Anda di halaman 1dari 14

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MATAHARI

NAMA
KELOMPOK : 1. PRASTIAWA 2013110077
2. FANOPLIS CANDRA 2013110082
3. MARLIYANSYA 2014110001
4. BAYU RISKIA A 2014110007
5. HENDRIADI 2014110004

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULITAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
BAB I
PENDAHULUAN

I. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MATAHARI


Kebutuhan energi semakin lama semakin meningkat sebagaimana laju
pertumbuhan pembangunan di Indonesia. Begitu juga dengan kebutuhan energi
listrik, hampir di setiap bidang pembangunan membutuhkan energi listrik dalam
proses kegiatannya. Hal ini dapat dipahami karena pertumbuhan pembangunan di
negara kita ditandai dengan laju pertumbuhan industri, baik industri menengah maupun
industri besar sekalipun dan semua itu membutuhkan energi listrik untuk penerangan
maupun untuk menggerakan mesin-mesin. Selain untuk keperluan industri juga masih
banyak sektor-sektor lain yang sangat memerlukan enegi listrik. Salah satunya yaitu
untuk keperluan rumah tangga. Dengan demikian jelaslah bahwa penggunaan energi
listrik semakin lama semakin meningkat.

Dalam rangka memperkuat ketahanan energi nasional, tantangan dalam


penyediaan energi listrik sangat besar. Kondisi kelistrikan saat ini untuk sistem tenaga
listrik Jawa, Madura, dan Bali memiliki beban puncak 17000 MW dengan daya
netto pembangkitan 21300 MW, sedangkan kondisi kelistrikan di luar pulau Jawa
terjadi defisit daya listrik di beberapa wilayah di Indonesia [1]. Permasalahan tersebut
diakibatkan ketidakseimbangan antara penyediaan energi dan permintaan konsumen
energi listrik. Selain itu, tantangan penyediaan tenaga listrik juga terjadi pada
pemerataan pembangunan infrastruktur dan konsumsi bahan bakar minyak dalam
pembangkitan tenaga listrik yang masih tinggi. Penyediaan tenaga listrik untuk
meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh daerah di Indonesia tidak bisa mengandalkan
bahan bakar minyak, karena penyusutan tingkat produksi minyak dan peningkatan
jumlah emisi polutan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah berupaya melakukan
program percepatan pencapaian rasio tersebut melalui program listrik pedesaan dan
pemanfaatan energi terbarukan. Salahsatu bentuk energi terbarukan adalah energi
panas matahari.

Energi matahari merupakan energi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik
untuk dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan energi yang sangat
diperlukan pada masa-masa sekarang ini. Apalagi kita sadari bahwa negara Indonesia
terletak pada daerah khatulistiwa yang kaya akan pancaran matahari, karena itu rata-rata
musim kemarau (panas) sangat panjang, sehingga kita dapat memanfaatkan kondisi
tersebut untuk membangkitkan energi listrik. Namun selain dari keuntungan tersebut
kita juga mempunyai dilema dengan musim kemarau tersebut, yaitu kekeringan baik
irigasi maupun sumur-sumur air minum. Untuk itulah kita dipacu untuk dapat
memikirkan agar kondisi tersebut akan selalu menguntungkan bagi umat manusia.

II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MATAHARI


(PLTM)
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi listrik berdasarkan efek
fotovoltaik. Efek fotovoltaik adalah peristiwa timbulnya tegangan antar elektroda atau
mengalirnya arus listrik akibat radiasi elektromagnetik dari sumber cahaya. Peristiwa
tersebut dimulai sekitar tahun
1839 ketika seorang ilmuwan Perancis, Alexander Edmond Becquerel,
mengamati efek fotovoltaik dari sebuah elektroda ketika dikenai cahaya [2].
Selanjutnya, ilmuwan Amerika bernama Charles Fritts dianggap sebagai orang yang
pertama kali bekerja dengan material semikonduktor yang dapat mengubah energi
matahari menjadi energi listrik yang dikenal dengan nama sel surya (solar cell) pada
tahun 1883. Dia menggunakan bahan semikonduktor selenium yang dilapisi dengan
emas tipis. Saat itu, Fritts hanya menghasilkan tingkat efisiensi
1%. Sejarah perkembangan sel surya mencatat pada tahun 1960, sebuah perusahaan
bernama Hoffman Electronics berhasil memproduksi sel surya dengan tingkat efisiensi
14% [3]. Perkembangan terakhir dilaporkan bahwa para ahli di National Renewable
Energy Laboratory (NREL) Departemen Energi AS berhasil membuat sel surya dengan
tingkat efisiensi 40,8 % [4]. Dengan nilai efisiensi yang relatif kecil memang tantangan
pembangkit listrik tenaga matahari ini terletak pada bagaimana membuat terobosan
teknologi agar diperoleh efisiensi sel surya setinggi mungkin atau membuat panel surya
sebesar mungkin. Sebuah pusat pembangkit listrik dengan tenaga matahari di Olmedilla
de Alarcn, Spanyol berkapasitas 60 MW dan merupakan yang terbesar di dunia saat ini.
Pembangkit tersebut menggunakan 160.000 panel surya fotovoltaik di lahan seluas 100
hektar dan setara dengan dapat "menghidupi" lebih dari 40.000 rumah. Total biaya yang
dikeluarkan adalah sekitar 530 juta dollar U.S dan diharapkan dapat mengurangi emisi
gas CO2 sekitar 42.000 ton per tahun [5].

Secara skematik, pembangkit listrik tenaga matahari diperlihatkan pada gambar 1.


Skema tersebut memperlihatkan skema pembangkit listrik tenaga surya skala kecil yang
dipakai untuk skala rumahtangga. Tegangan DC yang dihasilkan sel surya diubah
menjadi tegangan AC dengan menggunakan inverter. Inverter diparalel dengan
tegangan jala-jala (misal PLN). Sebagian energi listrik yang dihasilkan sel surya akan
dikonsumsi sendiri. Jika berlebih, energi listrik yang dihasilkan bisa dijual ke jaringan
PLN. Pembangkit listrik semacam ini tidak memerlukan batere sebagai penyimpan
energi.

Gambar 1. Pembangkit Listrik Tenaga Matahari [6]


Sementara, skema PLTM yang menggunakan penyimpan energi listrik diperlihatkan
pada gambar 2.

Gambar 2. PLTM dengan penyimpan energi


listrik [7]

PLTM tidak hanya berguna bagi rakyat Indonesia yang tinggal di daerah kepulauan
untuk meningkatkan kemandirian di bidang energi tetapi juga berguna bagi
penduduk pulau Jawa yang ingin mengurangi beban PLN atau mengurangi emisi CO2.
Di banding pembangkit batu bara, PLTM mempunyai peluang mengurangi lebih dari 1
kg CO2 untuk setiap kWh energi listrik yang dibangkitkannya. Dengan menggunakan
teknologi film tipis, PLTM bisa dipasang di kaca- kaca jendela gedung bertingkat tanpa
mengubah tampilan bangunan. Pemasangan PLTM bisa digunakan untuk
meningkatkan citra perusahaan dalam memperoleh sertifikat ramah lingkungan.
Di banyak negara maju, memiliki sertifikat ramah lingkungan terbukti sangat
berguna dalam menarik investor dan menaikkan harga saham [6].

III. PERANCANGAN DAN REALISASI PROTOTIPE


PLTM

Dalam makalah ini akan diuraikan perancangan dan realisasi prototipe pembangkit
listrik tenaga matahari yang dibuat di Laboratorium Teknik Tenaga Listrik Jurusan
Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. Diagram blok perencanaan
pembangkit energi listrik menggunakan sel surya diperlihatkan pada gambar 3.
Energ
i
Matah
ari

Solar
cell

Diod
a

Akumul
ator

Invert
er

Power
Suplay
220
VAC
200
W

Gambar 3. Skema pembangkit energi listrik menggunakan sel surya

Berdasarkan skema di atas, pembangkit energi listrik memerlukan beberapa


komponen, yaitu
Solar cell (sel surya)
Dioda
Akumulator
Inverter
Terminal power suplay

Prinsip utama pembangkit energi listrik menggunakan sel surya ini adalah konversi
energi dari energi matahari menjadi energi listrik yang dilakukan oleh sel surya. Energi
listrik yang di hasilkan diteruskan ke bagian akumulator melalui dioda. Selanjutnya,
energi listrik yang ada di akumulator dibangkitkan oleh inverter sehingga menghasilkan
energi listrik yang diinginkan.

Panel surya yang dipakai pada perancangan ini berupa 2 set solar cell yang dipasang
paralel seperti diperlihatkan pada gambar 4. Sel surya yang digunakan adalah merk
Arco Solar model no. M51 buatan USA dengan ukuran 120 cm x 30 cm, tersusun
oleh 35 keping sensor fotovoltaik per panel dan memiliki berat 5 kg. Panel surya
dipasang menghadap matahari agar mendapatkan panas dan sensor fotovoltaiknya
bekerja maksimal sehingga dapat mengalirkan arus dan tegangan yang diinginkan.

Gambar 4. Panel surya yang Diparalel


Pada perancangan ini digunakan diode 6 A10 MIC yang dihubung seri terhadap
rangkaian solar cell dan akumulator. Dioda juga berpengaruh terhadap jalannya arus
listrik dari panel surya ke beban. Adapun fungsi dari dioda pada rangkaian ini adalah
sebagai penahan feed back atau umpan balik arus listrik apabila tegangan berlebih pada
saat panel surya dipanaskan. Penggunaan diode dapat mengamankan komponen solar
cell nya karena apabila terjadi feed back maka solar cell tidak akan dapat bekerja secara
optimal. Dioda yang dipilih memiliki arus 6
Ampere berdasarkan perhitungan
berikut:

Watt solarcell
= IDioda
V solarcell
72watt
=6A
12V

Panel surya apabila terkena panas matahari akan membangkitkan arus listrik.
Arus listrik tersebut dapat disimpan pada sebuah batere atau akumulator agar dapat
dimanfaatkan setiap saat baik malam hari maupun pada saat mendung dan matahari
tidak muncul. Akumulator atau batere yang digunakan dalam rangkaian pembangkit
listrik energi surya adalah Akumulator Merk GS 38 Ah 12V DC seperti diperlihatkan
pada gambar 5.
Gambar 5.
Akumulator

Untuk mengubah tegangan dari 12 Volt DC menjadi 220 Volt AC maka harus
menggunakan inverter. Inverter yang dirancang disini adalah Inverter 220VAC; 300VA;
50 Hz seperti terlihat pada gambar 6. Inverter ini memiliki sensor panas dan alarm
untuk mengisyaratkan kekuatan beban yang dapat dipakai oleh inverter tersebut.
Frekuensi 50 Hz adalah untuk menyamakan frekuensi pada alat-alat rumah tangga agar
tidak mudah rusak. Realisasi rangkaian dalam inverter diperlihatkan pada gambar 7.

220 V AC 0

220
TRANSFORMATOR
24 CT
10A

30 A
0, 1 F 6,
8 KO

R1 R2
R3 R4

C2 C3

DC C 2N 2N
12 V 1 2102 2102 HEAT SING
25 2N 2N 3055
V 3055

HEAT SING IN
4001 R6
R5

Gambar 6. Inverter 220 VAC 200 Watt, 50 Hz


Gambar 7. Rangkaian dalam
Inverter

Beban yang dirancang adalah menggunakan 4 buah lampu pijar yang terdiri dari 3
buah lampu
@ 40 watt dan 1 buah lampu @ 60 watt yang diparalelkan agar lampu dapat menyala
terang. Lampu-lampu pijar tersebut dirancang dalam sebuah miniatur atau maket
rumah-rumahan yang didalamnya dipasang 4 buah lampu pijar dan dilengkapi instalasi
listriknya sesuai PUIL 2000.

Realisasi prototipe pembangkit listrik tenaga matahari yang dirancang diperlihatkan


pada gambar 8.

Gambar 8. Realisasi
rangkaian
IV. PENGUJIAN ALAT
Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja dari sistem yang dirancang.
Pengujian ini meliputi pengujian panel surya, pengujian akumulator, dan pengujian
dengan menggunakan beban listrik. Pada pengujian panel surya didapat pengukuran
yang menghasilkan tegangan 17
VDC. Panel surya dipasang paralel agar diperoleh arus sebesar 1 A. Arus listrik yang
dihasilkan panel surya tergantung dari cahaya matahari. Apabila cuaca mendung atau
hujan, maka besar tegangan turun dan arus juga menjadi lebih kecil sampai 0,3 A.
Untuk mengisi akumulator 38 Ah diperoleh perbandingan arus dan waktunya yang
diperlihatkan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengisian Akumulator

N Iin waktu(ja
o1 0 m) 7
2 0, 546
3 0, ,2
47
4 ,1 ,5
3
8

Gambar 9. Amperemeter pada saat pengisian Akumulator

Gambar 9 memperlihatkan arus yang terbaca saat pengisian akumulator ketika cuaca
mendung atau matahari tidak terlalu bersinar. Arus akan membesar apabila matahari
terik atau pada jam- jam tertentu misalnya jam 11.00 sampai jam 14.00. Pengisian
akumulator maksimal sehari hanya mencapai 6 s/d 7 jam dan dalam 7 hari maka
akumulator tersebut akan penuh dan dapat digunakan secara maksimal lagi.

Pada pengujian inverter, sebelum dilakukan pengujian, inverter harus diperiksa terlebih
dahulu dari bentuk fisik dan komponen yang ada didalamnya. Inverter 300 VA ; 220 V ;
50 Hz yang dirancang memiliki sensor alarm yang apabila beban sudah melebihi batas
atau battere tidak cukup memberi tegangan pada inverter maka inverter
tersebut akan berbunyi, yang
menandakan bahwa beban yang ada harus dikurangi. Inverter juga dilengkapi
dengan kipas
(blower) yang fungsinya untuk mengurangi panas pada inverter tersebut.
Sementara itu, hasil pengukuran pada rangkaian panel surya diperlihatkan pada tabel 2.
Tabel 2. Pengukuran Tegangan Panel
Surya
Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan
Panel 1 Panel 2 setelah setelah
dipara dipasang
17 17 17 1
V V V 2
Pada tabel 2 pengukuran panel surya didapat setiap tegangan pada panelnya adalah
17 VDC. Akan tetapi setelah diberi beban ke akumulator tegangan menjadi drop 12 V.
Hal tersebut diakibatkan tegangan yang ada pada sel surya menyesuaikan dengan
tegangan bebannya. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa akumulator berfungsi sebagai
regulator tegangan.

Adapun data pengukuran rangkaian akumulator diperlihatkan pada tabel 3 dan


pengukuran arus akumulator ke beban diperlihatkan pada tabel 4.
Tabel 3. Rata- rata Pengukuran Arus dan Tegangan
N Jam I solar cell V accu
o
1 09.00 0,5 10
2 10.00 A V
3 11.00 0,75 10
A V
4 12.00
0,85 10,15
5 13.00 A V
6 14.00 1 10.55
7 15.00 A V

Tabel 4 Data Pengukuran Arus Akumulator ke Beban

N Beban T (jam) I Input I Output


o1 40 Watt 10 Jam 3,5 A 0,18 A
2 65 Watt 7,5 Jam 5 0,2 A
3 80 Watt 5,8 Jam A A
6,5 0,33 A
4 100 Watt 4,4 Jam 8,5 A 0,4 A
5 140 Watt 3 Jam 12,5 A 0,6 A
6 180 Watt 2,5 Jam 15 A 0,7 A
7 200 Watt 2,2 Jam 17 A 0,8 A

Dari tabel 3 dapat diamati bahwa arus yang dihasilkan oleh sel surya cukup besar saat
matahari tepat di atas permukaan bumi.

V. KESIMPULAN
V. KESIMPULAN
Telah diuraikan beberapa hal terkait dengan pembangkit listrik tenaga
matahari dan prototipenya yang dibuat di Laboratorium Teknik Tenaga Listrik Jurusan
Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. Dari hasil perencanaan,
perancangan, dan pengukuran yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
a. Dengan memanfaatkan energi matahari sebagai sumber energi, maka dapat
memperoleh pembangkit energi listrik yang ramah lingkungan.
b. Panel surya dipasang paralel supaya mendapatkan tegangan yang stabil
serta dapat
memperbesar arus yang dikeluarkan oleh setiap sel surya.
c. Pengisian akumulator 38 Ah menggunakan panel surya selama 38 Jam per 1A
atau 6 hari per 7 jam.
d. Hasil pengujian pada pembangkit energi listrik 220 VAC; 200 watt; 50 Hz
menggunakan
solar cell panel dan Inverter adalah 2 Jam untuk akumulator 38 Ah.
e. Tegangan yang masuk ke inverter pertama-tama adalah 12 VDC kemudian diubah
menjadi
220 VAC dan dapat digunakan untuk penerangan sebesar 200 watt.
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini diantaranya membuat penggerak panel surya
sehingga bisa terus-menerus menghadap ke arah datangnya sinar matahari. Hal
tersebut dilakukan dengan menambahkan sensor cahaya yang kemudian dihubungkan
dengan pengendali mikro yang akan mengatur gerak motor sehingga panel surya
bisa mendapatkan sinar matahari dengan jumlah maksimum.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sambutan Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan dalam Seminar


Nasional
Modern Electrical Engineering and Its Application di Universitas Kristen
Maranatha, 20
Maret 2010
[2] http://www.mrsolar.com/content/photovoltaic_effect.php diakses tanggal 21 Mei
2010 pukul
23.07 WIB
[3] http://wikipedia//Timeline_of_solar_energy.htm#1800s diakses tanggal 21 Mei
2010 pukul
23.24 WIB
[4] http://www.nrel.gov/news/press/2008/625.html diakses tanggal 21 Mei 2010
pukul 23.27
WIB
[5] http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=7802 diakses tanggal 22 Mei
2010 pukul
00.28 WIB
[6] Dahono, P. A. (2008): Pembangkit Listrik Energi Terbarukan.
Diakses dari http://konversi.wordpress.com/2008/11/03/pembangkit-listrik-energi-
terbarukan/ tanggal 22
Mei 2010 pukul 00.09 WIB
[7] http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:pu6grzF0rn-YSM diakses tanggal 22 Mei
2010 pukul
00.18 W

Anda mungkin juga menyukai