BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Kompetensi
bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan sikap dan apresiasi yang harus
dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai
dasar seseorang yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap, dan bertindak serta
menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan dipertahankan oleh seseorang pada
memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Kompeten harus
digunakan dapat dipertukarkan. Ini adalah suatu pendekatan model input, yang fokus
2007).
orang berbalik lebih pada perilaku para manajer efektif dan pada hasil manajemen
yang sukses. Pendekatan ini adalah suatu model output, dengan penentuan efektivitas
mengerjakan suatu pekerjaan atau pada suatu situasi tertentu. Pendekatan ini bisa
kompetensi yang lebih tinggi, maka akan mempunyai kinerja tinggi pula (sebagai
akibat).
secara nyata akan memprediksi seseorang dapat bekerja dengan baik, harus terukur
ungkapkan oleh spencer atau mengacu The Competency Handbook, ada beberapa
pedoman dasar untuk mengembangkan sistem kompetensi ini, yaitu sebagai berikut.
2. Melakukan analisis jabatan (job analysis) lebih mendalam mengenai proses kerja
yang sangat penting, yaitu cara kerja, waktu kerja, hubungan kerja, tanggung
3. Melakukan survey mengenai kompetensi apa saja yang dibutuhkan agar dapat
mengembangkan manajemen sumber daya manusia atau SDM - nya. Manfaat dan
kompetensi yang akurat ini akan dapat menentukan dengan tepat pengetahuan
serta keterampilan apa saja yang dubutuhkan untuk keberhasilan dalam suatu
2. Dapat dipakai sebagai dasar merekrut karyawan yang baik dan handal. Apabila
telah berhasil ditentukan kompetensi - kompetensi apa saja yang diperlukan bagi
suatu posisi tertentu, maka dengan mudah dapat dijadikan sebagai kriteria dasar
sistem kompensasi dan hukuman. Dengan adanya model kompetensi yang telah
dibuat untuk setiap posisi, maka dapat diukur seberapa besar kemampuan
baginya.
lingkungan kerja dan segala tuntutannya serta persyaratan pekerjaan tersebut, yang
akan dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan akurat perihal suatu pekerjaan
seorang karyawan. Selain itu, akan lebih memudahkan pihak manajemen dalam
penempatan karyawan tersebut sesuai dengan the right man on the right job. Adapun
baik dan benar akan dapat memberikan informasi secara rinci dan akurat perihal
2. Terciptanya perekat untuk membentuk suatu sistem personalia yang terpadu dan
terarah. Menurut pengalaman, sering kali terjadi pada sistem seleksi, sistem
pelatihan, sistem perencanaan tenaga kerja dan sistem promosi berjalan sendiri -
usaha dan akhirnya terjadi kontra produktif pada fungsi masing-masing tersebut
(Moeheriono, 2009).
bagi seluruh organisasi. Ada beberapa proses dan metode analisis kompetensi perlu
1. Metode analisis kompetensi umum, yang terdiri atas metode analisis kompetensi
analysis (JRA). Metode ini sering kali dipergunakan dan diterapkan di banyak
kompetensi yang dihasilkan, data nama, dan jenis kelamin, serta keputusan
kompetensi.
1. Watak (traits), yaitu yang membuat seseorang mempunyai sikap perilaku atau
percaya diri (self confidence), kontrol diri (self kontrol ), ketabahan atau daya
tahan (hardiness).
2. Motif (motive), yaitu sesuatu yang diinginkan seseorang atau secara konsisten
dipikirkan dan diinginkan yang mengakibatkan suatu tindakan atau dasar dari
3. Bawaan (self - concept), yaitu sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang.
Sikap dan nilai tersebut dapat diukur melalui tes untuk mengetahui nilai (value)
menjadi dua, yang terdiri atas (1) threshold competence atau dapat disebut
kompetensi minimum, yaitu kompetensi dasar yang harus dimilki oleh seseorang,
dan pelatihan (training) bagi karyawan yang masih dianggap kurang kompetensinya.
Sedangkan kompetensi konsep diri, watak dan motif berada pada personality
iceberg, lebih tersembunyi (hidden) sehingga cukup sulit untuk dikembangkan. Salah
satu cara yang paling efektif untuk mengetahuinya adalah melalui psikologi dengan
Secara rinci, ada lima dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh semua
4. Job role environment skill, yaitu keterampilan untuk bekerja sama serta
baru.
melaksanakan tergantung pada pekerjaan atau jabatan pada tempat ia bekerja. Level
tanggung jawab pekerjaan secara rutin dan pada pemahaman prosedur kerja atau
(belum mandiri).
tanggung jawab pekerjaan secara rutin dan pada pemahaman prosedur kerja
tanggung jawab pekerjaan secara rutin dan pada pemahaman prosedur kerja atau
langsung serta:
2.3. Kinerja
pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya
kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk
Menurut Armstrong dan Baron (1998) dalam (Wibowo, 2007) , kinerja adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja
adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
mencapai tujuan organisasi. Tujuan adalah tentang arah secara umum, sifatnya luas,
tanpa batasan waktu dan tidak berkaitan dengan prestasi tertentu dalam jangka waktu
diperlukan dari mereka, atas dasar apa kinerja harus dilakukan dan bagaimana
(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Davis
Secara psikologis kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi
terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya
mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan
b. Latar Belakang
c. Demografi
a. Persepsi
b. Attitude
c. Personality
d. Pembelajaran
e. Motivasi
a. Sumber daya
b. Kepemimpinan
c. Penghargaan
d. Struktur
e. Job design
Sasaran kerja atau operasional menunjukkan kepada hasil yang harus dicapai
dan kontribusi yang harus diberikan terhadap pencapaian sasaran kelompok, bagian
dan organisasi. Pada tingkat organisasi hal ini berhubungan dengan misi organisasi,
hasil yang harus dicapai, kapan, dan oleh siapa sasaran yang ingin dicapai tersebut
diselesaikan. Sifatnya dapat dihitung, prestasi yang dapat diamati, dan dapat diukur.
b. The action/ performance, yaitu tentang tindakan atau kinerja yang dilakukan
oleh performer;
dicapai; dan
Sasaran yang efektif dinyatakan dengan baik dalam bentuk kata kerja secara
Menurut Dharma (2011), sasaran kerja yang baik paling tidak memiliki ciri
sebagai berikut :
b. Tepat, jelas dan didefinisikan dengan baik, menggunakan kata yang jelas.
kemajuan.
d. Dapat diukur, dapat dihubungkan dengan ukuran kinerja yang dapat diukur
e. Dapat dicapai, ada di dalam batas kemampuan dari seseorang harus pula
seseorang untuk mencapai sasaran tersebut; ini termasuk ketiadaan sumber daya
walaupun ada juga situasi di mana seseorang itu harus dibujuk untuk dapat
menrima suatu standar yang lebih tinggi dari pada yang mereka percayai dapat
mereka capai.
g. Dihubungkan dengan waktu, dapat dicapai pada suatu jangka waktu tertentu (ini
Menurut Anwar (2005), kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari
segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan.
Kinerja individu ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja
individu meliputi faktor individu (kemampuan dan keahlian, latar belakang serta
2. Upaya kerja (work effort), yang membentuk keinginan untuk mencapai sesuatu.
kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional)
yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan
kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor internal
dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribut yang mempengaruhi kinerja
seseorang. Seorang karyawan yang menganggap kinerjanya baik berasal dari faktor-
faktor internal seperti kemampuan atau upaya, diduga orang tersebut akan mengalami
Dalam suatu organisasi dikenal ada 3 (tiga) jenis kinerja yang dapat
modal, bahan baku, teknologi, dan lain sebagainya, yaitu seberapa penggunaan
tersebut secara maksimal untuk mencapai keuntungan atau mencapai visi dan
misinya.
yang mengatur h
3. Hubungan otoritas wewenang dan tanggung jawab dari orang yang menduduki
jabatan.
manajer, yang disebut sebagai personal contract. Antara manajer dan pekerja harus
sepakat tentang tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dan menjadi komitmen untuk
pengharapan dan pekerjaan yang harus dilakukan, hasil yang harus dicapai dan atribut
Standar kinerja merupakan elemen penting dan sering dilupakan dalam proses
review kinerja. Standar kinerja menjelaskan apa yang diharapkan manajer dari
pekerja sehingga harus dipahami pekerja. Klarifikasi tentang apa yang diharapkan
merupakan hal yang penting untuk memberi pedoman perilaku pekerja dan
dipergunakan sebagai dasar untuk penilaian. Standar kinerja merupakan tolok ukur
terhadap kinerja. Standar kinerja harus dihubungkan dengan hasil yang diinginkan
menciptakan standar kinerja dengan pekerja dan memperjelas apa yang diharapkan,
hal tersebut akan merupakan latihan yang berharga. Hal ini karena orang
Alasan kedua untuk standar kinerja adalah menyediakan dasar bagi kinerja
pekerja dapat dinilai secara efektif dan jujur. Sampai standar kinerja dibuat, penilaian
sering kali dinilai dari perasaan dan evaluasi subjektif. Tanpa memandang pendekatan
dan bentuk yang digunakan dalam program review kinerja dan penilaian, proses
klarifikasi dari apa yang diharapkan merupakan hal yang penting program berjalan
berlangsung dalam suatu lingkungan internal dan eksternal yang dapat memengaruhi
dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja. Banyak sekali faktor yang
faktor yang berasal dari dalam diri sumber daya manusia sendiri maupun dari luar
kepuasan kerja. Namun, pekerja juga mempunyai kepribadian, sikap dan perilaku
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dipercaya oleh manajer dalam
pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume
yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk
mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing dan perencanaan karier
1. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu atau kelompok, dengan
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan secara gilirannya
keseluruhannya.
hasil karya dan prestasi, dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka
tentang prestasinya.
pelatihan staf yang lebih tepat guna. Sehingga Rumah Sakit akan mempunyai
masa depan.
perasaannya tentang pekerjaannya, atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur
komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan
Pengaruh halo effect adalah tendesi untuk menilai pelaksanaan kerja bwahannya
terlalu tinggi karena salah satu alasan. Misalnya, pegawai yang dekat dengan
penilai dan keluarga dekat akan mendapat nilai yang tinggi, dan sebaliknya
pegawai yang sering menyatakan pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat
2. Pengaruh Horn
Pengaruh horn adalah kecenderungan untuk menilai pegawai lebih rendah dari
sebelumnya, namun dalam beberapa hari pelaksanaan kerja tahun tersebut, telah
biasanya terukur, seberapa besar yang dihasilkan, berapa jumlahnya dan berapa
besar kenaikannya.
lainnya yang selevel dengan yang bersangkutan, misalnya sesama sales beberapa
sendiri. Beberapa prinsip yang menjadi penilai, yaitu seperti berikut (Moeheriono,
2009).
1. Relevance, yaitu harus ada kesesuaian faktor penilaian dengan tujuan sistem
penilai.
