Anda di halaman 1dari 10

GERAKAN SAYANG IBU (GSI)

A. Pengertian
Gerakan Sayang Ibu adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat,
bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan
melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan
angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka
kematian bayi.

B. Landasan filosofis asuhan sayang ibu


Menurut Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) menyatakan bahwa
landasan asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut :
1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah
Kelahiran adalah suatu proses yang normal, alamiah dan sehat. Sebagai idan kita
harus mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan kita
percaya bahwa model asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi
proses normal dari kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi sebagian wanita
selama masa kehamilan dan kelahiran.
2. Pemberdayaan
Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang
mereka perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang
wanita untuk melahirkan dan mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah
oleh setiap orang turut memberi asuhan serta oleh lingkungan diamana ia
melahirkan.
3. Otonomi
Ibu beserta keluara memerluakan informasi agar mereka bisa membuat
keputusan yang sesuai dengan keinginan mereka. Kita harus memberi informasi
secara benar tentang resiko dan keuntunga dari semua prosedur, obat dan tes.
Kita juga harus mendukung ibu untuk membuat keputusan sesuai pilihannya
sendiri mengenai apa yang terbaik baginya brtdsarkan nilai-nilai dan
kepercayaan yang dianut.
4. Jangan menimbulkan penderitaan
Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada
indkasi kearah itu. Pengobatan dalam kehamilan, melahhirkan dan post partum
denga pegujian dan dan obat dapat menimblkan resiko
5. Tanggung jawab
Setiap pemberi asuhan bertanggung jaab atas kualitas asuhan yang diberikanya.
Asuhan berkualitas tinggi yanng terfokus pada kllien dan bersifat sayang ibu
yang berdasarkan penelituan ilmiah merupakan tanggung jawab dari semua
bidan.
C. Tujuan Gerakan Sayang Ibu

Tujuan umum Gerakan Sayang Ibu adalah meningkatkan pengetahuan,


kepedulian, komitmen dan peran serta masyarakat dalam upaya integratif dan
sinergis pada program percepatan penurunan kematian ibu guna mewujudkan
manusia yang berkualitas
Tujuan khusus Gerakan Sayang Ibu yaitu
1. Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pejabat pemerintah daerah
dan sektor terkait tentang berbagai faktor yang menyebabkan kematian ibu dan
peningkatan upaya penanggulangan secara integratif
2. Mekanisme rjukan sehingga keterlambatan pertolongan dapat dihindari
3. Meningkatkan upaya masyarakat dalam pendataan ibu hamil dan
mengubah kebiasaan yang merugikan kesehatan ibu hamil
4. Meningkatkan peran dan institusi dan petugas kesehan dalam upaya
pendataan ibu hamil dan pelayanan kesehatan
5. Meningkatkan pengembangan dana ibu hamil di setiap wilayah kelurahan
atau desa oleh PKK dan Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD).

D. Kebijakan Gerakan Sayang Ibu

Kebijakan dalam gerakan sayang ibu meliputi:


1. Meningkatkan komitmen dan tanggung jawab pejabat pemerintah daerah,
instansi terkait, masyaraka, dan keluarga terhadap upaya penurunan kematian
ibu.
2. Meningkatkan peran instansi pemerintah, swasta, masyarakat dan keluarga
dalam memahami masalah kesehatan wanita sebelum hamil, selama hamil,
persalinan, dan masa nifas.
3. Membantu meningkatkan kesadaran keluarga dan anggota keluarga
lainnya dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi keterlambatan rujukan.
4. Meningkatkan kepedulian pejabat pemerintah, instansi terkait, dan
masyarakat dalam mencukupi dana yang dibutuhkan untuk rujukan ibu hamil
resiko tinggi, terutama dari keluarga pra-sejahtera.
5. Peningkatan kesadaran dan kepedulian aparat pemerintah dan masyarakat
terhadap pentingnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak
melalui advokasi dan penyuluhan atau pelatihan berwawasan gender atau
kemitraan wanita dan pria.

