadi penguasaan sumber daya atau

dengan kata lain bertujuan ekonomi. Perusahaan multinasional telah banyak

digunakan sebagai soft power home country ke negara-negara tujuan MNCs

tersebut. Salah satu contoh perusahaan multinasional yang mengekspansi pasar ke

Indonesia adalah perusahaan Ajinomoto dari Negara Jepang yang kini telah

dibangun di beberapa kota di Indonesia.

Ajinomoto merupakan perusahaan multinasional asal Jepang yang telah

berdiri di Indonesia sejak tahun 1969 di Jakarta.Pada tahun 1970, Ajinomoto

1 Yulius P. Hermawan, 2007, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor,


Isu dan Metodologi, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 219.

2
mendirikan pabrik pertamanya di Mojokerto Jawa Timur dengan produk utama

penyedap rasa dengan merek AJI-NO-MOTO yang dipasarkan ke seluruh

wilayah Indonesia. Ajinomoto merupakan salah satu perusahaan MNC yang

memiliki citra positif bagi lingkungan sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan

pencapaian yang pernah diraih oleh Ajinomoto yaitu menjadi produsen MSG

pertama di Indonesia yang memperoleh Sertifikat Sistem Jaminan Halal (SJH), di

mana hal tersebut merupakan sebuah pencapaian tertinggi dalam sistem

manajemen halal. Seluruh produk Ajinomoto juga telah mendapatkan sertifikat

halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ajinomoto bekerja keras dalam

meningkatkan kualitas produk agar selalu membawa kebaikan bagi manusia dan

lingkungan melalui penerapan sistem ISO 9001 untuk jaminan mutu, ISO 14001

untuk manajemen lingkungan, ISO 22000 untuk keamanan pangan, dan OHSAS

18001 untuk manajemen K3 dari badan sertifikasi SGS dengan akreditasi UKAS

(United Kingdom Accreditation Service).2

Selain berfungsi untuk peningkatan mobilitas kapital global dalam bentuk

investasi, MNC juga digunakan untuk membangun citra home country MNCs

tersebut. Bentuk soft power melalui state branding yang terbangun dari produk-

produk yang ditawarkan oleh swalayan tersebut inilah yang digunakan oleh MNC

tersebut untuk membangun citra home country. Melalui state branding yang

didukung oleh fasilitas yang serba digital membantu suatu negara

memperkenalkan bentuk-bentuk produk yang mengandung nilai budaya negara

asal perusahaan korporasi. Bentuk ini adalah unsur yang tidak melupakan nilai-

2Ajinomoto, Pencapaian Grup Ajinomoto, diakses dalam


http://www.ajinomoto.co.id/achievement, (28/03/2016, 09:13 WIB).

3
nilai tradisional di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan modernisme

yang merajalela dimasyarakat. Modernisasi tidak akan menghapus nilai-nilai

tradisional suatu negara bila negara tersebut mampu melestarikan budayanya bila

diharmoniskan dengan modernisme.

Salah satu alat untuk mempropaganda masyarakat adalah dengan

memperkenalkan budaya suatu negara melalui produk-produk yang dihasilkan

oleh negara yang terkait. Tanpa sadar produk-produk impor yang kita konsumsi

mengandung nilai-nilai suatu negara yang dengan mudah didapatkan melalui

pasar-pasar swalayan sekitar kita mengingat pesatnya perkembangan globalisasi

membuat semua hampir tak berbatas. MNC dalam bidang share budaya,

mempunyai hegemoni yang signifikan dalam penyeragaman budaya yang

kemudian dikenal dengan budaya pop. MNC dalam bidang politik, telah

mendobrak gaya diplomasi konvensional, yang tidak hanya melibatkan

antarperusahaan, tetapi juga antarnegara. Saat ini penyebaran identitas budaya

negara yang menghegemoni negara lain sedang marak dilakukan oleh negara-

negara secara konvensional.

