Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitanya dengan tekanan

sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik

berkaitan dengan tingginya tekanan pada ateri bila jantung berkontraksi,

sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan ateri pada

saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari hasil pengukuran

tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan diastolik

(Corwin, 2005).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah

lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13 50 tahun dan tekanan

darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Dan harus

dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk

lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi

dari 140/90 mmHg dapat diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,

mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi

maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer atau esensial (hampir

90% dari semua kasus) dan hipertensi sekunder, terjadi sebagai akibat dari

kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Joint

11
12

National Committee On Prevention, Detecion, Evaluation and Treatment

Of High Blood Plessure VI /JNC VI, 2001).

Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg. Pada manula hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan

diastoliknya 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002).

Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang

abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko

terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal

(Faqih, 2006).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg

atau mengkonsumsi obat anti hipertensi (Guyton, 2007).

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan arteri rata-rata lebih

tinggi daripada batas atas yang dianggap normal yaitu 140/90 mmHg

(Guyton and Hall, 2001). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai

peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan

diastolic sedikitnya 90 mmHg (Sylvia Price, 2005)

Dari difinisi-difinisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolik lebih dari 140/90 mmHg, dimana sudah dilakukan

pengukuran tekanan darah minimal dua kali untuk memastikan keadaan

tersebut dan hipertensi dapat menimbulkan resiko terhadap penyakit

stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.


13

2. Penyebab hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial

dan hipertensi sekunder (Setiawati dan Bustami, dalam farmakologi dan

terapi. 2005)

a. Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik,

adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90%

kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan

hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan

resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor,

terdiri dari factor genetic dan lingkungan. Factor keturunan bersifat

poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler

dari keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa

sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan

reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi

insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat

menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan,

stress psikis, dan obesitas.

b. Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari

seluruh penderita hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh

penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi

endokrin), obat, dan lain-lain.

Hipertensi renal dapat berupa:

1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada

arteri ginjal sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal.


14

2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan

gangguan fungsi ginjal.

Hipertensi endokrin terjadi misalnya akibat kelainan korteks

adrenal, tumor di medulla adrenal, akromegali, hipotiroidisme,

hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, dan lain-lain.

Penyakit lain yang dapat menimbulkan hipertensi adalah koarktasio

aorta, kelainan neurogik, stres akut, polisitemia, dan lain-lain.

3. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On

Prevention, Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood

Pressure) (table 2. 1), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional

Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah

yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan

peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Sehingga mendorong

pembuatan klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi

dimana tekanan darah sistol pada kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan

darah diastole pada kisaran 80-89 mmHg. Hipertensi level 2 dan 3

disatukan menjadi level 2. Tujuan dari klasifikasi JNC 7 adalah untuk

mengidentifikasi individu-individu yang dengan penanganan awal berupa

perubahan gaya hidup, dapat membantu menurunkan tekanan darahnya ke

level hipertensi yang sesuai dengan usia.


15

Table 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistol Tekanan darah diastol


darah (mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140- 159 Atau 90-99
Hipertensi stadium 2 >160 Atau >100

WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working

Group) mengelompokkan hipertensi (table 2. 2) ke dalam klasifikasi

optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan

hipertensi berat.

Table 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Katagori Tekanan darah Tekanan darah


sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-tinggi 130 139 85 - 89
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140 159 90 - 99
Sub-grup: perbatasan 140 149 90 - 94
Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 160 179 100 - 109
Tingkat 3 (hipertensi berat) 180 110
Hipertensi sistol terisolasi 140 < 90
Sub gup: perbatasan 140- 149 < 90

Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan

pedoman penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman

Negara maju dan Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan

berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk

hasil JNC 7 dan WHO (table 2. 3).


16

Table 2. 3
Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi
Indonesia

Katagori tekanan Tekanan darah sistol Tekanan darah


darah (mmHg) diastol (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80


Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140- 159 Atau 90-99
Hipertensi stadium 2 >160 Atau >100
Hipertensi sistol 140 < 90
terisolasi

4. Patofisiologi Hipertensi Essensial

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi

(Brunner & Suddarth, 2002).


17

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan

fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).


18

Skema 2. 1:

Patoflow Hipertensi

Asupan Na Faktor
meningkat genetik Stres
Faktor Obesitas Faktor
genetik
endotel
Luas infiltrasi Aktivitas simpatis
Retensi Na menurun meningkat
ginjal
Perubahan Hiper insuli
Konstriksi membran sel nemia
Volume cairan Renin
meningkat vena angiotensi
meningkat
Kontraktilitasi
meningkat Konstriksi Hipertrofi
Preload
fungsional struktur

Curah jantung Tahanan ferifer


HIPERTENSI meningkat meningkat

Autoregulasi

Perubahan nutrisi, lebih


dari kebutuhan tubuh
Arteriosklerosis
Meningkatkan beban akhir jantung

Suplai O2 berkurang
Gagal jantung
Intoleransi aktivitas

Peningkatan tekanan vascular serebral

Resti stroke Nyeri, sakit kepala

Sumber : Brunner & Suddarth, 2002


19

5. Faktor-faktor resiko hipertensi

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari

faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,

umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi

meliputi stres, obesitas dan nutrisi.

a. Faktor genetik

Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan factor genetic,

dimana banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan

hipertensi. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga sebagai

pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk

terkena hipertensi. Gen yang berperan pada patofisologi penyakit

hipertensi adalah :

1) Gen simetrik yang mengandung promoter gen 11-hidrokilase

dan gen urutan selanjutnya untuk member kode pada gen

aldosteron sintase, sehingga menghasilakan produksi ektopik

aldosteron.

2) Saluran natrium endotel yang sensitive terhadap amilorid yang

terdapat pada tubulus pengumpul. Mutasi gen ini

mengakibatkan aktivitas aldosteron, menekan aktivitas rennin

plasma dan hipokalemia.

3) Kerusakan gen 11-hidrokilase dehidrogenase menyebabkan

sirkulasi konsentrasi kortisol normal untuk mengaktifkan


20

reseptor mineralakortikoid, sehingga menyebabkan sindrom

kelebihan mineralkortikoid ( Sani, 2008 ).

b. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.

Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai tekanan

darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan

pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh

karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka

tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding

arteri akan mengalami penebalan oleh arena adanya penumpukan zat

kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-

angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat

karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada

penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah

diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian

menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan

menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi

peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan

tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya

sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana

aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Anggaraini.

2009).
21

c. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan

faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek

perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut

dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan

umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita

umur 45-55 tahun (Anggaraini. 2009).

d. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada

yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti

penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin

yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar

(Anggaraini. 2009).

e. Obesitas

Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi

tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita,
22

dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita

bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar

internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat

menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan

darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi

saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada

ginjal. Obesitas meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan

berperan dalam gaya hidup pasif. Lemak tubuh yang berlebihan dan

ketidak aktifan fisik berperan dalam resistensi insulin (Sylvia Price,

2005). Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma,

dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi

natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus

(Anggaraini.2009). Rumus untuk menghitung IMT adalah IMT = BB

(Kg) : TB (m2).

Table 2.4
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasarkan IMT Menurut WHO
2
Klasifikasi IMT (kg/m )
Berat badan kurang < 18,5
Kisaran normal 18,5 24,9
Berat badan lebih > 25
Pra-Obes 25,0 29,9
Obes tingkat I 30,0 34,9
Obes tingkat II 35,0 39,9
Obes tingkat III > 40
Sumber : WHO tehnical series,2000
23

f. Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah

tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)

perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume

cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu

disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber

natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur),

penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium

karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang

dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok

teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-

memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam

dan MSG (Anggaraini, 2009).

g. Merokok

Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis

di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di

mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap tembakau

yang disebarkan ke udara bebas (asap samping), misalnya karbon


24

monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping

daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Nikotin

dan CO pada rokok selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga

mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga

merugikan kerja miokard. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis

dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain

menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan

adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,

kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama

jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian

tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat

timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh

darah. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin,

menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh

termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,

mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis

(pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian,

CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah,

sehingga mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, CO, dan bahan-

bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam

pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah.

http://mawar-putri-julica.blogspot.com/2009/05/mekanisme-radikal-

bebas-dalam-rokok_04.html.
25

h. Kurangnya aktifitas fisik (olah raga)

Ketidak aktifan fisik meningkatkan resiko penyakit jantung koroner

(CHD) yang setara dengan hiperlipidemia atau merokok, dan seseorang

yang tidak aktif secara fisik memiliki resiko 30-50% lebih besar untuk

mengalami hipertensi. Selain meningkatkanya perasaan sehat dan

kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang

teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL_C,

menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya

frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen

miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia Price,

2005).

i. Penyakit lain penyebab hipertensi adalah :

1) Kolesterol tinggi

Kadar kolesterol sejenis lemak dalam darah yang tinggi akan

meninggkatkan pembentukan plak dalam arteri (aterosklerosis)

sehingga menyebabkan arteri menyempit dan sulit

mengembang. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah

(Sheps,2005. Dalam Viosta, 2008).

2) Diabetes

Terlalu banyak gula dalam darah akan merusak organ dan

jaringan sehingga terjadi aterosklerosis, penyakit ginjal dan

penyakit arteria koronaria semua penyakit ini mempengaruhi

tekanan darah (Sheps,2005. Dalam Viosta, 2008).


26

Komplikasi makrovaskular timbul timbul terutama akibat

arterosklerosis. Pada penderita diabetes, terjadi kerusakan pada

lapisan endotel arteri. Kerusakan dapat disebabkan langsung

oleh tingginya kadar glukosa dalam darah, metabolit glukosa,

atau tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering

dijumpai pada pasien-pasien diabetes. Akibat kerusakan tersebut

permeabilitas sel endotel meningkat sehinggga molekul-molekul

yang mengandung lemak masuk ke arteri. Kerusakan sel endotel

akan mencetus reaksi imun dan peradangan sehingga akhirnya

terjadi pengendapan trombosit trombosit , makrofag, dan

jaringan fibrosa. Sel-sel otot polos berproliferasi. Penebalan

dinding arteri menyebabkan hipertensi, yang semakin merusak

sel-sel endotel ( Elizabeth J. Corwin, 2000).

3) Gagal jantung

Keadaan dimana otot jantung rusak atau melemah hal ini

disebabkan serangan jantung, jantung harus bekerja lebih berat

untuk memompa darah. Hipertensi yang tidak terkndali

menuntut jantung yang lemah untuk bekerja lebih keras

(Sheps,2005. Dalam Viosta, 2008).

4) Hiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan

kadar lemak darah. Keadaan ini bisa memicu dan mempercepat

proses perusakan dinding arteri. Biasanya dihubungkan dengan

risiko terjadinya aterosklerosis atau penyakit jantung koroner,


27

dan kadang kadang disertai kelainan lain seperti xantomatosis

dan pankreatitis (Sjaifoellah,2000. Dalam Viosta, 2008).

6. Tanda Dan Gejala Klinis

Menurut Sylvia Anderson (2005) gejala hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk.

b. Sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing.

c. Dada berdebar-debar.

d. Lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.

Gejala hipertensi yang sering ditemukan adalah sakit kepala,

epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur,

mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2001).

7. Komplikasi Hipertensi

hipertensi yang tidak mendapat perawatan dan sudah berlangsung

dalam waktu yang lama akan menimbulkan komplikasi. Berikut ini

komplikasi dari hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2000):

a. Stroke

Stroke dapat terjadi perdarahan di otak, atau akiban embolus

yang terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan

tinggi. Stroke depat terjadi pada hipertensi kronik apabila ateri-ateri

yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya

berkurang. Ateri-ateri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah dan kehilangan elastisitas sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya anuerisma.


28

b. Infak Miokardium

Infak miokardium dapat terjadi apabila ateri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran

darah melalui ateri koroner. Karena hipertensi koronik dan hipertrifi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung dan peningkatan pembentukan pembekuan darah.

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus.

Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,

protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid

plasma berkurang menyebabkan edema yang sering dijumpai pada

hipertensi kronik.

d. Ensefalopati

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada

kelainan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan kedalam ruang interstitium di seluruh susunan saraf


29

pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta

kematian.

8. Penatalaksanaan

Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan

pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal

biasanya adalah merubah gaya hidup penderita (Lim. 2009):

a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan

dianjurkan untuk menurutnkan berat badannya sampai batas ideal.

b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang

dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya

(disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup)

dan mengurangi alkohol.

c. Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial

tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya

terkendali. Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan

untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur

adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL_C,

menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya

frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen

miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia

Price, 2005).

d. Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jantung dan

sirkulasi darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.


30

e. Pemberian obat-obatan:

1) Diuretik thiazide biasaanya merupakan obat pertama yang

diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal

membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan

diseluruh tubuh sehingga menurutnkan tekanan darah. Diuretik

juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik

menyebabkan hilangnya kalium melalui air, sehingga harus

diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.

2) Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri

dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol,

yang mengambat efek system saraf simpatis. System saraf

simpatis adalah system saraf yang dengan segera akan

memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan

tekanan darah.

3) Angiotensin Conferting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)

menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan

arteri.

4) Angiotensin II Blocker menyebabkan penurunan tekanan darah

dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah

dengan mekanisme yang benar-benar berbeda.

6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.

Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan

terhadap obat anti hipertensi lainnya.


31

7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan

obat yang menurutnkan tekanan darah tinggi dengan segara.

Beberapa obat bisa menurutnkan tekanan darah dengan cepat dan

sebagian besar diberikan secara intravena:

a) Diazoxide

b) Nitroprusside

c) Nitroglycerin

d) Labetalol

Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang

sangat cepat dan bisa diberikan per-oral, tetapi obat ini bisa

menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi

secara ketat.

9. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pemeriksaan labrotorium rutin yang dilakukan sebelum memulai

terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ resiko lain atau

mencari penyebab hipertensi sebagai tambahan dapat dilakukan

pemeriksaan lain seperti kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat,

kolesterol/LDL, TSH, EKG dan CT-Scan, foto rontgen, dan glukosa.

B. Senam Jantung Sehat

1. Olahraga Senam Jantung Sehat

Jantung manusia bekerja keras setiap hari. Ia harus memompa

darah ke seluruh tubuh selama 24 jam nonstop. Ketika pembuluh darah

tersumbat oleh kolesterol atau lemak, kerja jantung makin berat. Darah
32

mungkin tak mengalir lancar ke dalam tubuh. Akibatnya, timbul penyakit

stroke, jantung koroner, dan penyakit pembuluh darah lain.

Pada usia lanjut, kemampuan jantung jauh berkurang dibanding

saat muda. Perawatan jantung perlu dilakukan agar kerjanya tetap optimal.

Salah satu caranya adalah rutin mengikuti senam jantung sehat (SJS).

Senam Jantung Sehat adalah olahraga yang disusun dengan selalu

mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan

sendi, serta upaya memasukkan oksigen sebanyak mungkin (Senam

Jantung Sehat Seri I, 2003).

Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan untuk

mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah

meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL_C, menurunnya

tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut

jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan

menurunnya resistensi insulin (Sylvia Price, 2005).

Senam jantung sehat terdiri dari 5 seri, dimana setiap seri

dibedakan dari gerakan dan intensitas latihan. Senam jantung sehat seri I,

berbeda dengan senam jantung sehat seri II, III, IV, maupun seri V,

dimana semakin besar seri, beban latihan semakin tinggi. Seri II dapat

dilakukan jika sudah mampu melakukan senam seri I, begitu juga

seterusnya.

Melakukan senam jantung sehat perlu pengamanan berbentuk

sederhana hanya menghitung denyut nadi tetapi kegunaannya sangat

bermanfaat. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan umur. Rumus yang


33

mudah yakni rumus 200 yaitu 200 dikurangi umur. Itulah nadi maksimal

yang boleh dilakukan sewaktu melaksanakan latihan.

