distribusi dari komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair,
sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi fase bergerak
dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair.
Dasar pemisahan secara kromatografi gas ialah penyebaran cuplikan diantara 2 fase.
Salah satu fase adalah fase diam yang permukaannya nisbi (dapat terukur) luas dan fase yang
lain adalah gas yang menelusuri fase diam. Bila fasa diam berupa zat padat disebut sebagai
kromatografi gas padat. Dan bila fasa diam berupa zat cair disebut kromatografi gas cair. Fasa
cair didapatkan berupa lapisan tipis pada zat padat yang lembam (sukar bereaksi secara
kimia) dan pemisahan didasarkan pada partisi cuplikan yang masuk dan keluar dari lapisan
zat cair ini. Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan menggunakan waktu retensi
tertentu pada kondisi yang tepat. Waktu retensi adalah waktu yang menunjukkan berapa lama
suatu senyawa tertahan dalam kolom.
Proses Kromatografik
Gambar 1 adalah representasi skematis dari proses kromatografi.
Setiap partisi komponen diantara dua fase ditunjukkan oleh distribusi atau puncak di
atas dan di bawah garis. Puncak di atas garis mewakili jumlah komponen tertentu dalam fase
gerak, dan puncak di bawah garis adalah jumlah dalam fase diam. Komponen A memiliki
distribusi yang lebih besar dalam fase gerak sehingga akan lebih cepat turun ke kolom
selanjutnya daripada komponen B dimana menghabiskan waktu lebih diam dalam fase diam.
Dengan demikian, pemisahan A dari B terjadi di dalam kolom. Akhirnya, komponen
meninggalkan kolom dan melewati detektor seperti yang ditunjukkan gambar sebelumnya.
Keluaran sinyal detektor menghasilkan kromatogram yang ditampilkan di sisi kanan gambar
1.
Gas pembawa inert, seperti helium, neon dan argon dipasok dari tabung gas ke GC
dimana tekanan diatur dengan menggunakan kontrol tekanan manual (pneumatik)
atau elektronik.
Gas pembawa yang telah diregulasi dipasok ke inlet dan kemudian mengalir melalui
kolom dan menuju detektor.
Sampel diinjeksikan ke dalam (biasanya) injeksi port yang dipanaskan untuk diuapkan
yang kemudian dibawa menuju kolom oleh gas pembawa.
Sampel dipisahkan dalam kolom - biasanya kolom silika panjang dengan diameter
kecil. Sampel akan terpisah oleh perbedaan partisi analit antara fase gerak dan diam
berdasarkan tekanan uap relatif dan kelarutan dalam fase diam cair yang bergerak.
Pada elusi dari kolom, gas pembawa dan analit masuk ke detektor dimana akan
merespon beberapa sifat fisik maupun kimia suatu analit dan menghasilkan sinyal
elektronik untuk mengukur jumlah analit yang hadir.
Sistem data kemudian menghasilkan kromatogram terpadu
Gas kromatografi menggunakan oven dengan suhu yang diprogram. Suhu GC oven
biasanya berkisar dari 5 C sampai 400 C tetapi juga dapat berjalan serendah -25
C dengan pendinginan kriogenik.
Gas Pembawa
Tujuan utama dari gas pembawa adalah untuk membawa sampel melalui kolom. Gas
pembawa tersebut merupakan fase gerak, gas inert dan tidak berinteraksi secara kimia dengan
sampel. Tujuan kedua adalah untuk menyediakan matriks yang cocok untuk detektor dalam
mengukur komponen sampel. Berikut adalah gas pembawa pilihan untuk berbagai detektor:
Untuk detektor konduktivitas termal, helium adalah yang paling populer. Sementara hidrogen
umumnya digunakan di beberapa bagian dunia (di mana helium sangat mahal) namun juga
tidak dianjurkan karena potensi kebakaran dan ledakan. Dengan detektor ionisasi nyala, baik
nitrogen atau helium dapat digunakan. Nitrogen memberikan sedikit lebih sensitivitas, tapi
memiliki analisis lebih lambat dari helium. Untuk detektor penangkapan elektron dianjurkan
menggunakan oxygen bebas nitrogen, atau campuran argon dengan 5% metana.
Kemurnian
Sangat penting bahwa gas pembawa harus memiliki kemurnian tinggi. Hal tersebut
dikarenakan pengotor seperti oksigen dan air secara kimia dapat merusak fase cair
dalam kolom. Kolom polyester, polyglycol dan poliamida merupakan kolom yang
sangat rentan. Jumlah air tambahan juga dapat mengeluarkan kontaminan kolom
lainnya dan menghasilkan detektor background yang tinggi. Hidrokarbon lainnya
dalam gas pembawa menyebabkan tingginya background pada sebagian besar
detektor ionisasi dan membatasi kemampuan deteksi.
Pengukuran dan pengendalian aliran gas pembawa penting untuk efisiensi kolom dan
analisis kualitatif. Efisiensi kolom tergantung pada kecepatan gas linear yang tepat dimana
dapat ditentukan dengan mengubah laju alir hingga mencapai nilai plate maksimum.
Beberapa nilai optimum antara lain 75 - 90 mL/min untuk packed column dengan 1/4"
diameter luar (o.d.); 25 Ml/min untuk packed column dengan 1/8" o.d dan 0,75 mL/min
untuk kolom tubular terbuka dengan 0,25 m i.d.
Secara analisis kualitatif penting untuk mendapatkan laju alir yang konstan dan dapat
dihasilkan kembali sehingga waktu retensi dapat direproduksi. Perbandingan waktu retensi
adalah teknik tercepat dan termudah untuk identifikasi senyawa. Dua atau lebih senyawa
mungkin memiliki waktu retensi yang sama, tetapi tidak ada senyawa memiliki dua waktu
retensi yang berbeda.
Kontrol
Kontrol pertama dalam sistem aliran adalah regulator dua tahap yang terhubung ke
silinder gas pembawa untuk mengurangi tekanan tangki 2.500 psig menjadi 20-60
psig. Kontrol ini harus dilengkapi dengan katup pengaman dan inlet penyaring untuk
mencegah partikulat lain yang masuk. Stainless steel diafragma dianjurkan untuk
menghindari kebocoran udara di dalam sistem. Alat ukur (gauge) pertama
menunjukkan tekanan yang tersisa di tabung gas. Dengan memutar katup pada tahap
kedua, peningkatan tekanan akan dikirimkan ke kromatografi gas dan akan
ditunjukkan pada alat ukur kedua. Pada tahap regulator kedua tidak bekerja dengan
baik pada tekanan rendah dan dianjurkan menggunakan tekanan minimal 20 psi.
Perangkat Aliran
Dua perangkat yang paling umum digunakan adalah flowmeter sabun-gelembung dan
perangkat ukur digital elektronik (Gambar 2). Flowmeter sabun gelembung
merupakan tabung yang dikalibrasi (biasanya pipet atau buret dimodifikasi) melalui
gas pembawa yang mengalir. Dengan menekan bola karet, larutan sabun akan
terangkat ke jalur gas yang mengalir. Setelah beberapa gelembung sabun membasahi
tabung, satu gelembung secara akurat yang melewati suatu volume diukur waktunya
dengan stopwatch. Dari pengukuran ini, laju aliran gas pembawa mL/min akan mudah
dihitung.
Beberapa meter aliran elektronik didasarkan pada prinsip yang sama, tetapi
pengukuran dilakukan dengan balok cahaya. Flowmeter elektronik lebih cepat dan
lebih mudah digunakan serta memberikan pembacaan tiga digit dari laju aliran.
Kolom
Zona Temperatur
Kolom yang digunakan adalah thermostated sehingga pemisahan yang baik akan
terjadi dalam beberapa waktu. Hal ini perlu dilakukan dalam mempertahankan kolom di
berbagai suhu dari suhu ambien sampai 360 C. Kontrol suhu adalah salah satu yang paling
mudah dan paling efektif untuk mempengaruhi pemisahan. Kolom tetap diantara port
injection yang dipanaskan dan detektor panas, sehingga didapatkan suhu yang sesuai di mana
komponen dioperasikan.
Port injection harus cukup panas untuk menguapkan sampel secara cepat sehingga
tidak ada kerugian dalam hasil efisiensi dari teknik injeksi. Di sisi lain, suhu injeksi-
port harus cukup rendah sehingga dekomposisi termal atau susunan ulang senyawa
kimia dapat dihindari. Untuk injeksi penguapan nyala, suhu injeksi yang digunakan
adalah sekitar 50 C lebih panas dari titik didih sampel. Jika efisiensi kolom atau
bentuk puncak membaik, suhu injeksi-port terlalu rendah. Jika waktu retensi, daerah
puncak atau bentuk terjadi perubahan drastis maka suhu terlalu tinggi dan
dekomposisi atau susunan ulang senyawa kimia dapat terjadi. Untuk injeksi didalam
kolom, suhu inlet dapat lebih rendah. Pada GC, temperatur kolom harus dijaga diatas
titik embun (dew point) sampel tetapi tidak diatas titik didihnya.
Detektor
Fungsi detektor adalah untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom dan
menyediakan rekaman kromatografi dalam bentuk kromatogram. Sinyal detektor yang
dihasilkan sebanding dengan jumlah masing-masing zat terlarut (analit) untuk analisis
kuantitatif. Detektor yang paling umum adalah detektor ionisasi nyala (Flame Ionization
Detector/FID). Detektor tersebut memiliki karakteristik dengan sensitivitas tinggi, linearitas,
dan detectivity namun relatif sederhana dan murah. Detektor lainnya adalah konduktivitas
termal sel (Thermal Cell Detector) dan detektor penangkapan elektron (Electron Capture
Detector ).
Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat dengan
elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan
waktu retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area
maupun tinggi dari kromatogram. Sinyal analitik yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh
rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem data. Sebuah rekorder bekerja
dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan tertentu. Di atas kertas tersebut dipasangkan
pena yang digerakkan oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah
sesuai dengan dinamika keluaran penguat sinyal detektor. Hasil rekorder adalah sebuah
kromatogram berbentuk puncak - puncak dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan
jenis detektor yang digunakan. Rekorder biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer
yang dihubungkan dengan sirkuit pengintregrasi yang bekerja dengan menghitung jumlah
muatan atau jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh detektor. Elektrometer akan
melengkapi puncak puncak kromatogram dengan data luas atau tinggi puncak. Hasil
pembacaan dalam detector akan direkam dalam rekorder dan ditampilkan pada layar
komputer berupa diagram/grafik dengan puncak / peak yang berbeda-beda sesuai dengan
senyawa atau gugus senyawanya.
DAFTAR PUSTAKA
McNair, Harold M , James M. Miller. 1998. Basic Gas Chromatography. United Of State:
John Wiley & Sons, Inc.
Scientific, Crawford.Theory And Instrumentation of GC Introduction.Chromacademy