Anda di halaman 1dari 18

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007)
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005)
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997)
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini.
Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau atau saling berganti
pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak
fisik yang lama dengan pasien scabies dapat pula terinfeksi.

1.2 Epidemiologi

Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat ,ada dugaan bahwa setiap
siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies .Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang
dewasa muda ,tetapi dapat juga mengenai semua umur ,insidensi semua pada pria dan wanita.

Insidensi skabies pada negara berkembang menunjukkan siklus fluktasi yang sampai saat ini
belum dapat di jlaskan , interval dari akhir suatu epidemik pada permulaan epidemik
berikutnya kurang lebih 10-15 tahun,Beberapa faktor yang dapat mempengaruh
penyebarannya adalah kemiskinan,hygiene yang jelek,seksual promiskuitas,diagnosis yang
salah,demogarfi ,ekologi dan derajat sensitasi individual,insidensi di indonesia masih cukup
tinggi ,terendah di sulawesi utara ,dan tertinggi di jawa barat.

1.3 Etiologi

1 | Page
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Kutu betina yang dewasa
akan membuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan berada disana selama sisa
hidupnya. Dengan rahang dan pinggir dan tajam perluas dari persendian kaki depannya, kutu
tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari
sampai selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam waktu 3
hingga 4 hari dan berlanjut hingga stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa
dalam tempo sekitar 10 hari.

Cara penularan (transmisi) penyakit penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan
tidak langsung :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan sekseual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

Sarcoptes scabiei termasuk filum arthopoda kelas arachnida,ordo ackarina,superfamili


sarcoptes, pada manusia disebut sarcoptes scabiei var homini, sedangkan varietas pada
mamalia lain dapat menginvestasi manusia tetapi tidak hidup lama.
Secara marfologik merupakan tungau kecil,berbentuk oval,punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata,tunggau ini transient,berwarna putih kotor dan tidak bermata tungau
betina panjangnya 300-450 mikron,sedangkan tungau jantan lebih kecil kurang lebih
setengahnya yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang
kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.
Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit
untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm 5 mm per hari.
Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum
granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu
kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.
Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit
untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel
rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi
bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa
sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau
betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup
dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14 hari.
Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang

2 | Page
dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

1.4 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau

1.5 Manifestasi Klinis


Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada kulit yang
umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. Gejala lain adalah
munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan
terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair (vesikel)
pada kulit.

Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2005) :


a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena,
walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat
sebagai pembawa (carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya

3 | Page
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

1.6 Dasar Penegakkan Diagnosis Penyakit Skabies


A. Anamnesis
Menurut Rahariyani (2007), beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara
lain:
1. Biodata
Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit scabies bisa menyerang semua kelompok
umur, baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini, tempat, paling sering di
lingkungan yang kebersihannya kurang dan padat penduduknya seperti asrama dan penjara.
2. Keluhan Utama
Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya penderita mengeluh gatal terutama malam hari dan timbul lesi berbentuk pustule
pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, areola mammae, bokong, atau perut bagian
bawah. Untuk menghilangkan gatal, biasanya penderita menggaruk lesi tersebut sehingga
ditemukan adanya lesi tambahan akibat garukan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan scabies kecuali kontak langsung atau tidak
langsung dengan penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain, tetangga atau juga teman
yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang sama.
6. Psikososial
Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi yang berbentuk
pustul. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang terkena lesi pada saat
interaksi sosial.
7. Pola kehidupan sehari-hari
Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau kurang (kebiasaan mandi,
cuci tangan dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat anamnesis, perlu ditanya secara jelas
tentang pola kebersihan diri penderita maupun keluarga. Dengan adanya rasa gatal dimalam
hari, tidur penderita sering kali terganggu. Lesi dan bau yang ridak sedap, yang tercium dari

4 | Page
sela-sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.

B. Pemeriksaan Fisik
Menurut Harahap (2000), dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa:
1. Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk benang.
2. Papula, urtikaria, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder yang
disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.
3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impegtinasi dan furunkulosis.

Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perutbagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tngan dan kaki bahkan diseluruh permukaan kulit, sedangkan pada
remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah (Siregar, 2005).
Sifat-sifat lesi berupa papula dan vesikel milier sampai lentikuler disertai ekskoriasi. Bila
terjadi infeksi sekunder tampak pustule lentiuler. Lesi yang khas adalah terowongan
(kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1
cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur
Sarcoptes scabiei (Siregar, 2005).

C. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tabri (2005), diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada
pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Kerokan kulit.
Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih utuh, kemudian
dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan,
lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas penutup, dan diperiksa di bawah
mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa, atau skibala.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak atau pasien yang
tidak kooperatif

2. Mengambil tungau dengan jarum.


Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu digerakkan secara
tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
3. Epidermal shave biopsi.
Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu jari dan jari telunjuk,

5 | Page
lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan scalpel no.16 yang dilakukan sejajar
dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superficial sehingga tidak terjadi
perdarahan dan tidak memerlukan anestesi. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek,
lalu ditetesi minyak mineral dan periksa di bawah mikroskop.
4. Tes tinta Burrow.
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol. Jejak
terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-belok karena adanya tinta
yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak dan pasien
nonkooperatif.
5. Kuretasi terowongan.
Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu kerokan
diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak mineral. Cara ini dilakukan pada bayi,
anak-anak dan pasien nonkooperatif.