3. Reability, yaitu faktor penilaian harus dapat dipercaya dan diukur karyawan
secara nyata.
4. Sensitivity, yaitu dapat membedakan kinerja yang baik atau yang buruk
masa, yaitu;
Metode penilai kinerja berorientasi masa lalu (past oriented evoluation methods)
dilakukan berdasarkan kinerja masa lalu . keuntungan dari metode ini adalah
dapat dijadikan umpan balik (feed back) yang dapat mengarahkan usaha untuk
peningkatan kinerja.
Meskipun metode ini sering dianggap sebagai metode yang subjektif, namun
karyawan. Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan
dalam penilaian yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-
skala tertentu, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
formulir isian yang menjelaskan beraneka macam tingkat perilaku bagi suatu
pekerjaan tertentu. Pemilihan hanya perlu memilih kata atau pernyataan yang
subjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini
penilai atas perilaku karyawan yang sangat kritis, seperti sangat baik atau
disebut sebagai insiden kritis dan biasanya dicatat oleh atasan selama masa
Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan
Metode ini merupakan suatu cara penilaian prestasi kerja karyawan untuk satu
kurun waktu tertentu di masa lalu dengan mengaitkan skala peringkat prestasi
kerja dengan perilaku tertentu. Salah satu kelebihan metode ini ialah
maupun yang kurang memuaskan ,dibuat oleh pekerja sendiri, rekan kerja dan
dinilai.
peragaan, syarat tes harus valid (sahih) dan reliabel (dapat dipercaya ). Untuk
dan mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus di taati atau melalui
dengan lebih rasional dan efektif, khususnya dalam hal kenaikan gaji,
Metode penilaian kinerja berorientasi kemasa depan terfokus pada kinerja masa
a. Self Appraisal
balik yang positif terhadap peningkatan di masa yang akan datang. Namun,
karyawan secara individu di waktu yang akan datang. Pada akhir periode
yang telah ditetapkan dan faktor - faktor penting apa saja yang dialami dalam
MBO sebagai suatu filososi dalam manajemen pertama kali digunakan oleh
konsultasi dengan atasan mereka. Oleh karena itu, sistem penilaian kinerja
yang baik menghendaki tidak hanya sekedar cara yang baik. Keberhasilan dari
Penilaian ini lazimnya dengan teknik terdiri atas wawancara, tes psikolog,
penggunaan metode ini memakan waktu yang lama dan mahal sehingga
saja.
Assessment centre atau pusat penilaian sebagai metode lain dari evaluasi
potensi mendatang, tapi pusat pusat penilaian ini tidak bertumpu kepada
terstandar yang bertumpu pada beragam tipe evaluasi dan beragam penilai.
Pusat pusat penilaian sebagai bentuk standar pekerja yang bertumpu pada
oleh PPNI (2000) dalam Nursalam (2007) yang mengacu dalam tahap proses
keperawatan meliputi:
1. Pengkajian Keperawatan
b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam
klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis-psikologis-
dan baru).
2. Diagnosis Keperawatan
b. Diagnosis keperawatan terdiri atas : masalah (P), penyebab (E) dan tanda atau
diagnosis keperawatan.
3. Perencanaan Keperawatan
tindakan keperawatan.
4. Implementasi
digunakan.
respons klien.
5. Evaluasi Keperawatan
tujuan dan merevisi data dasar dan perencanan. Kriteria proses meliputi :
keperawatan.
2.4. Bencana
bencana adalah suatu kejadian, yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia,
manusia, harta denda dan kerusakan dengan segala sumber dayanya (Nurjanah, dkk,
2012).
tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban baik
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta dan dampak psikologis
(BNPB, 2008).
mendadak dan biasanya tidak terencana yang menimbulkan dampak terhadap pola
tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
fenomena secara tiba tiba yang membawa dampak sangat parah pada lingkungan
tempat tinggal dan memerlukan bantuan dari luar komunitas lokasi kejadian (Zailani,
dkk, 2009).
Peristiwa yang ditimbulkan oleh segala alam maupun yang diakibatkan oleh
terkena dampak oleh peristiwa itu tidak mampu untuk menanggulanginya. Ancaman
alam itu sendiri tidak selalu berakhir dengan bencana. Ancaman alam menjadi
bencana ketika manusia tidak siap untuk menghadapinya dan pada akhirnya terkena
ditemukan oleh tindakan manusia atau kegagalan manusia untuk bertindak (Nunung,
dkk, 2012).
Menurut Nunung, dkk, (2012) bencana terjadi setelah melalui proses dan
Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi
lingkungan. Bumi tempat kita tinggal secara alami mengalami perubahan secara
bumi dan dari luar bumi, bumi membangun dirinya yang ditunjukkan dengan
proses eksternal yang berupa hujan, angin, serta fenomena iklim lainnya
bahaya. Tingkat kerentanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana
baru akan terjadi apabila bahaya terjadi pada kondisi yang rentan .
1. Banjir
Banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air normal sehingga
melimpah dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada lahan rendah di
sisi sungai. Lazimnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas
normal. Akibatnya, sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai
alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang
akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan
lainnya.
2. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan
kestabilan lereng dan proses pemicu lonsoran. Gangguan kestabilan lereng ini
ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.
Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi longsor, karena kondisi kemiringan
lereng, batuan,/tanah dan tata airnya, nama lereng tersebut akan longsor atau
3. Kekeringan
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
diuraikan klasifikasi kekeringan yang terjadi secara alamiah dan atau ulah
manusia.
Adalah suatu kondisi di mana lahan dan hutan dilanda api yang mengakibatkan
kerusakan lahan dan hutan atau hasil hutan dan berakibat kerugian secara
ekonomis dan atau nilai lingkungan. Dalam kaitan ini terdapat perubahan
langsung atau tidak langsung terdapat sifat fisik dan atau hayatinya yang
5. Angin Badai
Pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih sering
terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali didaerah-
daerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa. Angin kencang ini disebabkan
oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang
terjadi di diderah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer
disekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem. Sistem pusaran ini
hurricane.
6. Gempa Bumi
pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-
tiba. Penyebab gempa bumi yang selama ini disepakati antara lain dari proses
7. Tsunami
Tsunami bersal dari bahasa jepang. Tsu yang berarti pelabuhan dan nami
yang berarti gelombang , sehingga secara umum dapat diartikan sebagai pasang
laut yang besar di pelabuhan, yang dalam bahasa inggris disebut harbor wave.
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut
bisa berupa gempa bumi teknotik, erupsi vulkanik atau longsoran. Penyebab
(laut/danau), tanah longsor di bawah tubuh air/laut, dan letusan gunung api di
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan erupsi. Gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya)
dipermukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat
bagian dalam bumi. Bahaya letusan gunung api ini dapat berupa awan panas,
lontaran material/pijar, hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
Dampak bencana adalah akibat yang timbul dari kejadian bencana. Dampak
bencana dapat berupa korban jiwa, luka, pengungsian, harta benda, penghidupan,
gangguan pada stabilitas sosial, ekosistem, politik, hasil - hasil pembangunan, dan
peluang dampak yang ditimbulkan akibat bencana dan semakin tinggi tingkat
kerentanan terhadap bencana, semakin besar peluang dampak yang timbul akibat
bencana. Kerentanan dan kapasitas/kemampuan adalah analog dengan dua sisi mata
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
alam atau karena ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan
menanggulanginya. Umumnya korban yang hidup telah banyak dapat diatasi oleh tim
medis, para medis dan tim pendukung lainnya. Namun berbeda bagi korban yang
sudah mati yang perlu ditangani secara khusus dengan membentuk tim khusus pula
Korban massal adalah dimana korban relatif banyak akibat penyebab yang
sama dan perlu pertolongan segera dengan kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga
natural disaster, seperti tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan sejenisnya.
Sedangkan yang kedua, dikenal sebagai Man Made Disaster yang dapat berupa
kelalaian manusia itu sendiri seperti: kecelakaan udara, laut, darat, kebakaran hutan
dan sejenisnya serta akibat ulah manusia yang telah direncanakannya seperti pada
2.15. Kesiapsiagaan
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
teridentifikasi akan terjadi. Upaya upaya yang akan dilakukan antara lain :
2. Stimulasi/gladi/pelatihan siaga;
tindakan nyata yang perlu untuk diambil dalam rangka menemukan tujuan-tujuan
2.16. Triase
Triase (Triage) berasal dari kata perancis yang berarti menyeleksi. Dulu
istilah ini dipakai untuk menyeleksi buah anggur untuk membuat minuman anggur
yang bagus atau memisahkan biji kopi sesuai kualitasnya. Setelah itu, konsepnya
semakin berkembang dan konsep yang dipakai seperti sekarang ini ditetapkan setelah
perang dunia I. Triase bencana adalah suatu sistem untuk menetapkan prioritas
kedaruratannya, agar dapat dilakukan perawatan medis yang terbaik kepada korban
Menurut Kathleen dkk (2008), triage adalah suatu konsep pengkajian yang
cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih
prioritas penanganannya.
Menurut Pusponegoro (2010), triase berasal dari bahasa Prancis trier bahasa
Inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk
3. Prinsip utama Triase adalah melaksanakan prioritas dengan urutan nyawa >
4. Pada saat melakukan Triase, maka kartu Triase akan dipasangkan kepada korban
Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang telah
dikembangkan atas pemikiran bahwa Triase harus akurat, cepat, dan universal.
sirkulasi darah, dan tingkat kesadaran untuk menentukan tindakan dan penting
sekali bagi seluruh anggota medis untuk mampu melakukan Triase dengan metode ini
Untuk alur pelaksanaan triase pada korban bencana massal, dapat dilihat pada
skema berikut :
Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas utama
dalam pengobatan medis diberi kartu merah. Korban yang dapat menunggu untuk
beberapa jam diberi kartu kuning, sedangkan korban yang dapat berjalan sendiri
diberi kartu hijau. Korban yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil
kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu hitam. Dalam
kondisi normal, pasien yang sudah diambang kematian dapat diselamatkan dengan
pengobatan yang serius walaupun kemungkinannya sangat kecil. Para petugas medis
yang sudah terbiasa memberikan pelayanan medis yang maksimal dan pantang
menyerah terhadap pasien dengan kondisi seperti itu, mungkin akan dihinggapi
perasaan berdosa saat memberikan kartu hitam kepada korban. Disinilah letak
perbedaan antara pengobatan darurat dengan prinsip terbaik untuk satu orang dan
pengobatan bencana dengan prinsip terbaik untuk semua (Zailani, dkk, 2009).
