Jurnal Nasional Kiki PDF
Jurnal Nasional Kiki PDF
ABSTRACT
This study aimed to analyze the determinant factors that influence the breakfast habits in children in
public primary schools in Pondok Labu, South Jakarta. The cross-sectional study was applied. The
subject was selected in random sampling. Subjects were 300 students in grade 3,4, and 5 in SDN 03,
04, 09, and 10 Pondok Labu, South Jakarta. The analysis performed using chi-square analysis and
multivariate logistic regression. The results showed that the breakfast habits of primary school children
by 71.7% with a median energy of 246 kcal. The results showed a significant correlation between
breakfast habits of the sexes, the availability of breakfast and breakfast nutrition knowledge (p<0.05).
The school children breakfast was significantly affected by nutritional knowledge (p<0.05).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor dominan yang memengaruhi kebiasaan sarapan pada
anak-anak sekolah dasar negeri di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah cross
sectional dengan penarikan subjek secara random sampling. Subjek berjumlah 300 siswa kelas 3, 4, dan
5 di SDN 03, 04, 09, dan 10 Pondok Labu, Jakarta Selatan. Analisis yang digunakan adalah chi-square
dan multivariat regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan pada anak
sekolah dasar sebesar 71,7% dengan median energi sarapan sebesar 246 kkal. Terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin, ketersediaan sarapan, dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan sarapan
(p<0,05). Kebiasaan sarapan pada anak sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi.
*
Korespondensi: Telp: +6281218633302, (021) 7532884/7546772. Surel:nurintania.sofianita@gmail.com
an, kadang-kadang sarapan, dan tidak pernah dengan kebiasaan sarapan dimana jenis kelamin
sarapan. Untuk kategori ketersediaan sarapan perempuan lebih terbiasa sarapan setiap hari
meliputi tersedia, kadang-kadang tersedia, tidak (p<0,05) (Tabel 1). Hal ini sejalan dengan peneli-
tersedia. Analisis yang dilakukan menggunakan tian Lestari (2009) bahwa anak perempuan lebih
chi-square dan regresi logistik. Analisis chi- terbiasa sarapan setiap hari dibandingkan dengan
square dilakukan untuk menganalisis hubungan anak laki-laki.
antara umur, jenis kelamin, ketersediaan sarapan, Terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan jajan, pengetahuan dan sikap gizi de- ketersediaan sarapan dengan kebiasaan sara-
ngan kebiasaan sarapan. Analisis regresi logistik pan (p<0,05). Hal ini sejalan dengan kerangka
dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang teori dalam penelitian ini yaitu model analisis
memengaruhi kebiasaan sarapan anak. yang dikemukakan oleh Lund and Burk (1969)
dalam Soehardjo (1989) dan dimodifikasi oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN peneliti. Model yang dirancang untuk mempela-
jari bagaimana kebiasaan makan terbentuk dalam
Kebiasaan sarapan proses perkembangan anak-anak. Salah satu
Sebanyak 71,7% anak yang melaku- faktor yang membentuk kebiasaan makan anak
kan sarapan setiap hari, dengan median energi adalah lingkungan keluarga. Peran ibu dalam ke-
sarapan anak sebesar 246 kkal. Hasil ini belum luarga, terutama dalam merawat dan mengurus
mencukupi 25% porsi untuk sarapan yang di- keluarga. Pada penelitian Siega et al. (1998) anak
anjurkan setiap harinya, seharusnya anak umur yang ibunya bekerja memiliki kebiasaan sarapan
7-9 thn sebesar 450 kkal dan anak umur 10-12 yang rendah daripada ibu tidak bekerja. Hal se-
tahun sebesar 512 kkal baik laki-laki maupun rupa dikemukakan dalam penelitian Ramadhani
perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian (2014) yang menunjukkan bahwa 59,4% sarapan
yang dilakukan oleh Hardinsyah (2013) yang me- disiapkan oleh ibu. Hal ini membuktikan peran
nyatakan bahwa hanya 10,6% dari sarapan anak ibu penting dalam keluarga dalam hal ketersedia-
yang mencukupi energi >30% dan masih sangat an makanan.
kurangnya pengetahuan anak-anak untuk sarapan Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
dengan makanan yang beranekaragam. hubungan yang bermakna antara pengetahuan
gizi anak dengan kebiasaan sarapan (p<0,05),
Hubungan antara jenis kelamin, ketersediaan hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
sarapan, pengetahuan gizi, dan sikap gizi Ariyanti (2005) menunjukkan persentase subjek
dengan kebiasaan sarapan yang selalu sarapan lebih banyak pada subjek
Hasil uji chi-square menunjukkan terdapat yang tingkat pengetahuan gizinya baik (62,1%).