1.7 Upaya Pencegahan

Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak


langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi
pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik. Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk
dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan
dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan
kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (Orkin, 2005)

1.8 Diagnosis Banding Skabies

a) Prurigo

Diagnosis banding berupa prurigo hampir menimbulkan gejala yang sama dengan
skabies. Namun biasanya pada prurigo ditemukan papel-papel yang gatal, predileksi pada

6 | Page
bagian ekstensor ekstremitas. Hal ini berbeda dengan predileksi dari skabies yang
cenderung mengenai bagian tubuh yang memiliki stratum korneum kulit yang tipis,
seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, dll.

b) Gigitan serangga

Diagnosis banding gigitan serangga biasanya gejalanya jelas timbul sesudah ada
gigitan. Efloresensinya urtikaria papuler yang hampir sama dengan skabies.

c) Folikulitis

Perbedaannya dengan skabies adalah bahwa pada folikulitis biasanya disertai nyeri
berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritema.

1.9 Penatalaksanaan

Syarat obat ideal adalah :

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau

2. Haru tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

4. Mudah diperoleh dan harga murah

Cara pengobatan ialah seluruh anggota keluarga harus diobati

Terapi Umum : Edukasi

Edukasi pada pasien tentang penyakit pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh parasite
dimana penyakit ini berhubungan dengan higienitas yang rendah perlu juga diterangkan
penyakit ini dapat menular. Edukasi dapat diberikan berupa:

- Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan

- Hindari penggarukan dan pengelupasan lesi agar tidak timbul infeksi sekunder

- Menghindari orang-orang yang terkena

- Mencuci/menjemur alat-alat tidur

7 | Page
- Menghindari pemakaian handuk bersama

- Bila terdapat anggota keluarga atau teman sekamar yang mengalami hal yang sama
anjurkan untuk berobat kedokter.

Terapi Khusus :

1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep
atau krim.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M.
Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh
kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.
Keuntungannya: harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan di
negara yang membutuhkan terapi massal.Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini
akan membentuk hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat
germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak,
wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian
dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%)
Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan
sintesis balsam peru.
Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.
Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan
pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik
bisa diterima.
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan
skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara
berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari
2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; Lindane)

8 | Page
Cara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane diserap masuk
ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian
tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang
menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan
diekskresikan melalui urin dan feses.
Cara Pemakaian: Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan
tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari
leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah
pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk
memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan
sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam
sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak
menggunakan konsentrasi lain selain 1%.
Efek Samping: Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang,
dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis
toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah,
gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan
pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat
mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik,
trombositopenia, dan pancytopenia.

4. Krotamiton 10%
Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion. Tingkat
keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.
Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama
lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2
malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.
Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.Beberapa
ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki efektivitas yang tinggi
terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik
dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil.

5. Permetrin dengan kadar 5%

9 | Page
Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara mengganggu
polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini
merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap
mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam
penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di
kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan
sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat
ini.
Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama
8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan
pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang
berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui. Wanita hamil dapat
diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam.
Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun mungkin
hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan terekskoriasi.

1.10 Komplikasi

Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
a. Dermatitis akibat garukan
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbul
komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.

1.11 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi, antarala lain hygene serta semua yang berkontak erat
dengan pasiean harus dioabati, maka penyakitt inidapat diberantas dan prognosis baik.

BAB II

ILUSTRASI KASUS

2.1 Identifikasi Pasien

10 | P a g e
Nama : Tn. A

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Bukittinggi

Suku : Minang

Agama : Islam

Status : Belum kawin

2.2 Anamnesa

Seorang pasien laki-laki berusia 20 tahun dating ke poliklinik kulit dan kelamin RS
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 10 November 2015.

Keluhan Utama:

Bintik merah, gatal di sela jari tangan, perut dan bokong sejak 2 minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

- Bintik merah ,gatal di sela jari tangan, perut dan bkong sejak 2 minggu yang lalu

- Awalnya bintik merah diperut saja kemudian menyebar ke lenga, tangan, sela jari,
perut, paha, bokong, , genitalia dalam 2 minggu ini

- Pasien seorang pelajar, teman pasien sering tidur di kamarnya, tidak ada riwayat
meminjamkan baju atau pakaian, teman pasien menderita penyakit yang sama, belum
pernah di obati. Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan

- Gatal yang dirasakan pasien terutama pada malam hari.

Riwayat Penyakit Dahulu:

- Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumya.

Riwayat Penyakit Keluarga:

- Ayah pasien menderita penyakit yang sama.