E. Strategi Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu


Strategi pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu adalah dengan:
1. Menyusun rencana, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
yang berdasarkan percepatan penurunan AKI.
2. Pemberdayaan ibu hamil dan keluarganya sehingga ibu hamil dapat
menggunakan haknya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai
dan keluarganya bekerja sama dalam mengumpulkan dana.
3. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) bagi bidan, dukun bayi, Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), PKK, LKMD, dan tokoh masyarakat
sehingga para pemuka masyarakat memahami tentang kesehatan ibu hamil,
wanita, dan keluarganya.
4. Pengembangan mekanisme pendataan ibu hamil secara terpadu oleh PKK,
kader, dasawisma, petugas kesehatan, PLKB, dan lain-lain.
Data yang dikumpulkan meliputi ibu hamil, ibu bersalin, kelahiran, kematian ibu,
dan kematian bayi. Data secara berkala di laporkan ke Puskesmas dengan
tembusan ke camat dan selanjutnya dilaporkan ke pemerintah daerah.
5. Pengembangan mekanisme rujukan oleh masyarakat sehingga masyarakat
diharapkan mampu mendeteksi adanya risiko tinggi kehamilan kemudian
merujuk ke fasilitas kesehatan terdekat dengan didukung dana dan sarana
transportasi masyarakat.
6. Pengembangan kualitas pelayanan kesehatan, baik di Puskesmas maupun
rumah sakit dengan senantiasa meningkatkan keterampilan petugas dan sarana
untuk perbaikan mutu pelayanan.

F. Sasaran GSI
Sasaran langsung Gerakan Sayang Ibu adalah ibu sebelum hamil/WUS, ibu hamil,
ibu nifas, dan keluarga ibu hamil (suami, orang tua, mertua). Sasaran tidak
langsung Gerakan Sayang Ibu, yaitu sebagai berikut.
1. Pejabat pemerintah di setiap jenjang administrasi, khususnya pejabat
pemerintah daerah dan instansi terkait hendaknya membina dan mengoordinasi
kegiatan GSI.
2. Ulama dan tokoh masyarakat di setiap jenjang terutama dalam
menanggulangi 4 terlambat.
3. Instansi masyarakat di setiap jenjang (LKMD, PKK, LSM, dan organisasi
massa yang lain).
4. Sektor terkait yang ada di kelurahan (Puskesmas, PLKB, rumah sakit
swasta, poliklinik swasta, rumah bersalin, bidan praktik swasta, dokter praktik
swasta) diharapkan ikut berperan langsung dalam setiap kegiatan GSI.

G. Pengorganisasian GSI
Pengorganisasian Gerakan Sayang Ibu dilakukan:
1. Di pemerintah daerah, dibentuk kelompok kerja GSI yang mengacu pada
kelompok kerja GSI provinsi.
2. Di tingkat kecamatan, dibentuk satgas atau satuan tugas GSI dengan
susunan:
Ketua : Camat
Sekretaris : Kepala seksi kesejahteraan sosial
Anggota : Kepala Puskesmas
Tim penggerak PKK
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
PLKB
Petugas penyuluh pertanian
Kementerian Pendidikan Nasional kecamatan
3. Di tingkat kelurahan, dibentuk satuan tugas GSI dengan susunan:
Ketua : Lurah
Sekretaris : Sekretaris kelurahan
Anggota : Ketua LKMD
Ketua tim penggerak PKK kelurahan
Seksi LKMD
Kaur kesra
Petugas Puskesmas pembina kelurahan
PLKB pembina kelurahan

H. Mekanisme Operasional GSI


Mekanisme operasional GSI dilaksanakan melalui pendekatan fungsional, yaitu
memperhatikan tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab masing-
masing instansi pemerintah dan lembaga yang terkait dalam semangat
kebersamaan dan keterpaduan dan perlu ditumbuhkan hubungan kerja sama
antara instansi pemerintah dan masyarakat melalui:
1. Pemerintah mengambil prakarsa dan tanggung jawab dalam
menumbuhkan partisipasi masyarakat dan membina kemampuan masyarakat
untuk merencanakan, mengorganisasi, dan melaksanakan berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan GSI.
2. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam memantau hasil kegiatan
GSI.
3. Pemerintah menyediakan bantuan sumber daya bagi masyarakat dalam hal
tenaga terampil, teknologi, dan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan kegiatan GSI.
I. Kegiatan GSI
Kegiatan GSI meliputi:
1. Kegiatan operasional.
a. Pembentukan kelompok kerja GSI dengan pembentukan satuan tugas
kecamatan sayang ibu dan satuan tugas kelurahan sayang ibu.
b. Penyusunan rencana kerja terpadu, terutama:
Meningkatkan cakupan ibu hamil (ANC)
Deteksi risiko tinggi ibu hamil
Mengembangkan tabungan ibu bersalin (tabulin) melalui berbagai cara,
yakni:
- Setiap calon pengantin wanita (CPW) diwajibkan memiliki tabulin sebesar
Rp5.000 di Tabanas atau tabungan lainnya.
- Setiap ibu hamil menabung secara berkala melalui koordinasi dasawisma
atau PKK.
- Setiap ibu hamil menabung secara berkala dan dikoordinasi oleh bidan
yang direncanakan akan menolong persalinannya dengan sepengetahuan satuan
tugas kecamatan.
- Mengembangkan mekanisme kemitraan dengan pengusaha atau tokoh
masyarakat untuk menggalang dana tabulin bagi ibu hamil yang tidak mampu.
c. Pemantauan dan bimbingan terpadu pelaksanaan GSI secara berjenjang.
d. Laporan umpan balik secara berkala tentang hasil pelaksanaan GSI kepada
semua instansi terkait.

