Anda di halaman 1dari 8

Tiga Tahun Lalu

Oleh: Dwi Azizah Saffanah

Musik yang kencang menghantamku pada saat itu. Aku ingat

itu. Aku tidak mengingat apapun pada malam itu, namun aku ingat

pukulan bass dan drum yang beradu di telingaku. Akupun ingat

mata biru itu. Aku ingat saat mata itu menusuk mata ini. Sangat

tajam, lebih tajam dari pisau yang sudah di asah seribu kali. Aku

ingat mata itu mengajak ku pergi. Mata biru itu. Ya... sangat biru

itu sakit. Aku tak peduli apa yang akan ibu katakan kepadaku. Aku

tidak peduli apa yang akan terjadi esok hari. Aku tidak peduli akibat

perlakuan ku. Ya, aku ingat itu. Itu tiga tahun yang lalu. Semenjak

itu aku selalu sakit. Aku berfikir apakah itu karena semua alkohol

yang aku konsumsi? Tiga tahun lalu aku tinggal di rumah ibuku,

bersama ibuku. Tiga tahun lalu, ibu mencintaiku. Tiga tahun lalu,

aku dimanjanya. Tiga tahun lalu aku hanyalah anak yang menurut

dan bermasalah. Tiga tahun lalu, aku membuat kesalahan yang

sangat besar. Singkat cerita pendek ku, aku di usir dari rumah dan

tinggal di jalan di London untuk tidak melakukan apa-apa namun

bertahan. Entah bagaimana aku menjalaninya tiga tahun. Itulah


ceritaku bagaimana aku menjadi seorang gembel dengan anak

berusia dua tahun.

Aku rasakan pembekuan ubun-ubun di kepalaku, menembus

masuk melewati tulang tengkorakku. Dengan baju compang-

campingku, dingin bangku besi taman terasa di bawah kulitku.

Kepalaku berdenyut kencang dan aku rasakan pusing yang luar

biasa. Mungkin ini semua karena angin malam tadi.

Pekerjaan sebelumku memecatku karena kecerobohanku dan

mungkin karena penampilanku yang membuat semua orang merasa

jijik. Namun, aku tidak peduli. Semua yang aku pedulikan adalah

anakku dan memastikan dia baik-baik saja dan cukup makan. Ya,

setidaknya cukup. Apa yang bisa aku perbuat? Aku hanyalah

seorang pecundang yang tinggal di jalan dengan satu anak dan

tidak punya pekerjaan. Tapi biasanya, Gordon, anakku bisa bertahan

karena aku selalu menitipkannya di tempat penampungan ibu dan

anak. Aku tidak tahu apa nama tempatnya, namun aku

memanggilnya itu karena itu adalah itu.

Setiap pagi aku menjemput Gordon dari tempat penampungan

itu. Aku membiarkan Gordon bermain di taman dimana biasannya


aku mengamen. Ya, aku mengamen karena pada saat di sekolah

dulu, aku sempat mengikuti kegiatan di luar sekolah tentang musik

dan teater. Dengan gitarku ini, aku bisa mencari uang untuk anakku

makan.

Selagi Gordon bemain di taman, aku berkeliling kota London

yang besar ini untuk mencari kerja. Ini bukanlah sesuatu yang baru

karena memang setiap hari aku tinggalkan dia di taman untuk

bermain selagi aku berkeliling kota untuk mencari pekerjaan. Saat

malam tiba, aku kembalikan Gordon ke tempat ibu dan anak itu

untuk istirahat. Saat Gordon tidur di kasur yang empuk dan hangat,

aku tidur di bangku taman yang keras dan dinginnya bisa

menembus tulang-tulang rapuh ini. Jika saja tiga tahun yang lalu

aku tidak melakukan kesalahan, aku sekarang sedang berada di

rangkulan ibuku yang hangat, ditemani oleh coklat panas di sofa

rumah ku yang empuk.

Hai, Martha. Kau terlihat cantik hari ini. Aku puji seorang

wanita penjaga penampungan. Aku kesini untuk menengok

anakku.
Oh hai Cheryl! Kau tidak terlihat buruk juga. Dia memujiku

balik dengan senyum khasnya. Siapa nama anakmu?

Gordon James Stone Aku beritahu dengan senyum memoles

wajahku. Apakah dia baik-baik saja? Aku bertanya pada Martha

karena saat dia mendengar nama anakku, wajahnya berubah total.

Gordon sepertinya tidak terlalu sehat. Dia menangis

semalaman. Dia terus menyebutkan namamu, mungkin dia rindu

kepadamu. Martha menjawab.

Bolehkah kau panggikan dia? Aku bertanya dengan wajah

cemas. Martha langsng menjemput Gordon ke ruangannya. Pada

saat itu hatiku seperti di cabik-cabik seribu singa dalam sekejap.

Aku melihat anakku menangis sambil membawa boneka yang aku

berikan kepadanya saat ulangtahunnya yang ke dua.

Selamat pagi pria kuat. Bagaimana kabarmu hari ini? Aku

bertanya sambil menggendong badan mungilnya. Hari ke hari dia

kehilangan berat badannya karena dia terasa sangat ringan saat ini.

Apakah kau sudah sarapan?

Aku merindukanmu, mom. Dia memeluk leherku

dengantangan kecilnya. Aku tidak bisa makan, aku merindukanmu.


Aku tahu, sayang. Tapi kamu harus makan. Kamu terasa

sangat ringan sekarang. Aku berkata sambil menciuminya.

Aku mau makan bersama mommy. Gak mau makan kalo

mom ga makan. Dia cemberut.

Hey, dengarkan aku, manis. Aku berjanji jika aku sudah

mendapatkan pekerjaan aku akan menghabiskan waktu hidupku

untuk terus bersama mu. Aku berjanji. Aku tersenyum

Selamanya? Dia bertanya sambil menatapku dengan mata

sedihnya.

Ia sayang, selamanya. Aku berjanji.

Seharian sudah aku lalui dengan kegiatan biasaku; mengantar

Gordon ke taman, mengamen, mencari pekerjaan dan lain-lain. Aku

kembalikan Gordon ke tempat penampungan itu. Sangatlah berat

menyerahkan sesuatu yang kita cintai, sangat kita cintai kepada

orang lain walaupun itu hanya untuk semalam. Namun, dalam

keadaanku yang tidak punya apa-apa lagi selain buah hatiku yang

aku cintai, apa yang bisa aku lakukan lagi selain menjaga nya.
Gordon tidak mau melepasan genggaman eratnya karena dia

tidak ingin berpisah denganku. Aku juga sebenarnya tidak ingin

melpaskannya. Namun untuk kebaikan satu-satunya hartaku, aku

lakukan walaupun itu sakit.

Seperti biasa, Gordon tidur di tempat nyaman saat aku tidur di

luar di selimuti angin malam yang bisa menembus tubuhku ini.

Hanya baju kusam dan kotor inilah yang aku punya untuk menutupi

badanku ini.

Pagi hari ku jemput Gordon di tempat penampungan. Seperti

biasa aku bertanya keadaannya dan saat aku melihatnya secara

langsung, saya tersadar bahwa Gordon bertambah kurus karena dia

tidak mau makan tanpaku. Akupun belum makan tiga hari ini

karena aku hanya membelikan makan untuk anakku. Aku tidak

peduli betapa laparnya aku, tapi aku bertahan untuk anakku satu-

satunya. Ya, pengorbananku akan terbalas kelak.

Bulan-bulan telah berlalu. Aku belum juga mendapatkan

pekerjaan. Apa boleh buat, aku tetap mengamen untuk makan

anakku. Aku antarkan Gordon ke taman untuk bermain. Aku ingat

bahwa minggu depan adalah ulang tahun Gordon yang ke tiga. Aku

sangat panik dan sedih karena aku tidak punya uang untuk

membelikannya hadiah. Namun demi duniaku, apa yang tidak akan


aku lakukan, aku lakukan. Segeralah aku berkeliling kembali

mencari lowongan pekerjaan. Setelah lama mencari dan hinaan

yang orang-orang lontarkan kepadaku, akhirnya aku mendapatkan

pekerjaan di sebuah cafe dengan syarat aku harus mandi sebelum

bekerja. Aku diterima sebagai penghibur cafe yaitu penyanyi. Ya,

suaraku lumayan bagus untuk bernyanyi di cafe. AKHIRNYA! Aku

teriakan rasa gembiraku sekeras-kerasnya. Semua orang melihatku

namun aku tak peduli karena aku bisa menepati janjiku kepada

Gordon untuk mendapatkan pekerjaan dan menghabiskan waktu

bersamanya untuk waktu yang lama. Tidak ada lagi bangku taman

dan kesendirian, tidak ada lagi tidak sarapan karena kita akan

sarapan bersama. Senangnya.

Sore pun tiba. Matahari mulai turun untuk berganti shift

dengan bulan. Aku cepat-cepat menemui Gordon di taman.

Dengaan bahagianya dari jauh aku memanggil namanya dan

berteriak, Kita bisa hidup bahagia bersama selama-lamanya. Dia

memandangku dan berteriak memanggil namaku, ku kira dia tidak

mendengar apa yang ku ucapkan, lalu aku ulangi lagi ucapanku.

Sayang, aku mendapatkan pekerjaan. Aku akan mendapatkan

uang. Ulang tahunmu sebentar lagi dan- sebelum aku

menyelesaikan kalimat bangga dan bahagiaku, aku mendengar

bunyi klakson sangat keras yang beradu dengan teriakan Gordon.


Aku tak tahu apa kejadian setelah itu. Aku mendengar Gordon

berkata, Mom, kau tidak bisa menepati janjimu. Dan akupun tak

sadar.

Maaf Gordon, aku tidak bisa membelikanmu hadiah untuk

minggu depan di hari ulang tahunmu. Maaf sayang, aku tidak bisa

menepati janjiku untuk hidup bahagia selamanya denganmu. Maaf

kan aku Gordon, karena aku yang memulai hidupmu kacau sejak

tiga tahun lalu. Tiga tahun lalu aku membiarkanmu tinggal di dunia

yang kejam ini. Tiga tahun lalu aku membuat dosa besar yang tak

akan termaafkan. Maafkan aku Gordon, karena kejadian tiga tahun

lalu. Aku mencintaimu, selalu dan selamanya.

Anda mungkin juga menyukai