State branding adalah sebuah studi yang sangat menarik dan baru yang

terkait dengan seberapa besar dampak sebuah produk yang diperdagangkan antar

negara pada suatu dekade tertentu bagi citra sebuah negara. State dapat diartikan

sebuah kelompok besar yang memiliki kesamaan dalan ras dan bahasa (Longman,

1995) di samping itu negara (country) dapat diartikan sebuah lahan dari tanah

yang diduduki oleh sebuah nation atau state. Secara Konsep state branding adalah

usaha yang dilakukan untuk membangun dan menjaga citra suatu negara secara

4
holistik. Pembentukan citra suatu negara baik internal maupun eksternal berbasis

pada nilai dan persepsi positif yang dimiliki sehingga mendapatkan posisi diantara

negara-negara lain di dunia.

Thailand merupakan contoh sebuah negara yang sukses membangun state

brand (merek nasional) tidak hanya dibidang masakan, seperti kare Massaman

misalnya, tetapi juga di bidang produk-produk pertanian. Konsumen buah-buahan

di Indonesia sangat akrab dengan nama papaya Bangkok, jambu Bangkok, durian

bangkok, mangga Bangkok, lengkeng Thailand, ayam Bangkok, dan sebagainya.

Keberhasilan Thailand dalam membangun state brand mereka tidak terlepas dari

dukungan pemerintah yang secara konsisten mempromosikan produk-produk

negeri gajah putih itu. Salah satunya adalah melalui program Global Thailand

yang telah berlangsung sejak tahun 2000. Tujuan state branding lebih ke arah

menciptakan country image. Country image ini dipercaya mampu menarik

investasi, turis, penciptaan lapangan kerja, meningkatkan export dan sebagainya.

Perusahaan MNC Jepang lainnya, PT. Marumitsu Indonesia merupakan

salah satu perusahaan di bawah kelompok Nitori CO.,Ltd. Perusahaan Nitori

merupakan salah satu perusahaan terbesar dalam bidang pembuatan dan penjualan

furnitur di Jepang. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang berasal dari

Penanaman Modal Asing (PMA) Jepang. Oleh karena itu perusahaan memiliki

budaya yang harus disesuaikan di tiap negara. Banyak organisasi di Jepang,

utamanya organisasi bisnis, memiliki tradisi yang tumbuh berdasarkan kekuatan

masyarakatnya yang mengandalkan nilai-nilai komitmen, dedikasi, loyalitas,

kompetensi yang tinggi dan hasrat yang kuat untuk menghasilkan kinerja

5
karyawannya. Maka, sedikit banyak budaya kerja yang dianut di Jepang akan

diterapkan di Indonesia. Secara umum budaya kerja di perusahaan Jepang sangat

mementingkan komitmen karyawan yang tinggi.3

PT. Marumitsu Indonesia memberlakukan sistem absensi karyawan yang

cukup ketat sehingga komitmen karyawan terhadap perusahaan dapat dilihat

melalui rekapitulasi absensi karyawan. Pemeliharaan komitmen ini juga dilakukan

dengan pemberian kompensasi yang layak dan berimbang sesuai dengan kinerja

yang karyawan berikan pada karyawan. Kinerja karyawan pada PT. Marumitsu

Indonesia tidak dinilai secara formal, tetapi penilaian oleh atasan lewat ide-ide

(gagasan) pengembangan yang dikemukakan oleh karyawan. Gagasan yang

mampu menciptakan pengembangan bagi produk ataupun perusahaan akan

diberikan reward (penghargaan) oleh atasan. Kesan yang diterima seorang

bawahan tentang penilaian terhadap diri mereka berdampak kuat bagi mereka

dalam mengukur kemampuan mereka sendiri, dan yang lebih penting lagi, bagi

kinerja mereka untuk masa-masa yang akan datang.4

Berdasarkan hal ini maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam

tentang bagaimana Ajinomoto di Indonesia menjadi media branding bagi home

country yaitu Jepang.