2. Program Olahraga Jantung Sehat

Dalam buku Petunjuk Senam Jantung Sehat (Seri I, 2003)

dinyatakan, bahwa program olahraga jantung sehat dalam pelaksanaan

latihannya haruslah disusun berdasarkan beberapa komponen, yaitu

sebagai berikut:

a. Umur

Dalam pelaksanaan latihan Senam Jantung Sehat harus dilakukan

pengelompokkan menurut umur. Hal ini dikarenakan kemampuan

individual dari masing-masing tingkatan umur tidaklah sama.

b. Jenis Kelamin

Program latihan untuk pria dan wanita haruslah berbeda.

c. Kapasitas Aerobik

Program latihan disesuaikan dengan kemampuan aerobic

perorangan. Adalah wajib mengukur kemampuan aerobic sebelum

melakukan program latihan.

d. Dosis Latihan

Olah karena kemampuan setiap orang tidak sama, maka dosis

perorangan harus sesuai dengan kemampuannya, serta diberikan

pada daerah aman, artinya tidak membahayakan, tetapi tetap

memberi manfaat.
34

e. Program Berencana

Oleh karena olahraga Senam Jantung Sehat mempunyai target

sasaran, maka program latihan haruslah direncanakan bertahap,

yang akhirnya mencapai taraf pemneliharaan. Secara singkat

program latihannya mengikuti pola: program awal, program

kondisi, program pemeliharaan. Di dalam upaya mencapai sasaran

tersebut, untuk tahap pertama, semua anggota diarahkan mampu

menyelesaikan program dasar, atau program aerobic sederhana

sebagai inti, yaitu :

1) Butir 1 : Jalan kaki 6,4 km dalam waktu 1 jam

Program dasar butir (1) yaitu jalan kaki 1 jam, harus

menjadi program latihan dasar yang harus dikuasai para

anggota, sebelum anggota tersebut meneruskan program

butir (2) atau butir (3). Di samping itu, program (1) sudah

cukup baik untuk para anggota yang berusia 50 tahun ke

atas, maupun yang mempunyai kelebihan berat badan atau

obesitas.

2) Butir 2 : Jogging atau jalan diselingi lari 4,8 km dalam

waktu 30 menit

Para anggota yang telah mampu melaksanakan program

butir (1) serta usianya 40 tahun sampai 49 tahun, dapat

mencoba program butir (2) yaitu jogging (bila syarat-syarat

untuk itu dipenuhi). Untuk yang berusia di bawah 40 tahun,

jelas program butir (2) harus pula dikuasai atau ditargetkan.


35

3) Butir 3 : Lari 3,2 km dalam waktu 20 menit.

Para anggota yang telah menyelesaikan program butir (2)

serta usianya di bawah 30 tahun, dapat meningkatkan

program latihan butir (3) yaitu lari 3,2 km dalam waktu 16

20 menit.

Dengan demikian, setiap orang yang ingin berolahraga Jantung

Sehat dapat melakukan programnya sesuai dengan umur dan

kemampuannya.

Di samping itu harus menguasai teknik-teknik dasar Senam

Jantung Sehat, seperti:

1) Menghitung denyut nadi secara tepat dan terampil

2) Mengusai teknik peregangan/pemanasan/pendinginan

3) Menguasai senam kelentukan yang benar

4) Menguasai teknik jalan, jogging atau lari dengan benar sesuai

program latihan yang dipilih atau peruntukkannya

5) Mengetahui dosis/takaran latihan bagi dirinya secara tepat

6) Mengetahui kapan olahraga harus dihentikan

7) Mampu mengenali dan mengatasi bahaya/kegawatan

(SJS seri 1, 2003).

Senam Jantung Sehat yang telah dilakukan diharapkan akan

mempunyai nilai tambah dalam bentuk pengetahuan sehingga

menghasilkan sikap yang baik, seperti:

a. Tidak merokok

b. Menjaga keseimbangan tinggi dan berat badan


36

c. Menjaga dan mengatasi faktor resiko lainnya yang ada, seperti

kadar lemak dalam darah/kolesterol, tekanan darah tinggi,

diabetes militus

d. Menjaga keseimbangan antara anggota dan sesama manusia

e. Selalu taat menjalakan agamanya, sehingga mencapai

ketentraman lahir dan batin.

Untuk mengetahui apakah seseorang dapat dikatakan telah berhasil

mencapai program latihan, dapat dipakai bebrapa tolok ukur atau

parameter, antara lain sebagai berikut:

1) Program latihan tercapai

2) Berat dan tinggi badan seimbang

3) Tekanan darah normal atau terkendali

4) Denyut nadi istirahat semakin bertambah lambat (relatif

bradikardi)

5) Keluhan semakin hilang

6) Jumlah hari sakit berkurang

7) Faktor resiko hilang atau terkendali

8) Tingkat kesegaran jasmani baik.

3. Rangkaian Gerak Senam Jantung Sehat

Untuk melatih jantung, maka setiap rangkaian gerakan haruslah

mampu meningkatkan beban latihan agar dosis latihan/denyut nadi/jantung

terpelihara. Selama berolahraga, gerakkan harus tetap dijaga. Sikap kaki

berjalan, seperti jalan di tempat atau mengangkat kaki dilakukan secara

sambung menyambung, di samping gerakan anggota tubuh lainnya.


37

Bagi anggota yang lebih muda, gerakan jalan di tempat dapat

ditingkatkan menjadi lari di tempat atau mengangkat kaki lebih tinggi,

misalnya untuk usia 30 tahun ke bawah atau usia 40 tahun tetap berlatih.

Untuk anggota yang lebih tua, usia 50 tahun ke atas, gerakan jalan di

tempat cukup memacu jantung agar mencapai sasaran. Tinggi kaki

disesuaikan dengan hasil latihan, bisa lebih rendah atau lebih tinggi.

Gerakan yang dilakukan pada setiap persendian, hendaklah diikuti

dengan benar dan sungguh-sungguh agar hasil kerja otot memmberikan

efek optimal, serta mampu mengoreksi sikap dan gerak yang salah.

Akhirnya akan mampu meningkatkan kecepatan gerak sehingga tercapai

gerakan yang berkualitas. Pada akhir gerakan Senam Jantung Sehat,

sengaja ada pemcuan denyut jantung dengan menambah beban latihan,

agar dosis latihan/denyut jantung latihan tercapai.

Intensitas latihan Senam Jantung Sehat berbeda tiap seri, seperti:

1. Seri II

a. Latihan peregangan / pemanasan :

1) Ketukan musik 115 ketukan / menit

2) Lamanya 3 menit 40 detik

b. Latihan Inti :

1) Ketukan musik 130 ketukan / menit

2) Lamanya 6 menit 22 detik

c. Latihan pendinginan / penenangan.

1) Ketukan musik 110 ketukan / menit

2) Lamanya 2 menit 21 detik


38

2. Seri III

a. Latihan peregangan / pemanasan :

1) Ketukan musik 125 ketukan / menit

2) Lamanya 3 menit 40 detik

b. Latihan Inti :

1) Ketukan musik 140 ketukan / menit

2) Lamanya 6 menit 22 detik

c. Latihan pendinginan / penenangan.

1) Ketukan musik 115 ketukan / menit

2) Lamanya 2 menit 21 detik

3. Seri IV

a. Latihan peregangan / pemanasan :

1) Ketukan musik 130 ketukan / menit

2) Lamanya 6 menit

b. Latihan Inti :

1) Ketukan musik 145 ketukan / menit

2) Lamanya 12 menit

c. Latihan pendinginan / penenangan.

1) Ketukan musik 120 ketukan / menit

2) Lamanya 4 menit 30 detik

4. Seri V

a. Latihan peregangan / pemanasan :

1) Ketukan musik 125 ketukan / menit

2) Lamanya 4 menit 57 detik


39

b. Latihan Inti :

1) Ketukan musik 135 ketukan / menit

2) Lamanya 9 menit 29 detik

c. Latihan pendinginan / penenangan.

1) Ketukan musik 125 ketukan / menit

2) Lamanya 2 menit 50 detik

4. Petunjuk Pelaksanaan Senam Jantung Sehat

Sedangkan prinsip dasar pelaksanaan gerak dari Senam Jantung

Sehat baik itu seri I. II, III, IV maupun V adalah melalui tahapan latihan

sebagai berikut:

a. Sikap Sempurna

Sikap sempurna adalah berdiri tegak, kedua tumit rapat, ujung jari

terbuka selebar kepalan tangan 5 (lima) titik, mulai dari telinga, bahu,

pinggul, lutut dan mata kaki merupakan satu garis lurus, tegak lurus

dengan lantai. Pandangan lurus ke depan dan kedua lengan lurus di

samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam, jari-jari tangan

rapat di samping badan serta tangan tidak dikepal. Siap untuk

olahraga.

b. Berdoa

Berdoa dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing-

masing, semoga olahraga yang segera dilakukan memberi manfaat

kekuatan dan kesehatan lahir dan batin. Pusatkan pikiran dan perasaan

dalam suasana gembira. Setelah aba-aba berdoa mulai tundukkan

kepala dan setelah aba-aba berdoa selesai kepala kembali tegak.


40

c. Menghitung Denyut Nadi

Menghitung denyut nadi dilakukan dengan cara jari telunjuk dan jari

tangan kanan meraba nadi radialis lengan kiri (pergelangan tangan

kiri) selam 10 (sepuluh) detik dan jumlahnya dikalikan 6, berarti nadi

satu menit, dengan sikap dua pergelangan tangan satu jengkal di

depan dada menghadap ke dalam. Ada beberapa macam cara

penghitungan denyut nadi, yaitu:

1) Denyut nadi istirahat, biasanya tidak melebihi 100 kali per menit

2) Denyut nadi pemanasan, biasanya tidak melebihi 120 kali per

menit

3) Denyut nadi latihan:

(a) Minimal = (3/4 x nadi maksimal) per menit

(b) Optimal = (nadi maksimal - 10) per menit

(c) Maksimal = (200 umur) per menit.

Gerakan senam jantung sehat Seri I:

1. Gerakan Pemanasan :

a. Gerakan I :

- Menundukkan kepala

- Memiringkan kepala ke kanan

- Memiringkan kepala ke kiri

b. Gerkan II :

- Mengangkat bahu kanan

- Mengangkat bahu kiri

- Mengangkat kedua bahu


41

c. Gerakan III

- Saling menekan kedua telapak tangan

- Menarik jari-jari kedua tangan

d. Gerakan IV

- Memutar badan ke kanan

- Memutar badan ke kiri

e. Gerakan V

- Menarik kedua bahu

- Merentangkan kedua lengan kesamping

f. Gerkan VI

- Memiringkan sisi tubuh ke kanan

- Memiringkan sisi tubuh ke kanan

g. Gerkan VII

- Memutar badan dan kaki ke kanan

- Memutar badan dan kaki ke kiri

h. Gerakan VIII

- Membungkukkan badan

i. Gerakan IX

- Melangkahkan kaki serong kanan

- Melangkahkan kaki serong kiri

j. Gerkan X

- Mengangkat kaki kanan

- Mengangkat kaki kiri


42

k. Gerakan XI

- Menekuk kaki kanan ke belakang

- Menekuk kaki kiri ke belakang

2. Gerakan Inti :

a. Gerakan I :

- Jalan di tempat

b. Gerkan II :

- Menundukkan dan menegakkan kepala

- Memiringkan kepala kesamping kanan dan kiri

c. Gerakan III

- Memutar bahu ke depan

- Memutar bahu kebelakang

d. Gerakan IV

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan,

ke atas, lalu rentangkan

e. Gerakan V

- Mendorong lengan ke depan

- Mendorong lengan ke samping

f. Gerkan VI

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan,

ke atas, lalu rentangkan

g. Gerkan VII

- Merenggutkan dan merentangkan tangan


43

- Mengangkat kedua lengan ke atas dan kaki

kanan/kiri kebelakang

h. Gerakan VIII

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan,

ke atas, lalu rentangkan

l. Gerakan IX

- Memutar badan ke samping kanan dan kiri

- Membungkuk badan serong ke kanan dan ke kiri

m. Gerkan X

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan,

ke atas, lalu rentangkan

n. Gerakan XI

- Mengangkat lutut kanan dan kiri

- Mengayun kaki ke kanan dan ke kiri

o. Gerakan XII

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan,

ke atas, lalu rentangkan

p. Gerakan XIII

- Mengayun kedua lengan ke atas kanan dan kiri

- Mengayun kedua lengan ke samping kanan dan

kiri belakang

q. Gerakan XIV

- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan,

ke atas, lalu rentangkan


44

r. Gerakan XV

- Lari di tempat

s. Gerakan XVI

- Lari di tempat sambil mengayun kedua kaki

kanan dan kiri ke depan bergantian

t. Gerakan XVII

- Lari di tempat sambil menekuk kaki kanan dan

kiri ke belakang bergantian

u. Gerakan XVIII

- Lari di tempat mengangkat lutut ke depan, sambil

mengangkat kedua lengan lurus sejajar ke depan

dan keatas

v. Gerakan XIX

- Lari di tempat dan menepuk tangan di atas kepala

w. Gerakan XX

- Lari di tempat dan rentangkan tangan ke depan,

ke atas, lalu rentangkan, menarik nafas

3. Gerakan pendinginan :

a. Gerakan I :

- Membuka kaki kanan selebar bahu dan

membungkuk

b. Gerakan II :

- Memutar badan dan kaki ke samping kanan dan

kiri
45

c. Gerakan III :

- Memutar badan ke kanan dank e kiri

d. Gerakan IV :

- Meluruskan lengan dan kaki

5. Pengaruh senam jantung terhadap kardiovaskular

Olah raga meningkatkan jumlah darah yang di pompa setiap

menitnya oleh jantung khususnya ventrikel kiri. Dengan peningkatan

jumlah darah yang dipompa berarti jumlah oksigen yang beredar ke

seluruh tubuh juga meningkat. Seluruh sel, jaringan dan sistem dalam

tubuh membutuhkan zat-zat gizi dan oksigen untuk pertumbuhan

fungsinya. Adapun zat-zat gizi dan oksigen yang dibutuhkan tersebut

berada dalam darah. Sehingga apabila zat-zat gizi dan oksigen dan jumlah

darah yang dibutuhkan oleh sel, jaringan, dan sistem tubuh meningkat,

maka pertumbuhan dan fungsinya akan meningkat. Hal ini menyebabkan

sel, jaringan ,dan sistem tubuh kita dapat dipertahankan dalam kondisi

yang optimal (Werdani.2005).

Jumlah darah yang di pompa jantung bergantung pada jumlah

darah vena yang kembali ke jantung (venous return). Jantung akan

memompa darah bila ada darah vena yang kembali ke jantung. Selama

aktivitas, terjadi kontraksi otot, difusi oksigen-karbondioksida di paru dan

kontriksi vena, yang kesemuanya mengakibatkan peningkatan jumlah

darah vena yang kembali ke jantung.

Perubahan kardiovaskuler selama olahraga diantaranya terjadi

(Sherwood, 2001):
46

a. Peningkatan kecepatan denyut vaskuler : terjadi akibat peningkatan

aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis pada nodus

SA.

b. Peningkatan aliran balik vena : terjadi akibat vasokontriksi vena yang

diinduksikan oleh saraf simpatis serta peningkatan aktivitas pompa

otot rangka dan pompa respirasi.

c. Peningkatan volume sekuncup : terjadi akibat peningkatan aliran balik

vena melalui mekanisme Frank-Starling (kecuali apabila waktu

pengisian berkurang secara bermakna akibat tingginya kecepatan

denyut jantung) dan akibat peningkatan kontraktilitas miokardium

yang distimulasikan oleh saraf simpatis.

d. Curah jantung meningkat : terjadi akibat peningkatan kecepatan

denyut jantung dan volume sekuncup.

e. Aliran darah ke otot rangka aktif dan otot jantung meningkat ; terjadi

akibat vasodilatasi arteriol yang dikontrol secara lokal, yang diperkuat

oleh efek vasodilatasi epinefrin dan kalahnya efek vasokontriksi

simpatis yang lebih lemah.

f. Aliran darah ke otak tidak berubah : terjadi karena stimulasi simpatis

tidak berefek pada arteriol otak; mekanisme kontrol lokal

mempertahankan aliran darah ke otak tetap konstan apapun

keadaannya.

g. Aliran darah ke kulit meningkat : terjadi karena pusat kontrol

hipotalamus menginduksi vasodilatasi arteriol kulit; peningkatan

aliran darah kulit membawa panas yang dihasilkan oleh otot yang
47

berolahraga ke permukaan tubuh, sehingga panas dapat disalurkan ke

lingkungan luar.

h. Aliran darah ke saluran pencernaan, ginjal, dan organ lain menurun :

terjadi akibat vasokontriksi arteriol yang diinduksikan oleh saraf

simpatis secara umum.

i. Resistensi perifer total menurun : terjadi karena resistensi di otot-otot

rangka, jantung, dan kulit menurun dengan tingkat yang lebih besar

daripada peningkatan resistensi di organ-organ lain.

j. Tekanan darah arteri rata-rata meningkat (sedang) : terjadi karena

curah jantung meningkat lebih besar daripada penurunan resistensi

perifer total.

Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi menjadi dua

yakni adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian

tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan. Adaptasi kronik merupakan

hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik.

Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal

ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian dari alat atau

organ tubuh berbantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban,

lamanya, cara melakukan, dan jumlah organ yang terlibat selama kerja

fisik. (Syah, 2009. http://rosy46nelli.wordpress.com/2009/12/08/adaptasi-

fisiologiovertraining-kardiovaskular/).

Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah

menghantar darah ke jaringan yang aktif termasuk oksigen dan nutrien dan

mengangkat produk metabolik dari jaringan tersebut ke alat ekskresi.


48

Untuk melakukan tugas tersebut ada paramter yang bisa digunakan yakni

frekuensi denyut jantung yang merupakan parameter sederhana yang

mudah diukur dan cukup informatif unutk faal kadiovaskuler. Pada

keadaan istirahat denyut jantung berkisar anatara 60-80 permenit. Hal ini

mudah di deteksi dengan cara palpasi meupun menggunakan alat seperti

pulse meter. Cardiac monitoring dan sebagainya, tempat pengukuran dapat

di radialis carotis dan pada aspek jantung sendiri.

Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat

berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri

meningkat lebih tinggi dari posisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek

grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang

selanjutnya mengurangu jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah

jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat, curah jantung

adalah frekuensi denyut jantung dikali isi sekuncup. Sebelum seseorang

melakukan gerak fisik, frekuensi denyut jantung prakerja meningkat di

atas nilai pada keadaan istirahat. Hal ini merupakan refleks anticipatory

yang mungkin melalui sekresi catecholamihne dari medula kelenjar

adrenal.

Begitu kerja fisik dimulai, frekuensi denyut jantung segera

meningkat. Terdapat hubungan linier antara frekuensi denyut jantung

dengan intensitas kerja. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh

frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sama.

Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung

tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi


49

maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung

yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia. (frekuensi

maksimal denyut jantung = 220 usia dengan standar deviasi 10

denyut).

Respons terhadap latihan fisik yang melibatkan kontraksi otot

mengakibatkan peningkatan isi sekuncup. Selain itu terjadi penurunan

netto resistensi perifer total akibat vasodilatasi dalam otot-otot yang

berolahraga. Akibatnya tekanan darah sistolik hanya meningkat secara

sedang, sementara tekanan diastolik biasanya tidak berubah atau turun

(Sherwood, 2001).

Terjadinya peningkatan mencolok alir balik vena, walaupun

peningkatan ini bukan merupakan penyebab utama peningkatan curah

jantung. Aliran balik vena meningkat akibat peningkatan aktivitas otot

dam pompa thoraks; akibat mobilisasi darah visera; akibat peningkatan

tekanan darah yang disaluran melalui arteriol yang melebar ke vena; akibat

vasokontriksi yang diperantarai oleh saraf andrenergik, yang menurunkan

volume darah dalam vena. Jumlah darah yang dimobilisasi dari pembuluh-

pembuluh otot tetap berdilatasi dalam periode singkat. Namun tekanan

darah akan segera kembali ke tingkat latihan pra latihan fisik. Kecepatan

denyut jantung kembali ke normal lambat (Ganong, 2001).

Perbedaan antara kelompok yang beraktivitas dan tidak beraktivitas

adalah pada sistem transport oksigen dan jumlah darah yang dipompa

jantung (stroke volume). Sistem transport oksigen dan jumlah darah yang
50

dipompa jantung pada kelompok yang beraktivitas akan lebih banyak

dibandingkan dengan anggota yang tidak beraktivitas (Werdani.2005).

Olah raga yang dilakukan 3x per minggu dengan durasi total 90

menit, akan menurunkan tekanan darah sistol sebesar 10 mmHg dan

tekanan darah diastole sebesar 7 mmHg. Besarnya penurunan ini tidak

banyak berbeda dengan melakukan olah raga 7x per minggu dengan durasi

total 210 menit, yang dapat menurunkan tekanan darah sistol 12 mmHg,

dan tekanan darah diastole 7 mmHg.


51

Skema 2. 2.
Adaptasi Tekanan Darah Terhadap Olahraga Senam Jantung Sehat
Olah raga senam jantung sehat

Pe kebutuhan energi oleh sel, jaringan & organ tubuh

Pe aktivitas penafasan Pe aktifitas otot rangka

pe Efek pengisapan Kontrol metabolik


Pe aliran lokal
Aktivitas jantung
balik vena
saraf
simpatis
dan
Vasodilatasi arteriol
efrinefrin
di otot rangka dan
otot jantung
Pe volume sekuncup

Pe resistensi perifer total


Kecepatan otot rangka dan otot
denyut Pe curah jantung jantung
jantung me

Tekanan darah arteri me sedang

Fase istirahat

Pe aktivitas penafasan Pe aktifitas otot rangka

Pe Aktivitas saraf simpatis dan efrinefrin


pe aktivitas saraf parasimpatis

Kecepatan denyut jantung me, volume sekuncup me, dan


vasodilatasi arteriol dan vena

Pe Curah jantung dan Pe resistensi perifer total

Pe tekanan darah
Sumber : Sherwood
52

C. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan tentang hipertensi,

terutama tentang pengaruh senam jantung sehat terhadap hipertensi antara

lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Herlina Kusuma Utami dengan judul

hubungan antara kesegaran jasmani dengan tekanan darah pada karang

taruna tunas harapan usia 20-39 tahun di bulakrejo sragen tahun 2007.

Sampel yang diambil sejumlah 50 orang dengan teknik purposive

sampling. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar

responden berada dalam tingkat kesegaran jasmani baik 58%, sedang 34%,

dan buruk 8%. Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan ada 68%

responden memiliki tekanan darah normal, perbatasan 24% dan hipertensi

8%. Dari uji statistic didapatkan nilai rs = 0,408.

2. Penelitian dilakukan oleh Retno Asti Werdhani dengan judul Hubungan

Frekuensi Dan Keteraturan Senam Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Pada Anggota Klub Jantung Sehat Pondalisa, Jakarta Tahun 2000-2005.

Penelitian dilakukan dengan studi kohort retrospektif dengan

menggunakan data yang terdapat pada buku anggota KJS pondalisa.

Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 132 orang. Dari hasil penelitian

didapatkan hasil penurunan tekanan darah pada 32,58% dengan rata-rata

penurunan tekanan darah sistol/diastole sebesar 6mmHg/4mmHg yang

dapat dipertahankan minimal selama 1 bulan. Efek frekuensi senam

2x/mnggu terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 1 %,

dibandingkan dengan frekuensi senam <2x/mnggu. Efek senam teratur 9-


53

15 mnggu berturut-turut terhadap tekanan darah meningkat 36%

dibandingkan dengan senam, teratur 8 mnggu berturut-turut. Dari hasil

penelitian disimpulkan efek frekuensi senam 2x/mnggu terhadap

penurunan tekanan darah tidak berbeda dengan efek frekuensi senam

<2x/mnggu. Efek keteraturan senam 9-15 minggu berturut-turut terhadap

penurunan tekanan darah lebih besar dibandingkan dengan efek frekuensi

senam 2x/mnggu. Hal ini menunjukkan pentingnya mempertahankan

keteraturan senam untuk mendapatkan hasil penurunan tekanan darah yang

lebih baik. Manfaat penurunan tekanan darah pada frekuensi senam

2x/mnggu didapatkan bila dilakukan selama 9-15 mnggu berturut-turut.

Walaupun senam sudah dilakukan secra teratur sampai dengan 15 minggu

berturut-turut bila dilakukan dengan frekuensi < 2x/mnggu tidak

didapatkan penurunan tekanan darah.

3. Penelitian dilakukan oleh Dita Anggara Kusuma dengan judul Pengaruh

Aktivitas Fisik Submaksimal selama 30 Menit terhadap Perubahan

Tekanan Darah Pada Orang Sehat. Subjek penelitian ini adalah 50 laki-

laki yang berumur antara 15-35 tahun. Metode penelitian yang digunakan

adalah penelitian eksperimental dimana subjek akan diberi beban kerja

pada kapasitas submaksimal selama 30 menit dan diukur perubahan

tekanan darahnya tiap 3 menit. Penelitian dilakukan terhadap 50 subjek

yang berusia 15-35 tahun dan sehat berdasarkan kriteria PAR-Q (physical

Activity Readiness Questionnare). Didapat hasil data yang diperoleh

kemudian dianalisis menggunakan program SPSS dengan metode one-way

ANOVA. Analisa hasil probabilitas, nilai F hitung sistolik adalah 1.040


54

dengan p= 0.408,sedangkan nilai F hitung diastolic adalah 1.318 dengan

p= 0.217. hipotesis yang berlaku adalah apabila p > 0.05 maka Ho diterima

atau rata-rata sistolik maupun diastolik tidak berbeda secara nyata.

Kesimpulannya tidak ada perbedaan yang signifikan pada perubahan

tekanan darah selama subjek melakukan aktivitas fisik submaksimal

selama 30 menit.

D. Kerangka Teori

Skema 2. 3

Factor-faktor resiko
hipertensi :
1. Faktor genetic
( riwayat keluarga)
Kejadian Hipertensi Tekanan darah
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Etnis
5. Obesitas
Penatalaksanaan:
6. Pola asupan garam
1. Medis
dalam diet
2. Non medis atau
7. Merokok
modifikasi gaya
8. Kurangnya aktifitas
hidup (senam
fisik (olah raga)
jantung sehat)
9. Kolesterol tinggi
10. Diabetes
11. Gagal jantung
12. Hiperlipidemia

Anda mungkin juga menyukai