2. Kegiatan sosialisasi, yang dilakukan melalui:


a. Penyuluhan melalui semua jalur komunikasi yang tersedia dan diharapkan
masyarakat berperan aktif dalam:
Mendata ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
Mendeteksi adanya risiko ibu hamil
Merencanakan persalinan yang aman
Mendorong keluarga ibu untuk melaksanakan tabulin
Membantu proses pengambilan keputusan di tingkat keluarga saat ibu
bersalin akan dirujuk
Melaksanakan pendataan kelahiran, kematian ibu bersalin, dan kematian
bayi
b. Materi penyuluhan ditekankan pada:
Perencanaan kehamilan
Pentingnya pemeriksaan kehamilan
Deteksi dini risiko ibu hamil
Rencana persalinan yang aman
Rujukan dini terencana
Pendataan dan pelaporan kehamilan, kematian ibu dan bayi
c. Penyuluhan dapat dilaksanakan oleh:
Pejabat pemerintah
Petugas kesehatan
Tokoh agama/ masyarakat
Organisasi masyarakat (PKK,LKMD, LSM)
3. Kegiatan pada tingkat administrasi.
a. Tingkat kelurahan
Membentuk satuan tugas GSI
Menyusun rencana kerja GSI dalam menggalakan tabulin,
Mengumpulkan data ibu hamil ibu bersalin, ibu nifas, kematian ibu/bayi,
dan melaporkan hasilnya kepada satgas GSI kecamatan
Penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan keluarga sasaran
Melaporkan hasil kegiatan GSI kelurahan kepada satgas GSI kecamatan
setiap bulan selmbat-lambatnnya pada tanggal 20.
Meningkatkan pendapatan keluarga, khususnnya keluarga yang memiliki
ibu hamil, melalui berbagai program usaha peningkatan pendapatan keluarga
(UPPK/UPPK Sejahtera)
Petugas puskesmas pembina kelurahan dan PLKB memberdayakan
keluarga dan ibu hamil melalui peningkatan pengetahuan tentang kesehatan ibu
dan anak agar setiap ibu hamil memiliki tabulin

b. Tingkat kecamatan
Membentuk satuan tugas GSI
Menyusun rencana kerja kecamatan sayang ibu dan menggalakan tabulin
serta menyampaikan rencana kerja ke kelompok kerja (pokja) GSI kota/
kabupaten
Menyelenggarakan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan dalam instansi terkait GSI kecamatan
Memberi bimbingan dalam pemecahan masalah kepada satuan tugas GSI
kelurahan
Menghimpun hasil kegiatan satuan tugas kelurahan dan melaporkan
hasilnya kepada keompok kerja GSI kota/ Kabupaten setiap bulan selambat-
lambatnya pada tanggal 25
Penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan keluarga sasaran
Kegitan pembinaan, pemantauan, dan penilaian terhadap GSI dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat kota/ kabupaten sampai tigkat kelurahan.
1. Pembinaan
Aspek yang harus dibina, adalah sebagai berikut
a. Kelembagaan GSI meliputi kelengkapan, kesiapan organisasi, pelaksanaan,
metode yang akan dipakai, sarana, tenaga yang dipersiapkan, dan informasi
yang diperlukan
b. Progaram meliputi peningkatan kualitas penyelenggaraan program mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pengendalian.
c. Pembentukan kesepakatan denagn semua sektor dan masyarakat bahwa
ibu hamil merupakan aset daerah dan tanggung jawab bersama.
2. Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan dengan:
a. Kunjungan langsung ke lapangan dengan menggunakan formulir
pemantauan
b. Pencatatan dan pelaporan kemajuan program yang dibuat oleh pelaksana
program
c. Rapat koordinasi kelurahan dan kecamatan dilaksanakan secara berkala
guna menilai kemajuan dan kendala yang ditemukan dan menyusun rencana
kerja
3. Penilaian
a. Penilaian mengenai input, proses, output, dan dampak pelaksanaan GSI
b. Penilaian meliputi dukungan pemerintah dan sektor terkait tokoh
masyarakat, tokoh agam, LSM, organisasi profesi dalam pelaksanaan GSI.
c. Menilai kemajuan pencatatan, pelaporan dan pengembangan dana tabulin
d. Tolak ukur keberhasilan, yaitu sebagai berikut:
Semua pasangan usia subur telah memperoleh penyuluhan dan pelayanan
kesehatan serta KB
Ibu hamil memiliki akses terhadap ANC (K1) = 90%
Kunjungan K4 sesuai rumus (1,1,2) = 100%
Deteksi risiko tinggi ibu hamil = 80%
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan = 90%
Semua ibu bersalin dengan risiko tinggi memperoleh pertolongan
memadai
Bayi baru lahir diperiksa 3 kali (KN2) = 90%
Ibu hamil yang memiliki tabulin = 90%

