Anda di halaman 1dari 9

34

PERILAKU TOKOH KH. AHMAD DAHLAN


DALAM NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL

Fenty Windy Anurkarina


Indonesia Interactive Standard School Malang (IISSM)
fenty.windee@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan perilaku K.H. Ahmad Dahlan dalam novel Sang Pencerah karya Akmal
Nasery Basral yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga bisa dijadikan tolak ukur bagi segenap
masayarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis sosiologi sastra, sedangkan pendekatan
penelitiannya adalah kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Sumber datanya
berupa novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral, data dalam penelitin ini berupa satuan cerita dari
kutipan-kutipan yang sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian. Hasil penelitian ini sebagai berikut; (1)
perilaku tokoh K.H. Ahmad Dahlan yang berani dalam memberikan terobosan baru dalam sendi kehidupan. (2)
perilaku tokoh K.H. Ahmad Dahlan yang prinsipil dalam mempertahankan ide dan gagasannya. (3) perilaku
tokoh K.H. Ahmad Dahlan yang sabar dalam menghadapi segala cobaan.

Kata Kunci: perilaku, sabar, berani, dan prinsipil

Abstract: This study describes KH. Ahmad Dahlans behavior in the novel Sang Pencerah by Akmal Nasery
Basral associated with everyday life, so it becomes a reflection of the people. This study uses the literary
sociology approach which is qualitative in nature. The method used in this study is descriptive analysis. The
source of data is the novel Sang Pencerah by Akmal Nasery Basral. The data are story units quoted in
accordance with the purpose and focus of the study. The findings are: (1) KH Ahmad Dahlans courageous
behavior in making break-through in aspects of life; (2) KH Ahmad Dahlans rigorous behavior in sustaining
his ideas; (3) KH Ahmad Dahlans enduring behavior in facing all kinds of conflicts.