3 Tri Noviantoro, Analisis Budaya Perusahaan MNC (Multinational Corporation)


Berbasis Jepang di Indonesia, diakses dalam
https://www.linkedin.com/pulse/20140904062203-154884582-analisis-budaya-
perusahaan-mnc-multinational-corporation-berbasis-jepang-di-indonesia (27/11/2016,
13:08 WIB)

4 Ibid.

6
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat ditarik rumusan masalah

sebagai berikut Bagaimana MNC Ajinomoto di Indonesia menjadi media

branding bagi home country yaitu Jepang?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah

diajukan di rumusan masalah, yaitu untuk mengetahui bagaimana MNC

Ajinomoto di Indonesia menjadi media branding bagi home country Jepang.

1.4 Konsep dan Landasan Teori


1.4.1 Multinational Corporation (MNC)

Multinational Corporation (MNC) atau perusahaan multinasional

menurut John H. Dunning adalah an enterprise that engages in foreign

direct investment (FDI) and owns or, in some way, controls value-added

activities in more than one country.5 Perusahaan multinasional adalah

perusahaan yang melibatkan penanaman modal asing danmemiliki aktivitas

nilai tambah di lebih dari satu negara. Definisi tersebut menggambarkan

kegiatan perusahaan multinasional dalam dua karakteristik

mengkoordinasikan seluruh masalah dalam satu struktur perusahaan dan

memiliki bagian besar dalam transaksi ekonomi yang berhubungan dengan

aktivitaskoordinasi lintas negara. Kedua karakteristik ini membedakan

5John H. Dunning, 1993, Multinational Enterprises and the Global, (Addison-Wesley


Publ.),England: Wokingham,, hal. 3.

7
perusahaan multinasional dari perusahaan lainnya. Ketika disatu sisi

terdapat perusahaan yang mengontrol dan mengkoordinasi produksi melalui

banyak perusahaan dan di sisi lainnya terdapat pula perusahaan melakukan

transaksi ekonomi lintas negara maka perusahaan multinasional

menggabungkan kedua aktivitas tersebut. MNC memiliki kantor pusat di

negara asal mereka (home country) dan memperluas jaringan luar negeri

dengan membangun atau mengakusisi afiliasi atau anak perusahaan di

negara-negara mereka (host country). Jenis ekspansi itu ditunjuk sebagai

foreign direct investment (FDI) karena melibatkan keterlibatan dalam

kegiatan langsung produktif di luar negeri seperti Ford yang membangun

pabrik di Mexico untuk proses produksi mobil.

1.4.2 State branding

State atau nation branding merupakan sebuah konsep yang

diadopsi dari prinsip-prinsip pemasaran, yang menilai cara sebuah negara

dipandang oleh negara-negara lainnya. Konsep ini menunjukkan citra dari

suatu negara dan tingkat kepercayaan di dunia.6 Peningkatan citra suatu

negara akan menguntungkan banyak negara di luar perbatasannya untuk

melakukan ekspor produk. State branding berpotensi meningkatkan daya

saing bangsa. State branding merupakan presentasi diri stratejik dari suatu

negara dengan tujuan untuk menciptakan modal reputasional melalui

6 Irwansyah, Menginisiasi Nation Branding Indonesia Menuju Daya Saing Bangsa,


diakses dalam
https://www.researchgate.net/profile/Irwan_Syah3/publication/289298830_Menginisiasi_
Nation_Branding_Indonesia_Menuju_Daya_Saing_Bangsa/links/568b58f208ae1975839d
cbaf.pdf?origin=publication_detail (27/09/2016, 22:08 WIB)

8
promosi terhadap ketertarikan ekonomi, politik dan sosial, baik di dalam

negeri maupun di luar negeri.7

Simon Anholt mengembangkan dimensi-dimensi pengukuran yang

dikenal dengan nation brand index. Institusi seperti Anholt-GfK Roper,

dimensi pengukuran diformulasi sebagai ukuran untuk melihat kekuatan dan

daya tarik dari citra setiap negara. Pengukuran dimensi dibagi atas enam

yaitu ekspor, pemerintah, budaya, masyarakat, pariwisata, investasi dan

imigrasi.8

Pertama, dimensi ekspor menjelaskan tempat produk tertentu dibuat

untuk menentukan naik atau turunnya kesukaan orang untuk membelinya.

Dimensi ekspor juga berusaha untuk mengindentifikasi sesuatu yang

dipikirkan oleh masyarakat di negara lain tentang barang dan jasa yang

diproduksi di suatu negara dan untuk mengetahui usaha masyarakat untuk

menghindari atau justru aktif mencari barang dan jasa tersebut.9

Kedua, dimensi pemerintahan sebagai sebuah dimensi bertujuan

untuk menunjukkan persepsi mengenai kompetensi pemerintah untuk

memimpin negara ini dan cara pengaturan dilakukan. Dimensi ini mencakup

aspek keadilan dan kesetaraan dalam cara sebuah negara diatur, persepsi

dari komitmen negara dan dedikasinya untuk ikut andil dalam

7 Ibid

8 Simon Anholt, Nation Brands Index, Anholt GFK, diakses dalam http://nation-
brands.gfk.com/ (27/09/2016, 22:08 WIB)

9 Ibid

9
menyelesaikan isu-isu global, dan bagaimana pemerintah berusaha untuk

menyelesaikan permasalahan seperti kemiskinan dan masalah lingkungan di

dalam negaranya.10 Subtansi dari dimensi pemerintah adalah mengeksekusi

strategi yang berhubungan dengan hukum dan politik sehingga akan

membawa kemajuan posisi national branding yang diinginkan.11

Ketiga, dimensi berikutnya dalam state atau nation branding adalah

budaya dan peninggalan bersejarah. Dimensi budaya dan peninggalan

sejarah mengukur persepsi mengenai warisan budaya, budaya kontemporer

seperti musik, film, literatur, dan olahraga. Dimensi ini menunjukkan cara

masyarakat negara lain memandang budaya dan peninggalan sejarah sebuah

negara dan bagaimana hal tersebut ada dengan jelas di era modern. Dimensi

ini mencakup segala hal mulai dari musik bersejarah dan ciri-ciri budaya

hingga olahraga modern dan ranah artistik.12

Keempat, dimensi masyarakat merupakan penilaian umum terhadap

keramah tamahan masyarakat setempat.13 Masyarakat merupakan dimensi

yang sangat penting dalam mengukur state branding karena sebuah negara

tidak akan berdiri tanpa adanya rakyat atau masyarakat. Dimensi ini

berusaha mengukur ciri masyarakat dari sebuah negara dalam hal ciri khas

10 Ibid

11 Simon Anholt, 2010, Places: Identity, Image and Reputation, London:


PalgraveMacmillan.

12 Ibid

13 Ibid

10
kepribadian dan sikap sosial. Contohnya adalah keadaan masyarakat di

negara tersebut termasuk introvert atau ekstrovert dan cara prasangka

masyarakat terhadap sebuah situasi atau peristiwa dan orang lain. Dimensi

ini juga mengukur tingkat pendidikan dan keahlian profesional serta

keahlian masyarakat di suatu negara.

Kelima adalah dimensi pariwisata yang mengukur daya tarik tiga

tempat utama, yaitu: keindahan alam, bangunan bersejarah dan monumen

dan kehidupan urban dan perkotaan. Pengukuran dimensi pariwisata

bertujuan untuk mengidentifikasi besarnya semangat masyarakat di negara

lain untuk berkunjung ke suatu negara dan hal apa yang menarik para

wisatawan tersebut untuk datang. Dimensi ini juga bertujuan untuk

mengindentifikasi tentang atraksi alam atau atraksi buatan yang paling

terlihat oleh wisatawan.14 Ukuran kepuasan menurut turis suatu negara

dilihat dari ekspektasi dan kepuasan terhadap atribut pariwisata yang bisa

menarik turis dari atraksi-atraksi yang ada di sebuah negara, baik atraksi

natural maupun atraksi buatan.15

Keenam adalah dimensi investasi dan imigrasi yang mengukur

kekuatan negara dalam menarik warga asing untuk tinggal, bekerja dan

bersekolah di negara tersebut.16 Tidak hanya itu, dimensi ini juga mengukur

stabilitas ekonomi nasional, kesempatan yang setara dan persepsi mengenai

14 GfK Nation Research North America, 2011, The Anholt-GfK Roper


Nation Brands Index, New York: Gfk Roper Public Affairs and Media.

15 Huh J, 2002, Tourist SatisfactionWith Cultural/Heritage Sites:The


Virginia Historic Triangle, Virginia: Virginia Polythecnic Institute.

11
kualitas hidup yang layak di Negara tersebut. Dimensi investasi

menitikberatkan pada pengukuran besarnya kapasitas atau kemampuan

negara untuk menarik investor. Sedangkan, dimensi imigrasi diukur dengan

Quality of Life Index. Tolak ukurnya adalah biaya hidup, budaya, ekonomi,

lingkungan, kebebasan, kesehatan, infrastuktur, keamanan dan resiko, serta

iklim.

1.4.3 Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut The World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD), CSR adalah keterpanggilan dunia bisnis untuk bertindak etis

dan berkontribusi dalam dunia pembangunan ekonomi berkelanjutan,

bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup para karyawan beserta

keluarganya, sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas setempat dan

masyarakat luas. Sejalan dengan WBCSD, World Bank mendefinisikan CSR

yaitu:

the commitment of business to contribute to sustainable economic


development working with employees and their representatives the
local community and society at large to improve quality of life, in
ways that are both good for businessand good for development.17

16 Gfk, Anholt-GfK Nation Brands Index, diakses dalam http://nation-


brands.gfk.com/ (04/04/2016, 06:00 WIB)

17Corporate Social Responsibility: diakses dalam http://www.wbcsd.org/work-


program/business-role/previous-work/corporate-social-responsibility.aspx (04/04/2016,
06:00 WIB)

12
Menurut Uni Eropa dalam Anggraini18 CSR is concept whereby

companies integrate social and enviromental concerns in their business

operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary

basic. CSR di Indonesia disepadankan dengan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan (TSL).Sebagaimana tercantum didalam UU Perseroan Terbatas

No. 40 tahun 2007. Dalam UU tersebut TSL sebagai komitmen Perseroan

untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna

meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik

perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada

umumnya.19

Menurut Wibisono,20 CSR terdiri dari beberapa komponen utama

yaitu perlindungan lingkungan, perlindungan dan jaminan karyawan,

interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, kepemimpinan

dan pemegangsaham, penanganan produk dan pelanggan, pemasok

(supplier), serta komunikasi dan laporan.

a. Perlindungan lingkungan

18Anggraini, F. R. R, 2006,Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor


yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BEJ). Simposium
Akuntansi Nasional 9 Padang.

19Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan


Terbatas, diakses dalam http://aria.bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU
%2040%202007%20Perseroan%20Terbatas.pdf .(04/04/2016, 06:05 WIB), hal. 17.

20Wibisono.2007. Memebedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social.Responsibility.


Surabaya: Media Grapka, hal. 134.

13
Perlindungan lingkungan dilakukan perusahaan sebagai wujud kontrol

sosial yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan.Lingkungan tempat

usaha harus dijaga keadaannya jangan sampai terjadi kerusakan.Sehingga,

eksistensi perusahaan juga dapat terjamin. Contohnya: pengelolaan limbah

yang dihasilkansebagai residu dari proses produksi harus terlebih dahulu di

netralisir sebelum akhirnya dibuang.

b. Perlindungan dan jaminan karyawan

Tanpa karyawan perusahaan sudah dapat dipastikan tidak mampu

menjalankan kegiatannya. Kesejahteraan karyawan merupakan hal mutlak

yang menjadi tolak ukur bagi perusahaan dalam menghargai karyawannya.

