Skabies (STASE KULKEL)
Skabies (STASE KULKEL)
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007)
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005)
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997)
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini.
Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau atau saling berganti
pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak
fisik yang lama dengan pasien scabies dapat pula terinfeksi.
1.2 Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat ,ada dugaan bahwa setiap
siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies .Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang
dewasa muda ,tetapi dapat juga mengenai semua umur ,insidensi semua pada pria dan wanita.
Insidensi skabies pada negara berkembang menunjukkan siklus fluktasi yang sampai saat ini
belum dapat di jlaskan , interval dari akhir suatu epidemik pada permulaan epidemik
berikutnya kurang lebih 10-15 tahun,Beberapa faktor yang dapat mempengaruh
penyebarannya adalah kemiskinan,hygiene yang jelek,seksual promiskuitas,diagnosis yang
salah,demogarfi ,ekologi dan derajat sensitasi individual,insidensi di indonesia masih cukup
tinggi ,terendah di sulawesi utara ,dan tertinggi di jawa barat.
1.3 Etiologi
1 | Page
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Kutu betina yang dewasa
akan membuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan berada disana selama sisa
hidupnya. Dengan rahang dan pinggir dan tajam perluas dari persendian kaki depannya, kutu
tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari
sampai selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam waktu 3
hingga 4 hari dan berlanjut hingga stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa
dalam tempo sekitar 10 hari.
Cara penularan (transmisi) penyakit penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan
tidak langsung :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan sekseual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
2 | Page
dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.
1.4 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau
3 | Page
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
4 | Page
sela-sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.
B. Pemeriksaan Fisik
Menurut Harahap (2000), dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa:
1. Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk benang.
2. Papula, urtikaria, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder yang
disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.
3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impegtinasi dan furunkulosis.
Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perutbagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tngan dan kaki bahkan diseluruh permukaan kulit, sedangkan pada
remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah (Siregar, 2005).
Sifat-sifat lesi berupa papula dan vesikel milier sampai lentikuler disertai ekskoriasi. Bila
terjadi infeksi sekunder tampak pustule lentiuler. Lesi yang khas adalah terowongan
(kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1
cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur
Sarcoptes scabiei (Siregar, 2005).
C. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tabri (2005), diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada
pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Kerokan kulit.
Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih utuh, kemudian
dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan,
lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas penutup, dan diperiksa di bawah
mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa, atau skibala.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak atau pasien yang
tidak kooperatif
5 | Page
lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan scalpel no.16 yang dilakukan sejajar
dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superficial sehingga tidak terjadi
perdarahan dan tidak memerlukan anestesi. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek,
lalu ditetesi minyak mineral dan periksa di bawah mikroskop.
4. Tes tinta Burrow.
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol. Jejak
terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-belok karena adanya tinta
yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak dan pasien
nonkooperatif.
5. Kuretasi terowongan.
Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu kerokan
diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak mineral. Cara ini dilakukan pada bayi,
anak-anak dan pasien nonkooperatif.
a) Prurigo
Diagnosis banding berupa prurigo hampir menimbulkan gejala yang sama dengan
skabies. Namun biasanya pada prurigo ditemukan papel-papel yang gatal, predileksi pada
6 | Page
bagian ekstensor ekstremitas. Hal ini berbeda dengan predileksi dari skabies yang
cenderung mengenai bagian tubuh yang memiliki stratum korneum kulit yang tipis,
seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, dll.
b) Gigitan serangga
Diagnosis banding gigitan serangga biasanya gejalanya jelas timbul sesudah ada
gigitan. Efloresensinya urtikaria papuler yang hampir sama dengan skabies.
c) Folikulitis
Perbedaannya dengan skabies adalah bahwa pada folikulitis biasanya disertai nyeri
berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritema.
1.9 Penatalaksanaan
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
Edukasi pada pasien tentang penyakit pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh parasite
dimana penyakit ini berhubungan dengan higienitas yang rendah perlu juga diterangkan
penyakit ini dapat menular. Edukasi dapat diberikan berupa:
- Hindari penggarukan dan pengelupasan lesi agar tidak timbul infeksi sekunder
7 | Page
- Menghindari pemakaian handuk bersama
- Bila terdapat anggota keluarga atau teman sekamar yang mengalami hal yang sama
anjurkan untuk berobat kedokter.
Terapi Khusus :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep
atau krim.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M.
Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh
kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.
Keuntungannya: harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan di
negara yang membutuhkan terapi massal.Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini
akan membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat
germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak,
wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian
dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%)
Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan
sintesis balsam peru.
Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.
Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan
pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik
bisa diterima.
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan
skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara
berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari
2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies.
8 | Page
Cara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane diserap masuk
ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian
tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang
menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan
diekskresikan melalui urin dan feses.
Cara Pemakaian: Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan
tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari
leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah
pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk
memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan
sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam
sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak
menggunakan konsentrasi lain selain 1%.
Efek Samping: Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang,
dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis
toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah,
gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan
pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat
mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik,
trombositopenia, dan pancytopenia.
4. Krotamiton 10%
Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion. Tingkat
keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.
Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama
lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2
malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.
Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.Beberapa
ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki efektivitas yang tinggi
terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik
dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil.
9 | Page
Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara mengganggu
polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini
merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap
mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam
penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di
kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan
sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat
ini.
Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama
8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan
pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang
berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui. Wanita hamil dapat
diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam.
Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun mungkin
hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan terekskoriasi.
1.10 Komplikasi
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
a. Dermatitis akibat garukan
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbul
komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
1.11 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi, antarala lain hygene serta semua yang berkontak erat
dengan pasiean harus dioabati, maka penyakitt inidapat diberantas dan prognosis baik.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
10 | P a g e
Nama : Tn. A
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Bukittinggi
Suku : Minang
Agama : Islam
2.2 Anamnesa
Seorang pasien laki-laki berusia 20 tahun dating ke poliklinik kulit dan kelamin RS
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 10 November 2015.
Keluhan Utama:
Bintik merah, gatal di sela jari tangan, perut dan bokong sejak 2 minggu yang lalu.
- Bintik merah ,gatal di sela jari tangan, perut dan bkong sejak 2 minggu yang lalu
- Awalnya bintik merah diperut saja kemudian menyebar ke lenga, tangan, sela jari,
perut, paha, bokong, , genitalia dalam 2 minggu ini
- Pasien seorang pelajar, teman pasien sering tidur di kamarnya, tidak ada riwayat
meminjamkan baju atau pakaian, teman pasien menderita penyakit yang sama, belum
pernah di obati. Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan
11 | P a g e
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata:
Status Dermatologikus:
- Distribusi : Difus
12 | P a g e
Gambar 2 : scabies pada pergelangan tangan
13 | P a g e
2.4 Pemeriksaan Anjuran
Diagnosa :
- Scabies
Diagnosa Banding :
- Prurigor
- Dermatitits Atopi
- Pedikulosis Korporis
- Folikulitis
Penatalaksanaan:
Umum :
Edukasi pada pasien tentang penyakit pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh parasite
dimana penyakit ini berhubungan dengan higienitas yang rendah perlu juga diterangkan
penyakit ini dapat menular. Edukasi dapat diberikan berupa:
- Hindari penggarukan dan pengelupasan lesi agar tidak timbul infeksi sekunder
- Bila terdapat anggota keluarga atau teman sekamar yang mengalami hal yang sama
anjurkan untuk berobat kedokter.
Khusus :
- Topikal :
Permetrin 5% (krim dioleskan seluruh tubuh kecuali kepala pada malam hari
dan dibiarkan selama 8-10 jam, pemberian hanya 1 kali. Dapat diulang 1
minggu kemudian.
14 | P a g e
- Sistemik
CTM 4 mg 1x1
2.5 Prognosis
15 | P a g e
RESUME
Awalnya bintik merah diperut saja kemudian menyebar ke lenga, tangan, sela
jari, perut, paha, bokong, , genitalia dalam 2 minggu ini. Gatal yang dirasakan pasien
terutama pada malam hari. Pasien seorang pelajar, teman pasien sering tidur di
kamarnya, tidak ada riwayat meminjamkan baju atau pakaian, teman pasien menderita
penyakit yang sama, belum pernah di obati.
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
ada riwayat alergi obat dan makanan. Ayah pasien menderita penyakit yang sama.
o Hindari penggarukan dan pengelupasan lesi agar tidak timbul infeksi sekunder
16 | P a g e
o Bila terdapat anggota keluarga atau teman sekamar yang mengalami hal yang
sama anjurkan untuk berobat kedokter.
o Topikal :
o Sistemik
Loratadin 1 mg 1x1
CTM 4 mg 1x1
Prognosis :
17 | P a g e
RSUD Achmad Mochtar
Ruangan/Poliklinik: Kulit dan Kelamin
Dokter : dr. M
SIP No: 148/sip/2015
Sue
_________________________________
S2dd tab 1
Pro : tn A
Umur: 20 th
18 | P a g e