Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai
salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Diare adalah
gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir.1
Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi terbesar penderita diare pada balita
adalah kelompok umur 6 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17
bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%. Hal ini merupakan
masalah kesehatan yang perlu diperhatikan terutama diare yang umumnya diderita oleh
bayi dan balita dapat menjadi penyumbang kematian terbesar. Faktor hygiene dan sanitasi
lingkungan, kesadaran orang tua untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta
pemberian ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka kesakitan diare
pada bayi.2
Menurut Riskesdas, Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita
adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita di Indonesia
adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%),
Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%) (tabel
3.4.5). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan
(7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%).3
Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar
biasa. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB)
tahun 2010, diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD,
Chikungunya, Keracunan makanan, Difteri dan Campak. Keadaan ini tidak berbeda jauh
dengan tahun 2009, menurut data STP KLB 2009 , KLB diare penyakit ke 7 terbanyak
yang menimbulkan KLB.4
Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama 14
hari. Secara klinis penyebab diare terbagi menjadi enam kelompok, yaitu infeksi,
malabsorbsi, alergi, keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab lainnya, seperti
gangguan fungsional dan malnutrisi.1
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian karena diare antara lain, melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai
standar, baik di sarana kesehatan maupun di rumah tangga, melaksanakan surveilans
epidemiologi & Penanggulan Kejadian Luar Biasa, mengembangkan Pedoman
Pengendalian Penyakit Diare, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam
pengelolaan program yang meliputi aspek manejerial dan teknis medis, mengembangkan
jejaring lintas sektor dan lintas program, pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan
pengendalian penyakit diare, dan melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan
selanjutnya. Adapun strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah
adalah: (1) Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan
melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare), (2) Meningkatkan tata laksana
penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar, (3) Meningkatkan SKD dan
penanggulangan KLB diare, (4) Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif,
(5) Melaksanakan monitoring dan evaluasi.4
Kasus diare sangat banyak dijumpai di pelayanan kesehatan, salah satunya
Puskesmas. Dalam hal ini, Puskesmas memiliki peran dan fungsi yang bersifat promotif,
preventif, dan kuratif, sebagai pusat pelayanan kesehatan dan mempunyai peran sebagai
pusat pembangunan kesehatan masyarakat. Dari 6 kegiatan pokok secara terpadu,
penyakit diare termasuk dalam program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Oleh
karena itu secara operasional, Puskesmas berarti harus ada upaya yang berkelanjutan,
menyeluruh, terpadu, sistematis dan objektif yang bertujuan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.5

1 Perumusan Masalah
1 Apa saja alternatif pemecahan masalah dalam menangani rendahnya cakupan
penanganan diare?
2 Bagaimana prioritas pemecahan masalah rendahnya cakupan penanganan
diare pada?
3 Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan rendahnya
cakupan penanganan diare?

Tujuan Penulisan
1 Tujuan Umum
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk meningkatkan cakupan penanganan
diare pada balita pasien di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang.
2 Tujuan Khusus
a Mengetahui hasil pencapaian program penanganan diare di Puskesmas
Kelurahan Jati Padang pada bulan Juni-Agustus 2016.
b Menentukan alternatif pemecahan masalah dan solusi dari program
penanganan diare di Puskesmas Kelurahan Jati Padang.
c Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan cakupan dari program
penaganan diare di Puskesmas Kelurahan Jati Padang masih rendah.
d Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di Puskesmas
Kelurahan Jati Padang.

2 Manfaat Kegiatan
1 Bagi Mahasiswa
a Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
b Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan didalam program puskesmas.
2 Bagi Puskesmas
a Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum
maksimal.
b Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
c Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap
masalah tersebut.
3 Bagi Masyarakat
Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan cakupan penanganan
penyakit diare dengan meningkatkan upaya penanganan diare di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jati Padang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta : 2010.

2. Hermawan L, Hendro L, Loho T, Kuswenda D, Putri A, Yussianto A, et al. 2010. Pedoman


Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Ibu p. 10-8.
3.Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan: Jakarta.

4.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Situasi Diare di Indonesia, dalam:


Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Jakarta: 2010.

5.Puskesmas. Universitas Sumatera Utara. Available at:


http://respiratory.usu.ac.id/bitstream/123456789/31773/4/Chapter%20II.pdf. Accesed on 18th
June, 2015.

Anda mungkin juga menyukai