J. Peran Kader/PKK dalam GSI


1. Peran kader/PKK dalam GSI sangat berpengaruh karena kader/PKK
melakukan kegiatan ibu-ibu dengan pengaderan 5T:
Tanggap (harus mengetahui tugasnya)
Tangguh (dengan segala lingkungan harus pantang menyerah)
Trengginas (harus terampil dalam menentukan sikap)
Tanggung jawab (merasa ikut bertanggung jawab terhadap deteksi risiko tinggi
ibu hamil)
Tanpa imbalan (tidak mengharapkan imbalan, tetapi melaksanakan tugasnya
demi tugas sosial)
2. Pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan
a. Melakukan pendataan dan deteksi dini risiko tinggi pada semua ibu hamil
b. Meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil tentang pentingnya
pemeriksaan kesehatan
c. Memberi penyuluhan kepada ibu hamil supaya pertolongan persalinannya
ditolong oleh tenaga kesehatan
d. Pemberdayaan ibu hamil dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil
keputusan dengan melihat latar belakang
e. Peningkatan kepedulian dari suami, keluarga, dan masyarakat perlu
diperhatikan karena mempunyai peranan yang penting untuk mendorong ibu
hamil dalam menentukan sikap
f. Merujuk ibu hamil dengan faktor risiko kepada petugas kesehatan
g. Memberikan penyuluhan tentang pengadaan dana ibu hamil dengan cara
menabung (tabulin).

K. Prinsip Gerakan Sayang Ibu


Badan coalition for improving maternity services (CIMS) melahirkan safe mother
hood initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan
organisasi nasional yang misinya untuk mempromosikan kesempurnaan model
asuhan persalinan yang dapat meningkatkan hasil kelahiran serta meghemat
biaya. Misi ini berdasarkan penelitian, sayang ibu, bayi dan keluarganya dan
memfokuska pada pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternatif penapisan,
diagnosa dan program perawatan yang berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa model asuahan
kebidanan ini, yang mendukung dan melindungi proses kelahiran normal,
merupakan langkah yang paling sesuai untuk mayoritas ibu selama masa
kehamilan dan melahirkan. Badan ini merumuskan 10 langkah bagi rumah
sakit/pusat pelayanan persalinan yang harus diikuti agar mendapat predikat
sayang ibu:
1. Menawarkan suatu akses pada semua ibu yang sedang melahirkan untuk
mendapatkan seseorang yang akan menemani menurut pilihannya dan
mendapatkan dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan
2. Memberi informasi kepada publik mengenai praktek tersebut termasuk
intervensi dan hasil asuhannya
3. Memberikan asuhan yang sifatnya peka dan responsive bertalian dengan
kepercayaan, nilai, dan adat istiadat
4. Memberi kebebasan pada ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan
dan memilih posisi persalinan
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan
yang berkesinambungan
6. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh
penelitian ini tentang manfaatnya
7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa
nyeri tanpa obat
8. Mendorong semua ibu dan keluarga, termasuk mereka yang bayinya sakit
dan kurang bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh
bayinya sendiri sedapat mungkin
9. Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena
kewajiban agama
10. Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengenai 10 langkah
sayang bayi prakarsa rumah sakit untuk mempromosikan pemberian ASI yang
baik

L. Hambatan Pelaksanaan GSI


1. Hambatan secara struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi yang
terbentuk semata-mata dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang harus
dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan (SK).
2. Hambatan secara kultural
Masih kuatnya anggapan atau pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan
persalinan hanyalah persoalan wanita.
Posted by RIZKI AULIA RAHMAWATI at 12:41 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai