Anda di halaman 1dari 44

GAYA PEMBENTUK GEOLOGI

STRUKTUR
Gaya
a) Gaya merupakan suatu vektor yang dapat
merubah gerak dan arah pergerakan suatu
benda.
b) Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap
suatu benda (gaya gravitasi dan elektromagnetik)
atau bekerja hanya pada bagian tertentu dari
suatu benda (gaya-gaya yang bekerja di
sepanjang suatu sesar di permukaan bumi).
c) Gaya gravitasi merupakan gaya utama yang
bekerja terhadap semua obyek/ materi yang ada
di sekeliling kita.
d) Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi
adalah berbanding lurus dengan
jumlahmateriyang ada, akan tetapi magnitud
gaya di permukaan tidak tergantung pada luas
kawasan yang terlibat.
e) Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen
gaya yang bekerja dengan arah tertentu,
dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya
tersebut.
f) Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat
dibagi menjadi 2 komponen yaitu: satu tegak
lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi
searah dengan permukaan.
Tegasan

a) Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu


luasan permukaan dari suatu benda. Tegasan
juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi
yang terjadi pada batuan sebagai respon dari
gaya-gaya yang berasal dari luar.
b) Tegasan dapat didefinisikan sebagai gaya yang
bekerja pada luasan suatu permukaan benda
dibagi dengan luas permukaan benda
tersebut: Tegasan (P)= Gaya (F) / luas (A).
Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi
3 jenis, yaitu:
1. Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah
tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami peregangan atau mengencang.
2. Tegasan kompresional adalah tegasan yang
dapat mengakibatkan batuan mengalami
penekanan.
3. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat
berakibat pada tergesernya dan berpindahnya
batuan.
Gambar 1-1 Tegasan Seragam / Uniform Stress (atas); tegasan tensional (tengah kiri);
tegasan kompresional (tengah kanan); dan tegasan geser /shear stress (gambar bawah)
Deformasi
Gaya adalah suatu perkalian antara masa
dengan percepatan (F= m x a ) yang dapat
menimbulkan terjadinya perubahan-perubahan
pada gerak dan bentuk daripada bahan yang
kemudian mengakibatkan terbentuknya struktur,
yaitu terjadi perubahan-perubahan meliputi :
translations, rotations, distortions(perubahan
bentuk) dan dilatations (perubahan volume).
Rotation

Translation

Obyek

Distorti
on

Dilation

: Perubahan pembentukan benda


Ketika batuan terdeformasi maka batuan
mengalami tarikan.
Gaya tarikan akan merubah bentuk, ukuran,
atau volume dari suatu batuan.
Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan
mengalami peningkatan gaya tegasan yang
melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan.
Tahapan deformasi
1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic
Deformation) terjadi apabila sifat gaya
tariknya dapat berbalik (reversible).
2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile
Deformation) terjadi apabila sifat gaya
tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).
3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila
sifat gaya tariknya yang tidak kembali lagi
ketika batuan pecah/retak.
Strain Elastic, Plastic, Brittle
Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua)
kelas didasarkan atas sifat perilaku dari material
ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu :
1. Material yang bersifat retas (brittle material),
yaitu apabila sebagian kecil atau sebagian besar
bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat
lentur sebelum material tersebut retak/pecah .
2. Material yang bersifat lentur (ductile material)
jika sebagian kecil bersifat elastis dan sebagian
besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan /
fracture
Secara teori : kekandasan pada batuan akan
terjadi bila tegasan geser (s) telah dapat
melampaui kohesi dari bahan tersebut(s o)
ditambah dengan daya tahan pada bidang geser
Secara matematis : s = (s o + Ntan )
s = cos , N = sin , = Stress
N s = Tegasan geser total(Shear stress)
N = tegasan normal
= 45 -
s
berkisar 10 dan 50 untuk batuan, tetapi
Angle of internal friction antara 30 - 40
Contoh: = 37 Mpa, =78 , N =?,s = ?
s = 37 cos 78 = 7,7 Mpa
N = 37 sin 78 = 36 MPa
Teori terbentuknya rekahan batuan
Pada garis besarnya ada 2 gejala tegasan yaitu tarikan
dan tekanan.
Batuan akan rekah akibat tarikan yang arahnya tegak
lurus terhadap arah tegasan.
Bila suatu benda berada dalam keadaan di tekan, maka
benda itu akan dipengaruhi oleh adanya tegasan
normal dan tegasan geser.
Tegasan geser secara teoritis besarnya akan maximum
pada bidang-bidang yang membentuk sudut 45
dengan sumbu tegasan maximum dan minimum dan
berpotongan pada sumbu menengah.
Tetapi kenyataannya sudut antara dua rekahan geser
itu besarnya kurang dari 90 .
Tekanan pada batuan akan menghasilkan 3 macam
rekahan:
Batuan akan pecah melalui 2 bidang, yang saling
berpotongan disebut shear planes dimana sudut kecil
akan menghadap ke poros tegasan utama (P), sedangkan
sudut besar akan menghadap ke poros tegasan minimal (R)
sedangkan tegasan menengah (Q) akan searah dengan
perpotongan kedua bidang patahan.
Tekanan ini akan menimbulkan gaya tegangan pada bidang-
bidang tegak lurus pada arah tekanan. Akan terjadi pecah-
pecah melalui bidang-bidang parallel pada P termasuk Q,
sedangkan R akan tegak lurus padanya. Rekahan tersebut
disebut Extension fracture atau cleave fracture . Di
alam sama dengan apa yang disebut tension gashes.
Kalau tekanan P menjadi berkurang atau hilang akan terjadi
pecah-pecah melalui bidang-bidang tegak lurus pada P
dimana rekahan tersebut adalah release fractures.
Teori terjadinya rekahan
Extension fracture P
atau cleave fractu Shear plane

release fracture
Q

P
Sifat- sifat dari bahan (batuan )
didalam menghadapi gaya

Bila sutau benda padat (batuan)menghadapi


deformasi dengan tekanan yang meningkat,
maka benda atau bahan itu akan mengalami
perubahan melalui 3 fase:
A. Fase Deformasi Anyal:

Fase deformasi anyal : yaitu bila gaya


berkerja ditiadakan, maka benda itu akan
kembali pada bentuk dan volumenya
semula. Jadi dalam hal ini tidak akan terjadi
suatu keretakan yang kekal. Dalam keadaan
demikian keretakan akan sebanding dengan
tegasan
B. Fase deformasi plastis
Bila tegasan pada benda itu ditingkatkan
dan batas anyalnya daripada benda
(batuan) itu telah tercapai dan dilampaui
maka batuan akan berubah secara kekal.
C. Fase batuan patah,
Kalau tegasan pada batuan kita tingkatkan lagi,
maka akhirnya batuan akan mencapai suatu fase
dimana batuan itu akan patah, maka akan terjadi
suatu gejala patahan. Keadaan batuan dimana ia
berada antara batas anyal dan batas ia
mulai patah, benda tersebut berada dalam
keadaan Plastis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
perubahan pada batuan adalah:

1.Tekanan penambahan tekanan akan


meningkatkan atas elastisnya.

2. Suhu ; peningkatan pada suhu akan


memperlemah sifat dari batuan, pada
suhu yang tinggi batuan akan lebih mudah
mengalami perubahan.
3.Waktu:
walaupun tekanan itu lemah (kecil), tetapi
bila ia berjalan/berkerja dalam waktu yang
lama sekali pada suatu batuan, maka lama
lama batuan itu akan berubah.
Dalam geologi, gejala demikian merupakan
peranan yang penting; umpamanya
gejala lomgsor.
4. Adanya gejala pelarutan melalui pori
pori dalam batuan.

5. Inhomogenetes(ketidak seragaman ) dalam


susunan lapisan batuan (adanya perlapisan
dalam batuan)
Bagaimana suatu batuan / material akan
bereaksi tergantung pada beberapa
faktor, antara lain adalah:
1. Temperatur
Pada temperatur tinggi molekul molekul dan
ikatannya dapat meregang dan berpindah,
sehingga batuan/material akan lebih bereaksi
pada kelenturan dan pada temperatur, material
akan bersifat retas.
2. Tekanan bebas pada material yang terkena
tekanan bebas yang besar akan sifat untuk
retak menjadi berkurang dikarenakan
tekanan disekelilingnya cenderung untuk
menghalangi terbentuknya retakan.
Pada material yang tertekan yang rendah akan
menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi
retak.
3. Kecepatan tarikan Pada material yang tertarik secara
cepat cenderung akan retak. Pada material yang
tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi
setiap atom dalam material berpindah dan oleh karena
itu maka material akan berperilaku / bersifat lentur.

4. Komposisi Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine,


dan Feldspar bersifat sangat retas. Mineral lainnya,
seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat
lentur.
Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3
jenis, yaitu:
1. Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah
tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami peregangan atau mengencang.
2. Tegasan kompresional adalah tegasan yang
dapat mengakibatkan batuan mengalami
penekanan.
3. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat
berakibat pada tergesernya dan berpindahnya
batuan.
Ketika batuan terdeformasi maka batuan
mengalami tarikan. Gaya tarikan akan
merubah bentuk, ukuran, atau volume dari
suatu batuan.

Tahapan deformasi terjadi ketika suatu


batuan mengalami peningkatan gaya
tegasan yang melampaui 3 tahapan pada
deformasi batuan.
1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic
Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya
dapat berbalik (reversible).
2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile
Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya
tidak dapat kembali lagi (irreversible).
3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat
gaya tariknya yang tidak kembali lagi ketika batuan
pecah/retak.
Teori Coulomb Mohr tentang pembentukan
rekahan geser (shear failure).
Bila suatu tegasan tekanan (direct stress)
dikenakan terhadap suatu batuan, maka
rekahan-rekahan geser akan terjadi dengan
arah arah yang sejajar dengan 2 bidang
dimana tegasan gesernya (shearing stress)
bekerja paling maximum, dan pada saat
yang sama tegasan normal yang paling kecil.
Teoritis bagaimana tegasan geser dapat mencapai
maximum relatip terhadap tegasan
normal bila bidang geser itu mempunyai
kemiringan 45 terhadap tekanan terbesar
Pergeseran pada bidang ini hanya mungkin terjadi
bila tahanan dalamnya dapat dilampaui.
Ini berarti bahwa patahan tidak akan terjadi pada
bidang yang membuat sudut 45 ,
tetapi pada suatu bidang terdapat perbandingan
yang paling besar antara komponen geser (),
tahanan dalam, dan persenyawaan molekul
(kekuatan bahan).
Kalau kita perhatikan arah dari pada komponen
normal () maka komponen ini
akan berfungsi lebih meningkatkan,
baik tahanan dalam maupun kekuatan bahan,
Maka dengan demikian geseran akan lebih mudah
terjadi pada bidang-bidang yang membuat sudut
kurang dari 45 dengan 1, karena dalam hal
demikian, tegasan normal akan menjadi lebih
kecil
Secara singkat teori kekandasan ini menjelaskan :
bahwa kekandasan pada batuan akan terjadi bila
tegasan geser telah dapat melampaui kohesi dari
bahan tersebut ( o ) ditambah dengan daya tahan
pada bidang geser. Atau bila dinyatakan secara
matematis adalah :
= ( o + 1 tan ),
dimana = Tegasan geser total
Sudut yang dibuat antara dan bidang geser :
= + ( 45 - )
berkisar antara 10 dan 50 untuk batuan,
tetapi biasanya berkisar antara 30-40, dan sudut
ini disebut angle of internal friction

P Angle of internal
friction

Q
Tekanan ini akan menimbulkan gaya tegangan pada bidang-bidang
tegak lurus pada arah tekanan, yang mengakibatkan pecah-pecah
(rupture) melalui bidang-bidang parallel pada P , pecahan ini
disebut extension fracture atau juga disebut cleavage fracture .
Di alam dapat disamakan dengan apa yang disebut tension
gashes tetapi ini biasanya diisi oleh bahan-bahan dari magma dan
membentuk gash fracture termasuk Q,
sedangkan R tegak lurus dengan P, apabila tekanan P berkurang
atau hilang sama sekali, maka pada melalui bidang-bidang pecah
yang arahnya tegak lurus pada P disebut release fracture.
Gejala-gejala demikian sangat penting
dalam memberi informasi pada keterakan daripada batuan.
Tekanan ini akan menimbulkan gaya tegangan pada bidang-bidang
tegak lurus pada arah tekanan, yang mengakibatkan pecah-pecah
(rupture) melalui bidang-bidang parallel pada P , pecahan ini
disebut extension fracture atau juga disebut cleavage fracture .
Di alam dapat disamakan dengan apa yang disebut tension
gashes tetapi ini biasanya diisi oleh bahan-bahan dari magma dan
membentuk gash fracture termasuk Q,
sedangkan R tegak lurus dengan P, apabila tekanan P berkurang
atau hilang sama sekali, maka pada melalui bidang-bidang pecah
yang arahnya tegak lurus pada P disebut release fracture.
Gejala-gejala demikian sangat penting
dalam memberi informasi pada keterakan daripada batuan.
TEORI TERBENTUKNYA REKAHAN
Pada dasarnya tekanan pada batuan akan menghasilkan 3 (tiga)
macam rekahan:
Batuan itu akan pecah-pecah melalui 2 (bidang), yang saling berpo-
tongan (Shear plane) dimana sudut yang kecil akan menghadap ke
poros utama tegasan (P).

P
Extension fracture
(Kekar tarik)
Shear plane
(kekar gerus)

Release fracture
Strain ellipsoid
Dalam rock deformation biasanya
distortion dan dilation terjadi bersamaan,
hanya yang lebih menonjol dalam struktur
adalah distortion. eIlip yang dihasilkan dari
sebuah bola homogen yang mengalami
perubahan homogen pula didalam batas
elastis disebut Strain ellipsoid .
pure irrotation, rolation deformation

Jika tegasan kedudukannya tetap sejajar, maka pada


benda itu akan terjadi perubahan yang disebut pure
irrotation, tetapi bila ada perputaran pada porosnya
maka ia disebut rolation deformation pada tekanan
dan tarikan yang langsung, perobahan yang terjadi
adalah irrotational, tetapi pada shearing couples
akan menimbulkan perputaran pada poros keterakan
yang terjadi pada badan yang berubah secara elastis.
Ellipsoid
Suatu benda bulat homogen yang diubah di
bawah batas anyal, benda itu dapat tetap
mempunyai bentuk bulat, hanya ukurannya
yang tidak sama (mengalami tekanan yang
sama dari setiap arah = confining pressure};
atau dapat menjadi lonjong {ellipsoid}
dimana salah satu dari porosnya akan
menjadi jauh lebih pendek atau lebih
panjang.
Poros-porosnya (dari ellipsoid tersebut) kita
sebut poros-poros keterakan. Juga disini ada
yang maximum, sedang dan minimum.
Stress Ellipsoid

a) Triaxial stress

b) Principal planes of
the ellipsoid

Anda mungkin juga menyukai