Untuk lebih jelasnya, kategori triase dapat kita lihat pada tabel 2.1. berikut ini:
di leher atau di salah satu tangan dan kaki pasien. Triase bukanlah proses yang
dilakukan berulang kali untuk memonitor apakah terjadi perubahan pada kondisi
pasien. Jadi, prosesnya perlu dilakukan setiap saat pada korban atau berulang-ulang
ketika mereka akan dipindahkan ke lokasi baru, misalnya ditempat bencana, pusat
penampungan yang dilakukan oleh tim pertolongan pertama atau tenaga medis
2. Triase Medik
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga medis
yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit Gawat
Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan triase
3. Triase Evakuasi
Triase ini ditujukan kepada korban yang dapat dipindahkan ke rumah sakit yang
telah siap menerima korban bencana masal. Jika pos medis lanjutan dapat
berfungsi efektif, jumlah korban dalam status merah akan berkurang, dan akan
Tenaga medis di pos medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan pos komando
dan rumah sakit tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat keputusan
korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis
Kategori Triase
0 I II III
pembalutan luka, pencucian luka bakar. Fungsi pos medis lanjutan ini dapat disingkat
menjadi Three T rule (Tag, Treat, Tranfer) atau hukum tiga (label, rawat,
evakuasi). Lokasi pendirian pos medis lanjutan sebaiknya cukup dekat untuk
ditempuh dengan berjalan kaki dari lokasi bencana (50-100 meter) dan daerah
tersebut harus:
pos medis lanjutan dapat didirikan ditempat yang lebih jauh. Sekalipun demikian
tetap harus diusahakan untuk didirikan sedekat mungkin dengan daerah bencana.
Untuk arus pasien dan triase, dapat kita lihat pada skema berikut :
bersamaan.
1. Tempat perawatan korban gawat darurat (korban yang diberi tanda dengan label
merah dan kuning). Lokasi ini merupakan proporsi terbesar dari seluruh tempat
perawatan.
2. Tempat perawatan bagi korban non gawat darurat (korban yang diberi tanda
2. Dua buah pintu masuk (gawat darurat dan non gawat darurat). Untuk
memudahkan identifikasi, kedua pintu ini diberi tanda dengan bendera merah
(untuk korban gawat darurat) dan bendera hijau (untuk korban non gawat
darurat).
4. Tempat perawatan Gawat Darurat yang berhubungan dengan tempat triase Gawat
5. Tempat perawatan Non Gawat Darurat, berhubungan dengan tempat triase Non
meninggal)
c. Setiap tempat perawatan ini ditandai dengan bendera sesuai dengan kategori
Sebaiknya pos ini menampung sekitar 25 orang korban bersama para petugas
3. Luas minimum tempat perawatan untuk pos medis lanjutan dasar adalah 65 m2.
4. Luas minimum tempat perawatan untuk pos medis lanjutan standar adalah 130
m2.
Dengan demikian, luas minimum yang diperlukan untuk sebuah pos medis
lokasi tempat pemberian pelayanan, baik itu triase maupun perawatan seperti berikut.
(1) Pelaksana triase, terdiri dari seorang dokter yang telah berpengalaman
(dianjurkan dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit, ahli
(2) Dibantu oleh perawat, Tenaga Medis Gawat Darurat, atau tenaga
pertolongan pertama.
(1) Pelaksana triase adalah perawat yang berpengalaman, perawat atau Tenaga
Pada pos medis lanjutan standar hanya satu tim triase yang akan bekerja
sebagaimana yang telah disebutkan diatas untuk tim triase Gawat Darurat. Tempat
triase hanya diperuntukkan sebagai tempat menerima korban, tidak sebagai tempat
perawatan/pengobatan.
gawat darurat ini akan bekerja untuk menjamin suplai ke pos medis
lanjutan, mengatur pembuangan alat dan bahan yang telah dipakai dan
komunikasi radio. Ia juga akan berfungsi sebagai manajer bagi pos medis
lanjutan.
a) Ketua tim, merupakan seorang ahli anastesi, doketr unit gawat darurat
c) Sebagai tenaga bantuan adalah Tenaga Medis Gawat Darurat atau para
b) Sebagai tenaga bantuan adalah Tenaga Medis Gawat Darurat atau para
berpengalaman
b) Sebagai tenaga bantuan adalah tenaga medis gawat darurat atau para
(2) Daerah penempatan korban yang telah meninggal dunia (korban yang
3. Lokasi Evakuasi
yang mampu:
b. Petugas administrasi
a. Tempat Triase
korban)
(1) Tanda pengenal untuk ketua (jaket merah dengan tulisan ketua), dan
lengan)
(3) Tandu
(4) Selimut
- Oksigen tabung
- Peralatan intubasi
- Peralatan trakeostomi
- Ambu bag
- Alat cricothiroidectomy
c) Peralatan listrik/pneumatic
- Penghisap lendir
- Lampu khusus
- Defibrilator
- Ventilator
- Sarung tangan
- Obat antiseptik
- Selimut pengaman
- ATS/ABU
d. Lokasi Evakuasi
(2) Tandu
Jika bencana yang terjadi mempunyai beberapa daerah pusat bencana, disetiap
daerah pusat bencana tersebut harus didirikan pos medis lanjutan. Dengan adanya
beberapa pos medis lanjutan ini pemindahan korban ke sarana kesehatan penerima
harus dilakukan secara terkoordinasi agar pemindahan tersebut dapat berjalan secara
efisien. Untuk mencapai efisiensi ini korban yang berasal dari berbagai pos medis
lanjutan akan dipindahkan ke satu tempat dengan fasilitas stabilisasi dan evakuasi
yang lebih baik, dimana dari tempat ini di transfer selanjutnya akan dikoordinasi.
2.17. Kegawatdaruratan
keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang
resiko yang mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak dapat
diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
Suatu sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur
pelayanan pra rumah sakit, pelayanan di rumah sakit, dan pelayanan antar
pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respons cepat yang
menekankan pada Time Saving Is Life And Limb Saving, yang melibatkan
masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, paramedis, ambulans gawat
1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada
5. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan
7. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan
pimpinan masing-masing rumah sakit dan tentunya dengan menggunakan protap yang
telah tersedia, maka perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dapat bertindak
langsung sesuai dengan prosedur tetap rumah sakit yang berlaku. Peran ini sangat
1. Siap mental, dalam arti bahwa emergency can not wait. Setiap unsur yang
kematian dalam 1-2 menit. Apnea atau penyumbatan jalan napas dapat
3. Siap alat dan obat. Pertolongan pasien gawat darurat tidak dapat dipisahkan dari
2.18. Kegawatdaruratan
Suatu sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur
pelayanan pra rumah sakit, pelayanan di rumah sakit, dan pelayanan antar
pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respons cepat yang
menekankan pada Time Saving Is Life And Limb Saving, yang melibatkan
masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, paramedis, ambulans gawat
kebakaran, polisi, tenaga dari unit khusus, tim medis gawat darurat dan tenaga
jalan nafas, fungsi pernafasan dan jantung, pengawasan posisi korban, kontrol
merasa lebih nyaman. Harus selalu diingat bahwa, bila korban masih berada dilokasi
korban gawat darurat ke pos medis lanjutan sambil melakukan usaha pertolongan
melihatnya saja. Pada kondisi normal, untuk mengamati pernafasan, sirkulasi darah,
dan kesadaran digunakan kriteria yang banyak. Sebagai contoh: saat mengamati
gerakan dada. Lebih lanjut lagi dapat dilakukan pengamatan secara detail dengan
menggunakan alat-alat monitor. Tetapi pada saat harus mengamati kondisi pernafasan
terhadap banyaknya pasien dalam waktu 30 detik triase, maka tetapkan terlebih
dahulu apakah pasien tersebut bernafas atau tidak. Pengkajian fisik sangat
memerlukan penggunaan kelima panca indera secara optimal (Zailani dkk, 2009).
Saat menemukan seseorang yang terluka, hal pertama yang harus diamati adalah
apakah korban bernafas atau tidak. Untuk melakukan hal ini, dekatkan diri anda
anda secara bersamaan. Jika pasien tidak bernafas, maka bebaskan jalan nafas
dengan metode chin lift, head tilt, kemudian lakukan cek ulang. Jika pasien
tetap tidak bernafas setelah dibebaskan jalan nafasnya, maka berikan kartu hitam
padanya. Sebaliknya, jika korban terlihat bernafas berikan kartu merah padanya.
Jika pasien bernafas tanpa harus dibebaskan jalan nafasnya, lakukan cek berikut.
Apabila mereka bernafas lebih dari 30 kali per menit, maka berilah kartu merah.
Jika mereka bernafas antara 15 30 kali per menit, maka lakukanlah pengecekan
Lakukan cek urat nadi bersamaan dengan Tes Blanch. Tes Blanch adalah tes
yang dilakukan untuk mengamati sirkulasi darah dibagian kuku. Jika ujung kuku
pasien yang berwarna merah muda ditekan selama 5 detik, maka dasar kuku akan
berubah warna menjadi putih. Ketika tekanan tersebut dilepaskan dan dalam
waktu 2 detik dasar kuku nya berubah kembali menjadi merah muda, maka
pasien tersebut masih baik sirkulasinya. Tetapi dalam kondisi udara yang dingin,
bisa saja perubahan warna dasar kuku ini memakan waktu lebih dari 2 detik. Jika
hasil tes blanch lebih dari 2 detik dan nadinya pun tidak teraba, maka berikan
kartu merah pada pasien tersebut. Jika urat nadi dapat teraba dan warna dasar
kuku berubah kembali dalam waktu 2 detik maka lakukan pengamatan kesadaran
pada pasien.
3. Pengamatan Kesadaran
Cek apakah pasien dapat melakukan perintah sederhana seperti coba tangannya
menggenggam atau coba matanya dibuka, dan lain-lain. Jika pasien dapat
merespon perintah tersebut, maka berikan kartu kuning. Dan jika tidak dapat
merespon berikan kartu merah. Namun ada kalanya beberapa pasien tidak
bencana, maka perhatikanlah dengan teliti kondisi pasien tersebut. Jika tersedia
manset tensimeter sebagai peralatan medis paling minimum yang harus ada,
maka dapat dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Tetapi lebih baik diingat
indikator tekanan darah sistolik dengan perkiraan kasar. Apabila nadi radial
terdeteksi maka tekanan sistoliknya berkisar antara 80 mmHg atau lebih; jika
nadi femoralis yang terdeteksi maka tekanan adarah sistolik berkisar antara 70
mmHg atau lebih; dan kalau yang terdeteksi adalah nadi karotis maka tekanan
Pada Fase Akut Bencana yang memakan banyak korban, terdapat elemen-
mungkin korban dalam kondisi terbatasnya sumber. Oleh karena itu, dituntut adanya
dengan menggunakan sistem triase, dimana cara ini berbeda dengan apa yang sering
mereka lakukan dalam kondisi biasa/normal. Teknik pengkajian fisik yang digunakan
dalam triase Bencana, secara prinsip menuntut perawat untuk menggunakan kelima
dkk, 2009).
2.19. Perawat
asuhan, dan konseling dari kondisi sakit, cedera atau ketidaberdayaan atau upaya
upaya dalam pengawasan dan pengajaran pada staf atau dalam pemberian medikasi
dan pengobatan sesuai yang diresepkan oleh dokter atau dokter gigi, kebutuhan dari
sebagai konsekuensi penting bagi individu yang menerima pelayanan, profesi ini
memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga atau
keperawatan mencari jawaban untuk reaksi klien yang berkaitan dengan kesehatan.
Didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk bio psiko - sosial - spiritual
yang komprehensif, ditujukan kepada Individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Sumijatun, 2010).
Pada fase akut bencana yang memakan banyak korban, terdapat banyak
mungkin korban dalam kondisi terbatasnya sumber. Oleh karena itu, dituntut adanya
dengan menggunakan sistem triase, dimana dengan cara ini berbeda dengan apa yang
Keperawatan Gawat
Keperawatan Bencana pada Fase
Daraurat pada Saat
Akut
Normal
Objek Banyak orang (komunitas) Individu dan orang
sekitarnya
Prasyarat Terbatasnya sumber (SDM, Sumber-sumber medis
bahan medis) dapat diperkirakan dan
Waktunya terbatas disiapkan
Terbaik untuk banyak orang Keperawatan
berkelanjutan
Perawatan medis terbaik
untuk satu orang
Keadaan Daerah Bencana: Pada saat normal:
Rusaknya fasilitas medis Fasilitas medis berfungsi
Terputusnya fasilitas normal
penunjang hidup (gas, saluran Fasilitas penunjang
air, listrik, telepon, sistem hidup berfungsi normal
transportasi) Informasi bisa diperoleh
Terputusnya dan kurangnya Petugas medis cukup
informasi Persediaan obat-obatan
Sangat kekurang petugas dan bahan medis cukup
medis Alat-alat medis dapat
Kekurangan obat dan bahan- digunakan
bahan medis Trasnportasi dapat
Alat medis tidak dapat digunakan
Keperawatan Gawat
Keperawatan Bencana pada Fase
Daraurat pada Saat
Akut
Normal
Spesifikasi Berbaur diantara para korban Intervensi terhadap satu
Tindakan dan orang-orang disekitarnya. orang dan orang-orang
Keperawatan Intervensi terhadap para yang mengitarinya
korban. Mampu menggunakan
Pengumpalan data ME (Medical
menggunakan kelima panca Equipment) untuk
indera memonitoring pasien
Pengkajian fisik menggunakan kritis
kelima panca indera Dapat mengambil
Mengerahkan seluruh kesimpulan dari data
kemampuan dan keterampilan objektif
yang dimiliki Dapat berkonsultasi dan
Pelayanan keperawatan yang bekerja sama dengan
cepat, tanggap dan kreatif perawat atau doker bila
ditengah keterbatasan sumber pengetahuan dan
Perawatan dan manajement keterampilan kurang
kesehatan diserahkan pada Dapat mempraktikkan
pasien atau keluarganya keperawatan dengan
sendiri memanfaatkan sumber
Kesulitan perawat untuk yang diperlukan
membuat cacatan tentang berdasarkan manual atau
kondisi pasien proses
Kekurangan penyokong social Perawatan di fokuskan
2.21. Puskesmas
(Trihono, 2005).
2.21.2. Visi
kecamatan menuju sehat yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dengan
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama
yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
2.21.3. Misi
kerjanya.
beserta lingkungannya.
2.22. Pengetahuan
pendidikan; pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek, (ii) apa yang dikenal
dalam bidang tertentu atau secara total; fakta dan informasi; atau (iii) kesadaran atau
keakraban diperoleh pengalaman fakta atau situasi. Perdebatan filosofis pada mulai
dibenarkan." Namun ada ada definisi yang disepakati tunggal pengetahuan saat ini,
maupun prospek satu, dan masih ada banyak teori yang bersaing (Bagoes, 2010).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
harus melewati tahap-tahap di atas. Rogers mengemukakan ada empat tahapan proses
1. Tahap Pengetahuan
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.
Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai
saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun
2. Tahap Persuasi
Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna.
Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi
tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia
Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan
4. Tahap Implementasi
inovasi tersebut.
5. Tahap Konfirmasi
atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang
akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi
pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang I pelajari atau rangsangan
yang telah di terima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
2. Memahami (Comprehension)
objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
3. Aplikasi (Application)
dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil. Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi
konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
5. Sintesis (Syntesis)
menghubungkan bagian - bagian di dalam satu bentuk yang baru. Dengan kata
lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari
6. Evaluasi (Evaluation)
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
1. Pengalaman
maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
2. Ekonomi (Pendapatan)
keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila dibandingkan
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan memengaruhi pemenuhan
sekunder.
Manusia adalah mahluk sosial dimana didalam kehidupan berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan
4. Pendidikan
sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media
massa (TV, radio, majalah dan lai-lain) akan memperoleh informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan orang tidak pernah terpapar informasi media massa.
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek penelitian atau
1. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson dkk,
a. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin
ilmu tertentu yang biasa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan
sebagainya.
b. Pengetahuan Konseptual
antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya
bentuk yaitu:
tentang kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang
ilmu tertentu.
hasil observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip dan generalisasi.
c. Pengetahuan Prosedural
permasalahan.
d. Pengetahuan Metakognitif
2.23. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
kesediaan dan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespon (Responding)
yang diberikan adalah suatu usaha Untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan , terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tanda-
minuman, olah raga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi
kesehatannya.
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif
terhadap nilai-nilai kesehatan tidak terlalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal
1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
Nilai (value), didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang
Menurut WA. Gerungan (1982), dalam Sunyoto (2012), sikap mempunyai ciri
a. Sikap bukan merupakan bawaan manusia sejak lahir, melainkan dibentuk atau
tertentu.
b. Sikap dapat berubah ubah dan dapat dipelajari, oleh karena itu sikap dapat
berubah pada orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu yang
c. Sikap itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung hubungan pada
d. Sikap mempunyai strategi motivasi dan segi perasaan dalam membedakan sikap
Artinya sikap seseorang terhadap suatu objek akan menunjukkan suatu arah
tertentu suatu objek. Arah seseorang terhadap suatu objek dapat mendekat atau
menjauh. Kecuali sikap seseorang itu mempunyai derajat tertentu yaitu sampai
beberapa orang merasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek, sedangkan
Sikap merupakan kerangkan organisasi dari beberapa sikap yang ada pada
Artinya selalu mempunyai sesuatu hal yang dianggap penting. Objek sikap dapat
berubah konsep abstrak seperti konsumerisme atau berupa suatu yang nyata.
a. Assosiasi Group
Sikap sangat dipengaruhi oleh kelompok dalam lingkungan juga anggota lain,
misalnya sikap terhadap produksi, etika dan kelompok orang dari subjek lain
b. Pengalaman Pribadi
harinya. Ada beberapa familier sedangkan yang lain sama sekali baru dan juga
Sikap seseorang dapat dibentuk dan diubah melalui kontak perorangan dengan
orang lain. Seseorang dapat berpengaruh kuat pada sikap dan tingkah laku orang
lain.
diperhatikan adalah secara metodologi dan instrumen agar dapat dikembangkan dan
Menurut Basu Swastha DH. Dan T.Hani Handiko (1987) dalam Sunyoto
(2012), menyatakan sikap secara garis besarnya dapat diukur dengan dua cara yaitu :
Digunakan sejumlah item yang telah disusun secara seksama, hati hati, selektif
1) Secara langsung yang berstruktur, terdiri dari pernyataan yang telah disusun
dengan survey.
Merupakan pengukuran sikap dengan menggunakan alat alat tes. Hal ini dapat
dibedakan antara yang berstruktur dengan yang tidak berstruktur, yang berstruktur
dapat menggunakan tes objektif dengan sikap, sedangkan yang tidak berstruktur
suatu gambaran pada subjek. kemudian subjek tersebut diminta menceritakan apa
apa yang telah dilihat untuk memperlihatkan sikap terhadap situasi yang ada
2.14. Keterampilan
tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian luas, jelas bahwa setiap
2001).
dasar (basic ability) untuk melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat.
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh
2. Technical Skill
3. Interpersonal Skill
berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang
baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
4. Problem Solving
yang baik.
salah satu faktor penunjang adalah tingkat keterampilan pegawai atau karyawan itu
sendiri. Semakin tinggi tingkat keterampilan seorang pegawai atau karyawan, maka
Sebenarnya, pengertian atau konsep kompetensi saat ini bukanlah sesuatu hal
kompetensi dimulai sekitar pada tahun 1960 sampai dengan awal tahun 1970-an.
Sesuai gerakan dan perkembangan konsep kompetensi pada waktu itu, banyak
tentang hasil studi dan hasil penelitian yang menunjukan bahwa dari hasil tes sikap
terhadap kemampuan dan keahlian seseorang, baik pada perempuan maupun laki-laki,
bahkan kepada minoritas dan mayoritas sekalipun atau pada strata kehidupan sosial
Selanjutnya, dari hasil temuan penelitian ini telah mendorong para psikolog
lainnya, di antaranya L.M. Spencer,Jr & S.M. Spencer yang melakukan penelitian
lebih jauh mendalam lagi terhadap lagi terhadap variable kompetensi yang diduga
ditinjau dari beberapa faktor, seperti rasial, gender, dan sosial ekonomi. Oleh karena
itu, maka dari hasil temuan para psikolog ini telah mendorong untuk dilakukan
(berkinerja baik) dengan individu orang lain yang gagal atau tidak berhasil dalam
dengan menjawab secara pilihan ganda (multiple choice). Apa yang dapat
dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya pada
orang tersebut, dan mengapa yang dipikirkan seseorang secara spontan dalam
hal ini tampak pada hubungan dari keduanya, yaitu hubungan sebab akibat (causalliy
adalah sangat erat dan penting sekali, relevansinya ada kuat dan akurat, bahkan
kompetensi yang sesuai dengan tugas pekerjaannya (the righ man on the righ job).
Pengelolaan sumber daya manusia memang harus dikelola secara benar dan seksama
agar tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai melalui pengelolaan sumber daya
manusia yang meliputi beberapa proses, antara lain organisasi harus mengidentifikasi
2009).
related ) jika dikaitkan dengan kinerja seorang karyawan serta kompetensi, yang
terdiri atas : motif (motive) , sifat (trait), konsep diri (self concept) dan keterampilan
dorongan motif atau sifat yang menyebabkan suatu tindakan seseorang untuk
terhadap kinerja petugas promosi kesehatan di Puskesmas wilayah kerja kerja Dinas
Puskesmas. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, dengan
persamaan Y = 0.925 +0,391 XI. Hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan
kesehatan di Puskesmas Deli Serdang. Sampel penelitian ini berjumlah 168 orang,
analisis diketahui ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan
kinerja perawat (p=0,046), variabel sikap dengan kinerja perawat (P=0,034), variabel
keterampilan dengan kinerja peawat (p=0,001). Ada pengaruh yang signifikan antara
kompetensi (sikap dan keterampilan) terhadap kinerja perawat. Variabel yang paling
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah variable independen (variable bebas)
massal.