Pada saat karyawan merasa bahwa dirinya bersinergi dengan perusahaan

hal ini akan berdampak positif bagi perusahaan. Perusahaan memberikan

imbalan yang sesuai maka karyawan akan memberikan kontribusi yang

positif, dan bekerja keras demi perusahaan yang telah berjasa baginya.

Contohnya: pelatihan.

c. Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat

Peran masyarakat dalam menentukan kebijakan perusahaan

penting.Sehinggaperusahaandengan masyarakat sekitarnya harus menjaga

harmonisasi agar bersinergi. Pada saat masyarakat lokal memboikot

keberadaan perusahaan ini merupakan masalah yang serius bagi

keberlanjutan usaha. Contoh kegiatan yang dapat mengakomodasi faktor ini

adalah memperkerjakan native atau penduduk lokal.

14
d. Kepemimpinan dan pemegang saham

Pemegang saham merupakan pihak yang paling memiliki kepentingan

terhadap pencapaian keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini

disebabkan mereka telah berinvestasi dan mengharapkan hasil investasi

yang paling maksimal dari saham yang mereka miliki. Contohnya: semua

informasi tentang programyang dilakukan perusahaan dapat melibatkan

pemegang saham dalam hal-hal yang bersifat non finansial.

e. Penanganan pelanggan dan produk

Pelanggan adalah raja merupakan pepatah yang benar adanya. Pada saat

pelanggan merasa puas dengan produk yang dihasilkan maka mereka

akanrepeat order. Hal ini yang membuatbisnis dapat terus berrgulir dan

keuntungan dapat dinikmati. Pada saat hal-hal yang mendetail mengenai

pelanggan diabaikan mereka akan melakukan brand switching. Hal ini yang

akan membuat perusahaan mengalami kerugian. Contoh: menanggapi

keluhan pelanggan dengan menyediakan customer service yang mudah

diakses.

f. Pemasok (supplier)

Pemasok merupakan pihak yang menguasai jaringan distribusi.

Hubungan yang baik dengan pemasok menguntungkan perusahaan. Karena

pemasok telah mengetahui keinginan perusahaan dan memenuhinya.

Contohnya: komunikasi dengan pemasok.

15
g. Komunikasi dan laporan

Keterbukaan terhadap komunikasi dan pelaporan yang tercermin

melalui sistem informasi akan membantu dalam pengambilan keputusan.

Diperlukan keterbukaan informasi material dan relevan bagi stakeholder.

Contohnya: mencantumkan pengungkapan kontribusi sosial ke dalam

laporan tahunan.

1.5 Operasionalisasi Konsep

Konsep yang digunakan untuk menjelaskan media branding

perusahaan MNC Jepang di Indonesia yaitu PT. Ajinomoto adalah dimensi

dari state branding yaitu ekspor, pemerintah, budaya, masyarakat,

pariwisata, investasi dan imigrasi.

Dimensi ekspor digunakan untuk menjelaskan sejauh mana produk

Ajinomoto disukai atau tidak disukai oleh msyarakat Indonesia. Dimensi

pemerintah digunakan untuk menjelaskan bagaimana PT. Ajinomto di

Indonesia dalam menghadapi permasalahan hukum maupun politik di

Indonesia. Dimensi budaya digunakan untuk mengukur bagaimana peran

ajinomoto dalam memperkenalkan budaya kerja serta budaya negara Jepang

di Indonesia. Dimensi masyarakat menjelaskan bagaimana PT. Ajinomoto di

Indonesia berinteraksi dengan para karyawannya maupun terhadap

masyarakat sekitar. Dimensi pariwisata menjelaskan bagaimana PT.

Ajinomto memberi daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan kunjungan

ke Jepang. Dimensi investasi dan imigrasi menjelaskan bagaimana peran

16
PT. Ajinomoto agar masyarakat di Indonesia dapat belajar atau mendapat

kesempatan kuliah di Jepang.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah deskriptif, di

mana penulis berusaha menerangkan peran Ajinomoto sebagai media

branding bagi Jepang.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yakni

melalui studi kepustakaan, di mana data-data yang diperoleh berasal dari

buku, jurnal, artikel ilmiah dan juga Internet. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara mencari dan mengambil data dari berbagai sumber dan

dikumpulkan lalu dipilih data yang dianggap masuk dan mampu membantu

penulis menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian sangatlah penting untuk digunakan untuk

mendapatkan hasil penelitian yang efektif dan efisien.

1.7.1 Batasan Materi

Batasan materi sangat diperlukan untuk memberi batasan agar

penelitian yang dilakukan tidak meluas dan dapat mempersempit fokus

penelitian yang ada.Batasan materi dari penelitian ini difokuskan dalam

17
membahas bagaimana peran dan dampak Ajinomoto sebagai media

branding di Indonesia terhadap Negara asalnya yaitu Jepang.

1.7.2 Batasan Waktu

Batasan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 tahun

yaitu antara tahun 20102015, dengan alasan bahwa selama rentang waktu

tersebut penulis dapat memperoleh data yang menjelaskan bagaimana

Ajinomoto sebagai media branding di Indonesia terhadap Negara asalnya

yaitu Jepang.

1.8 Argumen Pokok

Perusahan MNC Ajinomoto Mojokerto adalah market dalam pilar

kekuasaan. Sebagai salah satu MNC yang telah lama beroperasi di

Indonesia, Ajinomoto tentunya menjadi media branding bagi Jepang di

Indonesia. Media branding perusahaan Ajinomto di Indonesia dapat dilihatr

atau diukur melalui dimensi-dimensi state branding yang meliputi dimensi

ekspor, pemerintah, budaya, masyarakat, pariwisata, investasi dan imigrasi

1.9 Sistematika Penulisan


Skripsi ini dibagi menjadi lima judul bab dengan masing-masing subbab

untuk menjelaskan fenomena yang sedang dikaji, adapun susunan atau sistematika

penulisan dari kelima judul bab beserta subbab dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Penelitian Terdahulu
1.5. Kerangka Teori atau Konsep
1.6. Operasionalisasi Konsep

18
1.7. Metode Penelitian
1.7.1. Tipe Penelitian
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data
1.8. Ruang Lingkup Penelitian
1.8.1. Batasan Materi
1.8.2. Batasan Waktu
1.9. Argumen Pokok

1.10. Sistematika Penulisan

2. Bab II Profil PT. Ajinomoto di Mojokerto


2.1. Sejarah Perusahaan
2.2. Lahirnya Ajinomoto
2.3. Strategi Pemasaran Ajinomoto
2.4. Gambaran Pendapatan Omset PT. Ajinomoto
2.5. Tenaga Kerja Perusahaan Ajinomoto
2.6. Lokasi PT. Ajinomoto Mojokerto
2.7. Bentuk Usaha PT. Ajinomoto

2.8. Produk PT. Ajinomoto

3. Bab III Hubungan Ajinomoto Mojokerto dengan


Pemerintah dan Masyarakat
3.1. Gambaran Hubungan Antara PT. Ajinomoto Mojokerto dengan
Pemerintah Daerah
3.2. Gambaran Hubungan PT. Ajinomoto Mojokerto dengan

Masyarakat

4. Bab IV Dimensi State Branding Ajinomoto di Mojokerto

4.1. Tujuan Politik Perusahaan Multinasional Ajinomoto


4.2. Persepsi Mengenai Pemerintah Jepang
4.3. Persepsi Mengenai Ekspor MNC Ajinomoto
4.4. Persepsi Mengenai Budaya Jepang
4.5. Persepsi Mengenai Masyarakat Jepang
4.6. Persepsi Mengenai Pariwisata Jepang

4.7. Persepsi Mengenai Investasi dan Imigrasi ke Jepang

5. BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan

19
5.2. Saran

20

Anda mungkin juga menyukai