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin Jika pengetahuan gizi seseorang tinggi maka cen-
Tabel 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan
Sarapan
Variabel p
Sarapan n(%) Kadang sarapan n(%)
Umur:
7-9 thn 113(68,9) 51(31,1)
0,243
10-12 thn 102(75) 34(25)
Jenis kelamin:
Laki-laki 87(63,5) 50(36,5)
0,004
Perempuan 128(78,5) 35 (21,5)
Ketersediaan sarapan:
Tersedia 201(78,8) 54(21,2)
0,000
Kadang tersedia 14(31,1) 31(68,9)
Kebiasaan jajan:
Jajan 211(72) 82(28)
0,388
Tidak jajan 4(57,1) 3(42,9)
Pengetahuan gizi:
Kurang 48(59,3) 33(40,7)
0,004
Baik 167(76,3) 52(23,7))
Sikap:
Kurang 19(61,3) 12(38,7)
0,176
Baik 196(72,9) 73(27,1)
derung untuk memilih makanan yang lebih mu- sarapan penting bagi kesehatan. Saat ini, infor-
rah dengan nilai gizi yang tinggi (Husaini 1992). masi mengenai pengetahuan gizi sangat mudah
Peningkatan pengetahuan ini juga dimung- didapatkan (melalui media-media massa; televi-
kinkan karena terdapat kesadaran siswa setelah si, koran, radio) yang ada disekitar kita, bahkan
mendapatkan informasi dari berbagai media baik penyuluhan dan pendidikan gizi sarapan ke seko-
dari lingkungan sekolah, keluarga, atau dari ma- lah-sekolah telah digalakkan oleh pemerintah
syarakat tempat anak-anak beraktivitas. Hasil dalam program PESAN. Namun, untuk merubah
ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ghazali pengetahuan tersebut menjadi suatu kebiasaan
(2005) bahwa kebiasaan sarapan berhubungan membutuhkan waktu, dukungan dari keluarga
dengan pengetahuan anak dibidang aritmatika dan lingkungan sekolah. (Bandura 2004). Untuk
(p<0,05), hal ini membuktikan bahwa anak-anak itu pentingnya pendidikan gizi yang berkelanjut-
yang terbiasa sarapan mempunyai prestasi yang an dalam meningkatkan pengetahuan gizi anak
lebih baik daripada yang melewatkan sarapan. baik di keluarga maupun sekolah perlu dilaku-
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa kan sebagai upaya agar anak-anak sekolah mau
tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap terbiasa sarapan. Menurut WHO (1998) pengeta-
dengan kebiasaan sarapan. Hal ini tidak sejalan huan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, perilaku, dan
dengan teori yang dikemukakan oleh Lund dan kondisi yang berkaitan dengan kesehatan dan
Burk Model yang dirancang untuk mempelajari gizi, pola makan, dan kebiasaan makanan.
bagaimana kebiasaan makan terbentuk dalam Variabel lainnya yang memengaruhi
proses perkembangan anak-anak. Dalam model kebiasaan sarapan adalah tempat sarapan
ini dikatakan bahwa suatu konsumsi pangan ter- (OR=0,167), dalam penelitian ini subjek me-
jadi karena ada motivasi (needs, drives, desires) nyatakan tempat sarapan mereka di rumah dan
yang ditentukan oleh beragam proses kognitif sekolah. Jika subjek tidak sempat untuk sarapan
yang didalamnya mencakup persepsi, memori, di sekolah maka biasanya beberapa orang dari
berpikir, memutuskan untuk bertindak dan faktor subjek membawa bekal untuk dimakan di sekolah
yang berkaitan langsung dengan kognitif adalah atau jajan disekolah dipagi hari sebagai pengganti
pengetahuan dan sikap anak terhadap makanan. tidak sempat sarapan dirumah. Untuk ketersedia-
an sarapan (OR=0,128), dari hasil univariat ter-
Faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan dapat 85% subjek selalu tersedia sarapan setiap
sarapan paginya, baik itu tersedia dirumah dan dibawa
Tabel 2 menyajikan pemodelan regresi lo- ke sekolah untuk dijadikan bekal agar anak me-
gistik dimana didapatkan variabel yang paling nyempatkan sarapan setelah sampai di sekolah.
dominan memengaruhi kebiasaan sarapan anak Hasil ini sejalan dengan penelitian Nofitasari et
adalah adalah variabel pengetahuan gizi anak. al. (2009) yang mengungkapkan bahwa keterse-
Hasil ini sejalan dengan hasil yang didapatkan diaan sarapan berhubungan dengan perilaku sara-
oleh Hermina et al. (2009) bahwa faktor penguat pan (p=0,024; OR=2,41).
yang memengaruhi sarapan adalah pengetahuan Ketersediaan sarapan juga dapat dipe-
gizi. Hal ini membuktikan bahwa pentingnya pe- ngaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
ngetahuan gizi yang diberikan kepada anak-anak faktor pekerjaan ibu, umumnya ibu yang tidak
usia sekolah untuk merubah sikap dan perilaku bekerja lebih banyak waktu untuk menyiapkan
mereka agar mau membiasakan diri untuk sara- keperluan untuk keluarga terutama keperluan
pan setiap harinya, pengetahuan gizi mengenai sarapan di pagi hari dari pada ibu yang bekerja,
manfaat sarapan, dampak melewatkan sarapan ibu yang bekerja biasanya sangat sibuk dipagi
dan menu-menu sarapan sehat yang mendukung hari untuk menyiapkan keperluannya pekerjaan
aktivitas anak-anak sekolah setiap harinya. sendiri, sehingga terkadang tidak mempunyai
Informasi mengenai sarapan merupakan waktu untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga
pengenalan kepada anak-anak sekolah bahwa secara maksimal.
Siega R, Popkin BM, Carson T.1998. Trends Pendidikan Tinggi, Pusat antar Universitas
breakfast consumption for children in the Pangan dan Gizi IPB Bogor.
United State from 1965 to 1991. Am J Clin Syafnida M. 2007. Hubungan kebiasaan sarapan
Nutr 67(4):748S-56S. pagi dengan prestasi belajar Siswa Sekolah
Simeon T, Mc Gregor SG. 1998. Effects of miss- Dasar (SD) Kelas IV dan V di SDN Beji
ing breakfast on the cognitive function of 7 Depok Tahun 2007. [Skripsi]. Depok:
school children of differing nutritional sta- FKM UI.
tus. Am J Clin Nut 49:646-53. [World Health Organization]. WHO. 1998. WHO
Soehardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Jakarta: Information Series On School Health.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Healthy Nutrition: An Essential Element
of a Health- Promoting School