Key words: attitude, enduring, courageous, and rigorous

PENDAHULUAN
novel biasanya bersifat fiksi, namun ada juga novel
Karya sastra tidak dapat dijauhkan dari aspek yang mengangkat tokoh nyata, misalnya tokoh sejarah
sosial kemasyarakatan, karena karya sastra dilahirkan ke dalam ceritanya, baik sebagai tokoh utama maupun
oleh suatu bagian masyarakat serta memberikan tokoh figuran. Jika tokoh sejarah itu menjadi tokoh
pengaruh yang besar pula pada masyarakat. Karya utama maka karya yang bersangkutan menjadi karya
sastra mengungkapkan kehidupan sosial melalui sejarah atau lebih tepatnya karya fiksi-sejarah
pengisahan cerita-cerita yang terjadi melalui (Nurgiyantoro, 2005: 170).
masyarakat. Maka dari itulah, membaca karya sastra Novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery
memperluas wawasan pembaca tentang cerminan Basral menceritakan tentang lika-liku kehidupan dan
budaya dan kehidupan sosial dari suatu masyarakat perjalanan KH. Ahmad Dahlan dalam mendirikan
yang dibuat oleh pengarang. organisasi Muhammadiyah. Novel Sang Pencerah
Karya sastra terdiri dari puisi, drama, dan naratif ditulis oleh Akmal Nasery Basral berdasarkan
(yang meliputi novel atau roman dan cerita pendek, skenario film berjudul sama karya sutradara Hanung
serta novelette) (Wiyatmi, 2006: 27). Ketiga jenis Bramantyo (2010). Namun, Akmal Nasery Basral
karya sastra tersebut memiliki pengisahannya masing- tidak sekadar memindahkan skenario ke dalam bentuk
masing, namun jenis karya sastra yang lebih novel (novelisasi) tetapi ia juga melakukan riset atau
menjelaskan tentang pengisahan kehidupan sosial penelitian mengenai KH. Ahmad Dahlan untuk
masyarakat adalah novel. Banyak aspek sosial melengkapi bahan penulisannya, sehingga terciptalah
masyarakat yang dapat diangkat menjadi sebuah satu novel yang merekam semua tindak tanduk,
novel, seperti kemiskinan, pendidikan, adat atau norma perjalanan, perjuangan, tak terkecuali pemikiran-
suatu kebudayaan daerah, kesenjangan strata sosial, pemikiran KH. Ahmad Dahlan.
termasuk riwayat hidup suatu tokoh masyarakat. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam
Sejarah merekam perubahan-perubahan zaman yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 18 Nopember
yang terjadi dengan tokoh-tokoh penting yang terlibat 1912 dengan KH. Ahmad Dahlan sebagai pelopor
di dalamnya. Pengangkatan tokoh dalam suatu karya sekaligus pendirinya. Dalam aspek sosial gerakan
34 1, Nomor 1, April 2015, hlm 34-42
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume
35
Muhammadiyah banyak memberikan kontribusi Basral. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah
pengembangan umat dan bangsa, misalnya, mendeskripsikan perilaku tokoh KH. Ahmad Dahlan
Muhammadiyah memelopori pendirian Panti Asuhan dalam novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery
dan Rumah Sakit. Bahkan Lembaga Haji (Badan Basral.
Penolong Haji) pun dirintis murid KH Ahmad Dahlan,
Haji Sujak yang mengusahakan usaha perkapalan METODE
untuk jemaah haji pada tahun 1921 (Selamet, 2007).
Sebagai tokoh besar, KH. Ahmad Dahlan tentu Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi
memiliki pemikiran besar pula yang pada akhirnya sasatra, jenis penelitian ini adalah kualitif. Metode yang
dapat mendobrak sistem keislaman masyarakat digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis.
Yogyakarta yang saat itu terlalu dibumbui oleh hal- Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa novel
hal yang berbau kejawen. Dalam setiap pemikiran- Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral, data
pemikiran yang muncul tersebut, terkandung banyak dalam penelitian ini berupa satuan cerita dari kutipan-
amanat yang dapat dipetik, antara lain amanat beliau kutipan yang sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian.
tentang syariat agama dan kehidupan sosial Teknik pengumpulan data meliputi; membaca secara
masyarakat, sehingga pembaca sebagai penikmat cermat dan berulang, mengidentifikasi, mencatat/memberi
sastra mampu memahami karakter KH. Ahmad kode, memeriksa atau menyeleksi, dan memasukan
Dahlan serta amanat-amanat yang ditinggalkannya data. Analisis data dalam penelitian ini mecakup;
untuk negeri dan kaum muslimin. interpretasi, analisis data dan peyimpulan data sesuai
Kreativitas pengarang dalam menceritakan tokoh dengan tujuan penelitian.
secara menarik merupakan faktor pendukung pula
mengapa novel Sang Pencerah ini menarik untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
diteliti. Kreativitas tersebut berkaitan dengan
Menurut Notoatmodjo (dalam Suparyanto, 2010),
bagaimana kisah hidup, pemikiran, pencitraan, dan
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
keteladanan KH. Ahmad Dahlan tersebut dapat diteliti.
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi yang dimaksud
Oleh sebab itu, pengarang tentu harus hati-hati dalam
perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
menceritakan sang tokoh.
aktivitas manusia yang mempunyai cakupan sangat
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Afianti
luas antara lain, berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
(2011) dalam skripsinya yang berjudul Nilai-Nilai
bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku
Pendidikan Islam yang Terkandung Dalam Novel
manusia tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat
Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral. Skripsi
adanya rangsangan (stimulus), baik dalam dirinya
tersebut meneliti nilai-nilai pendidikan Islam dalam
(internal) maupun dari luar individu (eksternal) (Sunaryo,
novel Sang Pencerah dan tujuan-tujuan pendidikan
dalam Suparyanto, 2010).
yang dapat dicapai dari nilai pendidikan Islam tersebut.
Bentuk perilaku tokoh yang diungkapkan
Penelitian serupa juga ditulis oleh Muhammad Arif
pengarang dapat dianalisis melalui teknik dramatik
Darmawan dalam skripsinya yang berjudul Studi
tingkah laku dan teknik dramatik reaksi tokoh
Terhadap Metode Pendidikan Islam KH. Ahmad
(Nurgiyantoro, dalam Rokhmansyah, 2010: 67).
Dahlan Dalam Novel Sang Pencerah pada tahun
Teknik tingkah laku merujuk pada tindakan yang
2010. Penelitian skripsi tersebut bertujuan untuk
bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan tokoh
mendeskripsikan dan menganalisis secara lebih dalam
dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat
tentang metode pengajaran pendidikan Islam KH.
dipandang sebagai hal yang menunjukkan reaksi
Ahmad Dahlan dan materi pelajaran agama Islam
tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-
yang disampaikan KH. Ahmad Dahlan dalam novel
sifat kediriannya. Hal tersebut dapat dilihat pada
Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral. Apabila
kutipan berikut.
dibandingkan dengan dua penelitian sebelumnya di
atas, maka penelitian yang dilakukan penulis merupakan Seperti yang sudah menjadi adat tradisi selama
penelitian yang berbeda karena dua penelitian tersebut ini, Kiai, jawab kakak iparku Mas Muhsin.
meneliti tentang nilai pendidikan dan metode pengajaran Nyadran dan Ruwahan. Kiai Kamaludiningrat
KH. Ahmad Dahlan, sedangkan penelitian ini mengkaji tersenyum senang. Alhamdulilah. Tidak ada
tentang perilaku tokoh KH. Ahmad Dahlan dalam masalah, kan, Kiai Muhsin?
novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral. Tidak, Kiai. Mas Muhsin melanjutkan.
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah Nyadran dan Ruwahan sudah kita persiapkan.
mendeskripsikan perilaku tokoh KH. Ahmad Dahlan Insya Allah bisa terlaksana dengan baik.
dalam novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery

Anurkarina, Perilaku Tokoh KH. Ahmad Dalam dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral
35
36
Alhamdulilah, bagus itu. Tolong disiapkan diungkapkan pengarang lewat tokoh Mas Noor yang
dengan teliti karena saya harus segera berkata ...karena jiwa mudanya yang masih
melaporkan anggarannya kepada Ngarsa Dalem. berkobar, Darwis harus agak menahan diri dalam
Jangan mendadak. menanyakan sesuatu, apalagi jika di depan
Baik, Kiai, Mas Muhsin menganggukkan publik..., hal ini menandakan dalam diri KH.
kepala. Insya Allah besok pagi sudah bisa saya Ahmad Dahlan terdapat semangat yang berkobar
serahkan ke rumah Kiai. katanya. Hadirin yang mendorongnya untuk berani melakukan sesuatu
lainnya mengangguk-anggukan kepala dengan yang dianggapnya benar. Kutipan lain yang juga
wajah puas, termasuk bapakku. mendukung perilaku berani KH.Ahmad Dahlan adalah
Tapi aku merasa harus bertanya, atau lebih saat adegan di mana dua orang calon muridnya
tepatnya menyatakan pendapat. Begitu memuji khutbah Jumat KH.Ahmad Dahlan yang
inginnya aku berkomentar, sampai-sampai aku sangat berani, seperti kutipan di bawah ini.
sudah tidak ingat lagi bahwa aku merupakan Assalamualaikum, Kiai, ujar mereka berdua
hadirin paling muda di rapat ini, dan biasanya dengan sopan. Waalaikumsalam warahmatullahi
selalu berdiam diri pada rapat-rapat sebelumnya. wabarakatuh. Ada apa ini? tanyaku.
Telunjukku teracung, minta waktu untuk bicara. Saya Daniel, dan ini adik saya Jazuli, ujar
Jamaah rapat kulihat tertegun, termasuk Mas anak yang lebih tua. Umur saya 15 tahun, dan
Muhsin dan bapakku yang menyimpan pertanyaan adik saya ini 13 tahun, Kiai.
besar di matanya.
Saya sangat terkesan pada khutbah Kiai, ujar
(SP-2010:82-83/AK/B.Per.T/Ber.1) Jazuli. Kiai sangat berani.
Kutipan di atas menerangkan bahwa KH. Ahmad Berani? Aku menaikkan alis, heran darimana
Dahlan memiliki perilaku yang berani, hal ini anak muda ini mendapatkan kesimpulan begitu.
dipertegas pada kutipan tapi aku merasa harus Betul, Kiai. Khutbah Kiai menurut kami sangat
bertanya, atau lebih tepatnya menyatakan berani. Apa Kiai tidak takut? Kali ini sang
pendapat... Telunjukku teracung, minta waktu kakak Daniel yang bicara.
untuk bicara, KH. Ahmad Dahlan sampai lupa
Takut sama siapa? tanyaku sambil menatap
bahwa ia adalah hadirin yang paling muda, yang
mata Daniel.
biasanya hanya boleh diam dan mengikuti keputusan
tetua-tetua yang sudah diambil. Hal ini didorong (SP-2010:177/AK/B.Per.T/Ber.3)
karena KH. Ahmad Dahlan tidak begitu setuju dengan Pengarang mengungkapkan lewat dialog Jazuli
dilaksanakannya adat Nyadran dan Ruwahan yang yang mengatakan, saya sangat terkesan pada
menurutnya hanya menyengsarakan rakyat pada khutbah Kiai ... Kiai sangat berani,. Dialog
zaman itu. Perilaku berani KH. Ahmad Dahlan juga Jazuli tersebut secara langsung menerangkan bahwa
dapat dilihat pada kutipan berikut. KH. Ahmad Dahlan sangat berani dalam berperilaku
Nasihat saya buat Darwis cuma satu saja, yang pada adegan ini tergambar lewat dialognya.
Kiai, jawab Mas Noor. Dia lalu menatapku. Keberanian KH. Ahmad Dahlan dalam berperilaku
Karena jiwa mudanya yang masih berkobar, juga tercermin saat sikapnya yang menantang pendeta-
Darwis harus agak menahan diri dalam pendeta Kristiani untuk berdiskusi tentang Islam dan
menanyakan sesuatu, apalagi jika di depan Kristen, berikut kutipan adegan tersebut.
publik. Apalagi di Makkah yang saya dengar Pembicaraanku yang lebih serius akhirnya bisa
belakangan ini cukup banyak anak muda agresif terjadi dengan Pendeta Bakker di Jetis, dan
yang sangat bersemangat untuk menghancurkan berlangsung 4-5 kali. Namun semakin lama
tradisi umat Islam di berbagai tempat. pembicaraan berlangsung, keadaannya justru
Aku mencoba merenungkan kata-kata Mas Noor, semakin berbelit-belit sehingga akhirnya untuk
yang tampaknya merujuk pada kejadian saat membuat pembicaraan tentang konsep-konsep
aku mempertanyakan soal Nyadran dan Ruwahan ketuhanan dan pengaruh agama bagi masyarakat
di depan Kiai Kamaludiningrat. Memangnya Jawa itu bisa lebih mendatangkan manfaat, aku
kalau mempertanyakan tradisi itu salah, ya, Mas usulkan sebuah tantangan kepadanya.
Noor? Bersediakah Bapak Pendeta agar kita sama-
sama keluar dari agama kita sekarang untuk
(SP-2010:116-117/AK/B.Per.T/Ber.2)
mencari ajaran mana yang lebih benar? Kalau
Kutipan di atas menerangkan perilaku berani ajaran Protestan yang Bapak yakini selama
yang dimiliki oleh KH. Ahmad Dahlan, seperti yang ini yang benar, saya bersedia dan ikhlas

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 34-42
37
untuk mengikuti keyakinan Bapak, ujarku Pengarang menggambarkan kutipan di atas dari
yang melihat ekspresi terkejut terpantul dari sudut pandang Walidah, terlihat pada kutipan tersebut
matanya. Tapi jika sebaliknya Bapak merasa Walidah sedang memperhatikan KH. Ahmad Dahlan
ajaran Islam yang benar, Bapak harus ikhlas yang sedang berdiskusi dengan para pemuda takmir,
juga untuk memeluk Islam, lanjutku. ucapan KH. Ahmad Dahlan yang berbunyi tradisi
Baik, Kiai Dahlan, akan saya pertimbangkan ya tradisi, tidak bisa dibarengkan dengan ajaran
tawaran diskusi seperti ini, katanya serius. Tapi agama, menunjukkan sikap prinsipilnya, di mana
ternyata itu menjadi pertemuan terakhir kami menurut KH. Ahmad Dahlan, agama tidak boleh
karena kemudian Pendeta Bakker selalu tak dicampuradukkan dengan tradisi. Cerminan perilaku
punya waktu lagi untuk bertemu denganku, prinsipil juga terkandung pada kutipan berikut.
sampai akhirnya kudengar dia sudah kembali ke Awalnya ini juga terasa dilematis bagiku. Jika
Belanda. aku memilih shalat dengan menghadap ke arah
(SP-2010:271-272/AK/B.Per.T/Ber.4) kiblat yang aku yakini, dan shalat itu aku lakukan
di rumah atau di Langgar Kidul, tentu tidak ada
Kutipan di atas menerangkan bahwa KH. Ahmad
masalah. Tapi jika aku lakukan seperti sekarang
Dahlan dengan berani menantang Pendeta Bakker
ini di Masjid Gedhe, sudah pasti akan menjadi
dengan taruhan murtad, sebagaimana dialog KH. Ahmad
tontonan dan pembicaraan semua orang. Namun
Dahlan yang berkata bersediakah Bapak Pendeta
jika aku sendiri tidak yakin terhadap apa yang
agar kita sama-sama keluar dari agama kita
kusampaikan pada malam sebelumnya, dan
sekarang untuk mencari ajaran mana yang lebih
memilih untuk mengikuti saf seperti jamaah lain
benar? Kalau ajaran Protestan yang Bapak yakini
yang baru aku protes malam sebelumnya, tidak
selama ini yang benar, saya bersedia dan ikhlas
akan pernah ada orang yang menganggap serius
untuk mengikuti keyakinan Bapak... Tapi jika
protesku itu. Sehingga dari dua pilihan
sebaliknya Bapak merasa ajaran Islam yang benar,
kemungkinan itu aku memutuskan untuk tetap
Bapak harus ikhlas juga untuk memeluk Islam,.
bertahan pada apa yang aku yakini benar,
Selain memiliki perilaku yang berani, KH. Ahmad
bukan mengikuti keinginan mayoritas yang
Dahlan juga memiliki perilaku yang sangat memegang
sudah aku yakini tidak benar.
teguh prinsip yang dianutnya (prinsipil), sebagaimana
(SP-2010:212-213/AK/B.Per.T/Prin.2)
yang dapat dilihat pada kutipan dialog berikut.
Tapi bukan hanya soal itu yang membuatku Kutipan dialog di atas menggambarkan adegan
senang. Di bagian lain serambi masjid, kulihat saat KH. Ahmad Dahlan menunaikan shalat subuh
Mas Darwis sedang duduk bersama sejumlah berjamaah dengan beberapa Kiai lainnya setelah
pemuda takmir. Mereka berdiskusi dengan suara mereka melakukan pertemuan pada malam
yang cukup jelas terdengar dari tempatku. sebelumnya untuk membahas tentang arah kiblat
Tradisi ya tradisi, tidak bisa dibarengkan masjid di Jawa yang kebanyakan keliru. Para Kiai
dengan ajaran agama, ujar Mas Darwis. tersebut menolak untuk mengganti arah kiblat,
Sekarang ini sudah makin banyak tradisi yang walaupun begitu, KH. Ahmad Dahlan tetap melakukan
masuk ke dalam ajaran agama kita. protes dengan shalat menghadap arah kiblat yang
benar, seperti dialognya yang berbunyi, ...aku
Wis, agama itu harus diajarkan dengan lemah
memutuskan untuk tetap bertahan pada apa yang
lembut, jawab seorang anggota takmir lainnya.
aku yakini benar, bukan mengikuti keinginan
Tradisi bisa menjadi cara yang baik untuk
mayoritas yang sudah aku yakini tidak benar..
menyampaikan ajaran agama.
Sifat prinsipilnya ini juga didorong oleh perilakunya
Tetapi itu berbahaya, sanggah Mas Darwis.
yang selalu teguh dalam mempertahankan
Bahaya bagaimana?
pendapatnya. Perilaku teguhnya ini dapat dilihat pada
Misalnya seperti padusan dan ruwatan kutipan berikut.
memasuki Ramadhan itu. Banyak masyarakat
Aku tidak antitradisi, Mas Noor. Aku hanya
yang menyangka wajib hukumnya melakukan
keberatan terhadap tradisi yang memberatkan
padusan dan ruwatan, sementara pada saat
rakyat tapi harus dilakukan atas nama agama.
bulan suci sekarang sendiri kalian lihat sendiri di
Karena kalau begitu caranya, bagaimana akal
pasar, banyak yang tidak puasa. Padahal justru
kita bisa menerima sebuah agama yang
puasa itu yang wajib dilakukan, bukan padusan,
memberatkan penganutnya sendiri?
kata Darwis.
(SP-2010:98/AK/B.Per.T/Prin.1) Kamu sudah terlalu banyak terpengaruh ajaran-
ajaran Afghani dan Abduh, Dahlan.

Anurkarina, Perilaku Tokoh KH. Ahmad Dalam dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral
37
38
Aku mengambil ajaran dari mana saja yang harus segera ditegakkan. Sikap teguhnya ini diperjelas
menurutku paling jelas dalilnya, Mas Noor, melalui pandangan Walidah yang digambarkan
bukan sekadar yang biasa dilakukan sebagai pengarang sebagai berikut.
tradisi belaka. Mas Noor sendiri tahu seruan- Maaf, Mas Noor, Walidah angkat bicara.
seruanku masih berada dalam ajaran mazhab Saya percaya Mas Dahlan punya alasan yang
Syafii untuk fiqih, dan ajaran-ajaran Al-Ghazali sangat kuat atas segala perbuatan dan ucapannya.
untuk tasawuf. Hampir tidak ada bedanya dengan Dia orang yang sangat hati-hati. Kita sudah tahu
sebagian besar keyakinan masyarakat Jawa. bagaimana Mas Dahlan sejak kecil. Bahkan
Yang jelas aku sudah menyampaikan amanat sebelum aku lahir, Mas Noor sudah lebih dulu
Kiai Penghulu, Dahlan. tahu dan mengenal baik Mas Dahlan, yang
Terima kasih, Mas Noor. Kalau Mas lebih dulu disebut-sebut Bapak akan menjadi
bertemu beliau, sampaikan salamku. pemimpin besar karena kecerdasan dan
(SP-2010:187-188/AK/B.Per.T/Teg.1) keteguhan sikapnya.
Idah, kalau Dahlan memang orang yang sangat
Kutipan di atas menceritakan tentang Mas Noor
hati-hati seperti kamu bilang, seharusnya dia
yang menyampaikan amanat dari Kiai Penghulu
tidak sampai melawan Kiai Penghulu secara
Kamaludiningrat tentang khutbah Jumat KH. Ahmad
terbuka, cecar Mas Noor.
Dahlan yang dianggap oleh Kiai Penghulu sangat
Melawan secara terbuka apa maksudnya, Mas?
meresahkan. Melalui percakapan yang panjang di
(SP-2010:238/AK/B.Per.T/Teg.3)
atas, dialog terakhir KH. Ahmad Dahlan yang berbunyi,
aku mengambil ajaran dari mana saja yang Kutipan di atas mengandung pernyataan jelas
menurutku paling jelas dalilnya... mencerminkan mengenai sikap teguh yang dimiliki KH. Ahmad Dahlan,
sikap teguhnya dalam mempertahankan pendapatnya. yakni pada dialog Walidah yang berbunyi, ... yang
Hal tersebut juga dapat dilihat pada kutipan berikut. disebut-sebut Bapak akan menjadi pemimpin besar
Ini masalah sangat serius, Dahlan, ujar Mas karena kecerdasan dan keteguhan sikapnya. Hal
Noor. Masjid Gedhe sudah berdiri lebih dari inilah yang mampu membuat KH. Ahmad Dahlan
dari satu abad lamanya sejak Ngarsa Dalem bertahan dengan segala pemikiran dan pendapatnya.
Hamengkubuwono I memerintah. Kalau kamu Namun, karena keteguhan sikapnya ini, KH. Ahmad
menyalahkan arah kiblat Masjid Gedhe besar, itu Dahlan sering mendapat cercaan dan hinaan. Kedua
artinya bukan saja kau menyalahkan Kiai Haji kutipan berikut menggambarkan beberapa adegan yang
Wiryokusumo yang membangun masjid ini, menggambarkan bahwa keteguhan KH. Ahmad Dahlan
melainkan juga meremehkan para Ngarsa Dalem dalam berpendapat dan berperilaku sering memancing
sebagai Khalifatullah Panatagama yang menjadi perdebatan.
wakil Allah di tanah Jawa ini, Dimas. Kenapa kamu lebih suka mengajar di
Saya tidak menyalahkan dan meremehkan Kweekschool dibandingkan di langgarmu sendiri?
siapa-siapa, Mas. Saya hanya ingin Apa karena bayarannya lebih besar di sana?
mengatakan bahwa arah kiblat yang kita Astaghfirullah, Mbakyu. Insya Allah aku
yakini selama ini menghadap ke Kabah itu mengajar lillahi taala di mana saja. Pendapatan
ternyata keliru, baik berdasarkan untuk hidup dan keluargaku Mbakyu tahu dari
perhitungan ilmu falaq dan hisab maupun berdagang batik. Aku hanya melihat ada
dengan bantuan alat-alat baru seperti kesempatan untuk memperkenalkan Islam
kompas, jawabku. Dan lagi, bukankah para secara lebih benar kepada anak-anak, itu
khalifah itu juga manusia yang tak luput dari yang tak pernah mendapatkan pengajaran
khilaf, Mas? Islam yang layak dari orang tua mereka.
(SP-2010:201-202/AK/B.Per.T/Teg.2) Kamu menghabiskan waktu dan tenaga terlalu
Kutipan dialog di atas menggambarkan adegan banyak untuk sesuatu yang akan sulit berubah
saat KH. Ahmad Dahlan berdiskusi tentang arah Dahlan, sambung Mas Noor. Belum lagi di
kiblat Masjid Gedhe yang salah, kata-kata KH. perkumpulan kejawen Budi Utomo itu, apa yang
Ahmad Dahlan yang berbunyi, saya hanya ingin bisa kamu perbuat di kumpulan pelajar dan
mengatakan bahwa arah kiblat yang kita yakini dokter muda yang lebih suka bicara bahasa
selama ini menghadap ke Kabah itu ternyata Belanda dibanding bahasa Arab seperti itu?
keliru... menunjukkan keteguhannya bahwa apa Mungkin cara pendekatan dan pemikiran
yang ia katakan adalah sebuah kebenaran yang kita tentang dakwah itu berbeda Mas,

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 34-42
39
ujarku sambil tetap berusaha santun. Tetapi bisa menyesuaikan diri di mana pun ia berada.
Mas Noor juga harus berusaha menyadarkan Perilaku sosialnya dapat dilihat pada kutipan berikut.
warga, khususnya yang mengaji pada Mas Noor, Nanti pada saatnya kamu akan tahu juga Siraj.
untuk tidak mudah menyebut orang lain kafir Sekarang ini yang Bapak mau pesan buat kamu
karena itu tuduhan yang sangat berbahaya. adalah supaya kamu jangan gampang menilai
Mas Noor terdiam, begitu juga Mbakyu. Siraj orang hanya dari pakaiannya. Tetapi cobalah
keluar dari dalam rumah dan memelukku. untuk melihat orang lebih pada akhlaknya.
(SP-2010:358-359/AK/B.Per.T/Teg.4) ujarku.
Dimas Dahlan, kali ini Mas Muhsin yang Iya, Pak, katanya. Mungkin Siraj masih
menjawab, beberapa waktu lalu, Dimas secara bingung saja melihat Bapak pakai jas tapi kepala
terbuka dan terang-terangan melarang orang Bapak pakai serban. Rasanya Siraj belum pernah
untuk melakukan yasinan, dan membaca tahlil melihat ada kiai lain yang berpakaian seperti
serta ziarah kubur. Ingat? Apa itu maksud Dimas Bapak.
melarang masyarakat membaca Yasin? (SP-2010:334/AK/B.Per.T/Sos.1)
Maksud saya sederhana saja, Mas Muhsin.
Kutipan di atas menggambarkan adegan dimana
Ada 114 surah dalam Al-quran. Jika hanya
KH. Ahmad Dahlan yang saat itu telah bergabung
ada satu surah, yakni Surah Yasin saja yang
dalam Perkumpulan Budi Utomo mencoba untuk
diistimewakan dan dibaca terus-menerus,
menyesuaikan pakaiannya. Namun, dengan
lantas untuk apa Surah-Surah yang lain itu
berpakaian modern, ia malah disangka meniru orang
diturunkan Allah Swt.? jawabku balik
kafir, lagi-lagi KH. Ahmad Dahlan melanggar norma
bertanya.
dan kode etik yang berlaku bagi seorang kiai, dimana
Kangmas Muhsin, Rasulullah Muhammad Saw. saat itu kode etik yang berlaku melarang kiai untuk
Memang menganjurkan kita, umat Islam, agar berpakaian selayaknya priyayi. Tetapi KH. Ahmad
selalu berzikir mengingat asma Allah SWT., Dahlan menasehati putranya dengan ucapan,
tetapi adakah Rasul menganjurkan zikir itu sekarang ini yang Bapak mau pesan buat kamu
dilakukan bersama-sama dan bersuara keras adalah supaya kamu jangan gampang menilai
sekali sampai mengganggu tetangga?. . . orang hanya dari pakaiannya. Tetapi cobalah
Begini, Mas Noor, jawabku sambil mengubah untuk melihat orang lebih pada akhlaknya..
posisi dudukku agar menghadap ke kakak iparku KH. Ahmad Dahlan memberikan amanat agar
ini. Agama itu bukan rangkaian aturan yang tidak menilai orang berdasarkan penampilan, namun
bisa dipermudah atau dipersulit seketika. akhlak dan kepribadiannya. Menurut peneliti hal ini
Agama itu adalah sebuah proses; . . . sangat perlu diterapkan dalam kehidupan sosial,
(SP-2010:388-390/AK/B.Per.T/Teg.5) dimana seorang manusia pasti akan bertemu dengan
orang-orang baru dalam hidupnya. Jiwa sosial yang
Kedua kutipan di atas menggambarkan beberapa
dimiliki KH. Ahmad Dahlan juga terlihat pada
reaksi tokoh lain yang memperdebatkan sikap KH.
keinginannya membangun sekolah bagi anak-anak
Ahmad Dahlan yang menurut mereka mulai
pribumi yang tidak mampu. Hal tersebut dapat dilihat
meresahkan masyarakat, dengan kata lain perilaku
pada kutipan berikut.
KH. Ahmad Dahlan saat itu mulai melanggar norma-
norma sosial yang berlaku. Pada kedua kutipan di Sampai di beranda rumah, tiga pasang meja dan
atas juga terlihat KH. Ahmad Dahlan memiliki alasan- kursi itu aku tempatkan dengan rapi. Lalu aku
alasan kuat di balik semua tindakannya. Ia pun tetap pasang papan tulis dari kayu suren yang sudah
teguh pada pendapatnya meskipun tokoh-tokoh lain aku siapkan di depan meja-meja itu. Fahrudin
tidak mendukunganya, hal ini dikarenakan sikap dan menunjukkan rona wajah mengerti apa yang
pemikiran KH. Ahmad Dahlan waktu itu sangat sedang aku lakukan. Mau bikin sekolah, ya,
berbeda dengan kiai-kiai lainnya. Kiai? katanya.
Hal ini merujuk pada dialog KH. Ahmad Dahlan Ya, Madrasah Ibtidaiyah Diniyah.
pada kutipan berkode SP-2010:358-359/AK/B.Per.T/ Kok, pakai meja kursi, Kiai Dahlan? tanya
Teg.4 bagian akhir yang berbunyi, mungkin cara Hisyam sambil mendudukkan Siraj pada salah
pendekatan dan pemikiran kita tentang dakwah satu kursi.
itu berbeda Mas,. KH. Ahmad Dahlan tidak hanya Ini madrasah Syam, jawabku sambil
memiliki sikap teguh dan prinsipil saja, namun ia merapikan posisi papan tulis yang agak miring,
juga adalah seorang tokoh yang memiliki jiwa sosial bukan langgar.
yang tinggi. Ia suka membantu sesama dan selalu
Anurkarina, Perilaku Tokoh KH. Ahmad Dalam dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral
39
40
Tapi Kiai, setahu saya madrasah itu sekolah Pada kedua kutipan di atas, pengarang
Islam seperti pesantren, sahut Sudja Tidak menggambarkan bahwa KH. Ahmad Dahlan memang
pakai meja kursi seperti sekolah orang-orang seorang tokoh yang patut ditiru, ia suka
Belanda. menyedekahkan harta dan menolong masyarakat
Iya, Kiai. Nanti dianggap orang sekolah kafir, dhuafa. Dialog-dialognya yang berbunyi, aku
protes Hisyam. mengunjungi Alun-Alun Utara ditemani Siraj,
(SP-2010:374/AK/B.Per.T/Sos.2) Fahrudin, Hisyam, Sudja, dan Dirjo untuk
membagi-bagikan makanan dan pakaian kepada
Kutipan di atas dengan sangat jelas menggambarkan orang miskin. dan kami mau ke Langgar Kidul.
keinginan KH. Ahmad Dahlan yang ingin membangun Anak kami ada yang sakit. Katanya Kiai Dahlan
sekolah bagi anak-anak pribumi yang kurang mampu bisa mengobati dan memberi kami makanan dan
bersekolah, dengan mengajak murid-muridnya untuk pakaian., menerangkan dengan sangat jelas bahwa
membangun sekolah di beranda rumahnya. Kepedulian KH. Ahmad Dahlan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
sosial KH. Ahmad Dahlan tidak hanya itu, KH. Ahmad Ia tidak hanya menyedekahkan harta pribadinya,
Dahlan juga senang beramal dan bersedekah, seperti tetapi juga menghimpun dana dari orang-orang kaya,
pada dua kutipan berikut. dan menyalurkannya kepada orang-orang miskin yang
Keesokan harinya aku mengunjungi Alun-Alun membutuhkan. Tidak hanya memiliki jiwa sosial yang
Utara ditemani Siraj, Fahrudin, Hisyam, Sudja, tinggi, sebagai seorang kiai tentu seorang KH. Ahmad
dan Dirjo untuk membagi-bagikan makanan Dahlan dituntut untuk bersikap sabar. Kesabaran
dan pakaian kepada orang miskin. Sudja tentu sangat mutlak diperlukan bagi seorang KH.
melihat ada seorang anak kecil pengemis yang Ahmad Dahlan karena ia terus dihujat oleh
sedang sakit dan tidur melingkar. masyarakat yang tidak mampu memahami falsafah
Anak Ibu, kenapa? tanya Sudja. hidupnya selama perjuangannya.
Sakit, Ndoro, jawab ibu itu. Mas Noor tidak menjawab langsung pertanyaanku,
selain mengalihkan pembicaraan. Apakah kau
Ini ada pakaian dan makanan, buat Ibu dan belum pernah dengar kabar-kabar yang
anak Ibu. Kalau bisa nanti sore datang ke mengatakan, maaf ya Dimas Dahlan, bahwa
Kauman, Langgar Kidul. Saya akan kasih Dimas adalah kiai kafir mulai dari bermain biola
obat. di langgar, sampai berbagai protes yang Dimas
Terima kasih, Ndoro. Nanti sore kalau kuat, lakukan hampir setiap waktu terhadap berbagai
saya datang. Ketemu sama Ndoro siapa? tradisi yang sudah mengakar di masyarakat dan
Saya Sudja. Ini Kiai Dahlan, dan ini teman- mendapatkan restu Ngarsa Dalem, dan sekarang
teman saya yang lain, jawab Sudja ditambah lagi dengan soal perubahan arah kiblat?
memperkenalkan kami semua. Ya, saya sudah mendengar bisik-bisik itu. Mas,
Terima kasih, Kiai, ujar ibu itu sambil jawabku setenang mungkin. Kalau tuduhan
mengambil tanganku dan menciumnya. itu dilontarkan oleh orang-orang yang belum
(SP-2010:399/AK/B.Per.T/Sos.3) mengerti ajaran Islam dengan baik, aku masih
maklum. Aku hanya berharap bahwa para kiai
Kalian mau apa datang kemari? Ini, kan, bukan
yang telah dididik untuk selalu melakukan
hari Jumat. Belum waktunya sedekahan, jawab
tabayun dalam segala hal, tidak ikut ceroboh
Kiai Penghulu Kamaludiningrat dengan ketus saat
mengucapkan kata-kata yang belum mereka
satu ketika segerombolan keluarga pengemis
yakini sepenuhnya, lanjut-ku sekaligus berupaya
bertanya kepadanya di dekat gerbang Masjid Gedhe.
menjenuhkan pikiran Mas Noor.
Kami bukan mau minta sedekah, Kiai, ujar (SP-2010:229/AK/B.Per.T/Sab.1)
bapak pengemis. Kami mau ke Langgar Kidul.
Anak kami ada yang sakit. Katanya Kiai Kutipan di atas menggambarkan adegan dimana
Dahlan bisa mengobati dan memberi kami Mas Noor menyampaikan desas-desus tentang KH.
makanan dan pakaian. Ke arah mana jalannya, Ahmad Dahlan yang dijuluki Kiai Kafir. Namun,
Kiai? KH. Ahmad Dahlan dengan sabar menanggapinya,
hal tersebut merujuk pada kutipan teks berikut, ...
Mau tak mau Kiai Penghulu menunjukkan jalan
jawabku setenang mungkin. Kata tenang
ke arah Langgar Kidul dan menjelaskan di mana mengindikasikan bahwa KH. Ahmad Dahlan mampu
saja mereka harus berbelok atau jalan terus jika menahan emosinya dan bersikap sabar. Perilaku
bertemu persimpangan. sabar juga dijelaskan secara langsung oleh tokoh lain
(SP-2010:407/AK/B.Per.T/Sos.4) pada kutipan di bawah ini.
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 34-42
41
Kenapa tidak dimarahi saja Jono itu, Kiai? kata memunculkan perilaku-perilaku berani, prinsipil,
Daniel bersungutsungut ketika sang marbut sudah teguh, berjiwa sosial, dan sabar.
pergi. Dia selama ini yang paling sering buang
muka kalau bertemu kami. Betul ndak Syam,
KESIMPULAN
Du? Daniel melempar pandangan ke arah
Hisyam dan Sangidu yang mengangguk- Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
anggukkan kepala. data dapat disimpulkan bahwa ketokohan KH. Ahmad
Jono itu hanya marbut yang menyampaikan Dahlan mengamanatkan perilaku berani, prinsipil,
surat, Daniel, kataku. Buat apa kita teguh, sosialis, dan sabar. Berani dalam arti berani
menghabiskan tenaga dengan memarahi orang mengeluarkan pendapat, berani dalam bersikap, dan
yang keliru? berani dalam memperjuangkan sesuatu yang dianggap
Tapi kelakuannya memang sering nyebelin, benar. Manusia juga harus mempunyai prinsip yang
Kangmas, sahut Sangidu. Itu karena dia belum benar dan selalu mempertahankan prinsipnya selama
tahu, Du. itu benar. Sikap yang teguh dalam mempertahankan
sesuatu, baik itu pendapat, pemikiran, maupun prinsip
Kiai Dahlan menurut saya terlalu sabar,
itu sendiri. Berjiwa sosial artinya manusia harus
sambar Hisyam.
mengasihi dan menolong sesama manusia lain,
(SP-2010:235-236/AK/B.Per.T/Sab.2) terutama manusia lain yang hidupnya kurang
Tokoh Daniel pada kutipan di atas secara jelas beruntung. Hal tersebut dapat dilakukan dengan amal
mengatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan adalah dan sedekah. Sikap sabar juga mutlak harus dimiliki
orang yang sabar. Hal ini merujuk pada dialognya manusia dalam menghadapi semua cobaan hidup.
yang berbunyi, Kiai Dahlan menurut saya terlalu KH. Ahmad Dahlan secara langsung mencontohkan
sabar,. Perilaku yang sama juga terjadi pada kutipan bersikap sabar dengan cara, menahan emosi (walau
berikut yang menceritakan saat seorang Kiai dari lawan bicara bersikap sangat tidak sopan), tetap
Magelang datang berkunjung ke rumah KH. Ahmad berbicara dengan santun saat berpendapat (walau
Dahlan untuk mencercanya. Kiai Magelang tersebut lawan bicara terus mencerca), dan tidak menyia-
melihat-lihat rumah KH. Ahmad Dahlan dan yiakan emosi kepada orang yang salah.
Madrasah Ibtidaiyah yang dibangun di beranda
rumahnya, lalu menghina bahwa semua yang ada di DAFTAR PUSTAKA
sana adalah perlengkapan kafir.
Abdulsyani. 2007. Sosiologi : Skematika, Teori,
Jangan-jangan kiai Magelang ini merasa di dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
rumahnya sendiri sehingga bebas bicara dengan Aditya, Ig. Dodiet. 2009. Penelitian Deskriptif.
nada tinggi terus-menerus. Aku heran bagaimana Hand Out untuk Mata Kuliah Metodologi
kalau kondisinya terbalik, dan seseorang menjadi Research bagi Prodi D-III Kebidanan oltekkes
tamu di rumahnya saat dia sedang marah? Surakarta, (Online), adityasetyawan. files.
Jangan-jangan kemarahannya tak bisa wordpress.com/2009/penelitian-deskriptif1.pdf,
dikendalikan sama sekali. (diakses 28 April 2011).
Baiklah kalau menurut Kiai semua ini adalah Admin. 2010. Sosiologi Sastra Sebagai Pendekatan
perlengkapan kafir, ujarku mencoba untuk Menganalisis Karya Sastra. (Online). <http://
tidak terpancing ikut emosi. Saya boleh rumahterjemah.com/lainnya/sosiologi-sastra-
bertanya, Kiai? sebagai-pendeka tan- menganalisis -karya-sastra/
Silakan! > (diakses 17 Februari 2011).
(SP-2010:395/AK/B.Per.T/Sab.3) Afriani, Iyan H.S..2009. Metode Penelitian Kualitatif,
Kutipan teks di atas yang berbunyi, ...ujarku (Online). http://www.penalaran-unm.org/index.php/
mencoba untuk tidak terpancing ikut emosi., hal artikel-nalar/penelitian/116-metode-penelitian-
ini menunjukkan bahwa KH. Ahmad Dahlan adalah kualitatif. html, (diakses 28 April 2011).
seorang yang sangat sabar. Meskipun ia dihina Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:
sedemikian rupa, ia berusaha agar emosinya tidak Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: PT Rineka
terpancing. Berdasarkan beberapa analisis data di Cipta. Edisi Revisi VI.
atas, dapat disimpulkan bahwa amanat ketokohan Basral, Akmal Nasery. 2010. Sang Pencerah. Jakarta
KH. Ahmad Dahlan dalam novel Sang Pencerah Selatan: Mizan Pustaka kerjasama dengan MVP
karya Akmal Nasery Basral dalam bentuk perilaku Pictures.
sang tokoh yang diungkapkan pengarang

Anurkarina, Perilaku Tokoh KH. Ahmad Dalam dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral
41
42
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian
Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Gunawan, Eka. 2009. Materi Nilai dan Norma,
(Online). http://nilaieka.blogspot.com 2009 02/
materi-nilai-dan-norma.html, (diakses 28 April 2011).
Kusdiratin, dkk. 1985. Memahami Novel Atheis.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Luxemburg, Jan Van, et.al. 1986. Pengantar Ilmu
Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta:
Gramedia.
Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi
Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahardjo, Mudjia. 2010. Jenis dan Metode Penelitian
Kualitatif, (Online) http://mudjiarahardjo.com/
materi-kuliah/215-jenis-dan-metode-penelitian-
kualitatif.html, (diakses 28 April 2011).
Rokhmansyah, Alfian. 2010. Tokoh dan Penokohan
dalam Kajian Prosa (Online). http://phianzsotoy.
blogspot.com/2010/06/tokoh-dan-penokohan-
dalam-kajian-prosa.html (diakses 27 Desember
2010).
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra
Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media.
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santosa,Agus. 2009. Nilai dan Norma Sosial
(Online). http://agsasman3yk. wordpress.com/
2009/09/01/nilai-dan-norma-sosial/, (diakses 28
April 2011).
Saukah, Ali. 2007. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel,
Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Biro
Administrasi Akademik, Perencanaan, dan Sistem
Informasi bekerja sama dengan Penerbit
Universitas Negeri Malang.
Semi, M. Atar. 1990. Rancangan Pengajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Sukada, Made. 1993. Pembinaan Kritik Sastra
Indonesia: Masalah Sistematika Analisis
Struktur Fiksi. Bandung: Angkasa.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi
Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Suparyanto. 2010. Konsep Perilaku 1 (Online).
http://dr-suparyanto. blogspot.com /2010/ 09/
konsep-perilaku-1.html, (diakses, 7 Mei 2011).
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 34-42

Anda mungkin juga menyukai