11 | P a g e
2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata:

- Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

- Kesadaran : Composmentis Cooperatif

- Status Gizi : Baik

- Pemeriksaan thorax : Diharapkan dalam batas normal

- Pemeriksaan abdomen : Diharapkan dalam batas normal

Status Dermatologikus:

- Lokasi : Sela jari, lengan, tangan, dan perut

- Distribusi : Difus

- Bentuk/susunan: Tidak khas

- Ukuran : Miliar Retikuler

- Effloresensi : Papul eritema, pustule, skuama

Gambar 1 : scabies di sela jari tangan

12 | P a g e
Gambar 2 : scabies pada pergelangan tangan

Gambar 3 : scabies di bagian perut

Status Venereologikus : tidak terdapat kelainan

Kelainan Selaput Lendir : tidak terdapat kelainan

Kelainan Kuku : tidak terdapat kelainan

Kelainan Rambut : tidak terdapat kelainan

Kelainan Kelenjar Limfe : tidak terdapat kelainan

13 | P a g e
2.4 Pemeriksaan Anjuran

- Mencari Sarcoptes Scabeie dewasa, larva, telur di dalam terowongan (kanalikuli)


melalui kerokan kulit kemudian mengambil tungau dengan menggunakan jarum.

Diagnosa :

- Scabies

Diagnosa Banding :

- Prurigor

- Dermatitits Atopi

- Pedikulosis Korporis

- Folikulitis

Penatalaksanaan:

Umum :

Edukasi pada pasien tentang penyakit pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh parasite
dimana penyakit ini berhubungan dengan higienitas yang rendah perlu juga diterangkan
penyakit ini dapat menular. Edukasi dapat diberikan berupa:

- Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan

- Hindari penggarukan dan pengelupasan lesi agar tidak timbul infeksi sekunder

- Menghindari orang-orang yang terkena

- Mencuci/menjemur alat-alat tidur

- Menghindari pemakaian handuk bersama

- Bila terdapat anggota keluarga atau teman sekamar yang mengalami hal yang sama
anjurkan untuk berobat kedokter.

Khusus :

- Topikal :

Permetrin 5% (krim dioleskan seluruh tubuh kecuali kepala pada malam hari
dan dibiarkan selama 8-10 jam, pemberian hanya 1 kali. Dapat diulang 1
minggu kemudian.

14 | P a g e
- Sistemik

Metilprednisolon tab 4 mg 2x1

CTM 4 mg 1x1

2.5 Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanationam : Bonam

Quo ad kosmetikum : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

15 | P a g e
RESUME

Seorang pasien laki-laki berusia 20 tahun datang ke poliklinik kulit dan


kelamin RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi diantar ibunya pada tanggal 10
November 2015 pukul 10.00 WIB dengan keluhan Bintik merah ,gatal di sela jari
tangan, perut dan bkong sejak 2 minggu yang lalu.

Awalnya bintik merah diperut saja kemudian menyebar ke lenga, tangan, sela
jari, perut, paha, bokong, , genitalia dalam 2 minggu ini. Gatal yang dirasakan pasien
terutama pada malam hari. Pasien seorang pelajar, teman pasien sering tidur di
kamarnya, tidak ada riwayat meminjamkan baju atau pakaian, teman pasien menderita
penyakit yang sama, belum pernah di obati.

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
ada riwayat alergi obat dan makanan. Ayah pasien menderita penyakit yang sama.

Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pasien didiagnosa menderita scabies. Untuk


menunjang diagnosa, disarankan untuk dilakukan usaha-usaha menemukan Sarcoptes
Scabeie dewasa, larva, telur di dalam terowongan (kanalikuli) melalui kerokan kulit
kemudian mengambil tungau dengan menggunakan jarum.

Pasien disarankan untuk :

o Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan

o Hindari penggarukan dan pengelupasan lesi agar tidak timbul infeksi sekunder

o Menghindari orang-orang yang terkena

o Mencuci/menjemur alat-alat tidur

o Menghindari pemakaian handuk bersama

16 | P a g e
o Bila terdapat anggota keluarga atau teman sekamar yang mengalami hal yang
sama anjurkan untuk berobat kedokter.

Dan terapi khusus :

o Topikal :

Permetrin 5% (krim dioleskan seluruh tubuh kecuali kepala pada


malam hari dan dibiarkan selama 8-10 jam, pemberian hanya 1 kali.
Dapat diulang 1 minggu kemudian.

o Sistemik

Metilprednisolon tab 4 mg 2x1

Loratadin 1 mg 1x1

CTM 4 mg 1x1

Prognosis :

o Quo ad vitam : Bonam

o Quo ad sanationam : Bonam

o Quo ad kosmetikum : Bonam

o Quo ad functionam : Bonam

17 | P a g e
RSUD Achmad Mochtar
Ruangan/Poliklinik: Kulit dan Kelamin
Dokter : dr. M
SIP No: 148/sip/2015

Tanggal: 10 November 2015

R/ permetrin 5% tube No 1 RESEP

Sue
_________________________________

R/ CTM tab 4 mg No XIV

S1dd tab 1 (malam)


_________________________________

R/ Metilprednisolon tab 4 mg No XVI

S2dd tab 1

Pro : tn A
Umur: 20 th

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai