Anda di halaman 1dari 17

MODUL

LINK BUDGET
3

4.1. Dasar Link Satelit

Jalur komunikasi stasiun bumi ke satelit dan kembali turun ke stasiun bumi lain terdiri
dari suatu komponen serial dan ruang bebas jalur propagasi radio yang dapat diuraikan
oleh satu atau lebih karakteristik karakteristik berikut ini :

Penguatan dan pelemahan sinyal


Pembangkitan atau penambahan noise
Pembangkitan atau penambahan interferensi
Pengaruh non linier pada amplifier daya

Berikut adalah sebuah link komunikasi satelit VSAT

Gambar 4.1. Link Komunikasi VSAT

Symbol Uraian Satuan

PTE Daya transmit stasiun bumi (SB) dBW

GTE Gain Transmit Antena dBi

GRS Gain receive satelit dBi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 1


NOS Penerimaan noise power density di satelit dBW/Hz

GS Gain satelit dB

PTS Daya transmit satelit dBW

GTS Gain transmit satelit dBi

GRE Gain receive stasiun bumi dBi

NOE Penerimaan noise power density di SB dBW/Hz

Faktor faktor yang berpengaruh pada analisa link antara lain :

1. Desain statis atau clear weather

Thermal noise pada penerima stasiun bumi dan satelit


Karakteristik antena stasiun bumi.
Pola antena satelit.
Redaman sepanjang jalur up link dan down link.
Noise intermodulasi multicarrier.
Interferensi dar cross kanal RF.
Interferensi dari satelit yang berdekatan.
Interferensi dari kanal RF yang berdekatan.

2. Alokasi link margin ( fade margin )

Absorpsi sinyal oleh hujan.


Noise yang membesar karena hujan.
Variasi level daya transmitter stasiun bumi berdasarkan waktu dan temperatur.
Kesalahan pengarahan antena satelit.
Menurunnya gain satelit karena umur.

4.2. Noise Sistem Penerima

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 2


Bagian ini merpakan kalkulasi noise yang dibangkitkan dalam sistem penerima . Noise
tersebut muncul dari tiga sumber utama, yaitu :

1. Noise sirkit elektrik dalam amplifier RF penerima / receiver.


2. Loss pada rentetan penerimaan khususnya pada penguat RF tingkat pertama.
3. Energi noise yang diterima oleh antena.

Noise Sirkit Elektrik

Noise pada sirkit elektrik disebabkan oleh pergerakan secara acak elektron elektron
yang biasanya disebut dengan thermal noise. Temperatur yang lebih tinggi
menyebabkan pergerakan elektron yang makin cepat sehingga daya thermal noise
makin tinggi. Nyquist membuktikan dari pertimbangan thermodynamic bahwa harga
rata-rata tegangan yang terdapat pada suatu tahanan R yang diukur pada bandwidth B
adalah :

en2 = 4kTBR

Dimana :

en = Tegangan noise

k = Konstanta Boltzman = 1,38 x 1023 J/K

T = Tempereratur absolut , K

Daya noise N yang ada dimasukan pada beban yang sesuai menjadi :

Noise Temperatur Ekivalen

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 3


Dengan memperhatikan model berikut untuk suatu perangkat aktif.

Gambar 4.2. Noise Temperatur Ekivalen

Noise Temperatur Ekivalen ( Te ) suatu perangkat didefenisikan sebagai temperatur


suatu generator noise pada input perangkat yang akan menghasilkan daya noise output
yang secara aktual. Sedangkan pada perangkat aktif yang dipasang secara tandem
adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3. Noise Temperatur Ekivalen Pada Sistem Tandem

Untuk pengoperasian perangkat pada sistem tandem , noise temperatur ekivalen


totalnya adalah :

Dan daya noise output adalah :

Nout = k.Te.B.G1.G2

Noise Figur Penerima

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 4


Noise figur suatu penerima adalah suatu pengukuran noise perangkat yang didasarkan
pada kemerosotan nilai pada signal to noise ( S/N ) yang terjadi melalui penerima :

Dimana f adalah noise figur penerima , dan G adalah gain . Karena itu kita bisa menulis :

Nout = f.G.Nin = ( f 1 ) G.Nin + G.Nin

= ( f 1 ) G.k.Tin.B + G.k.Tin .B

Bagian kedua persamaan diatas hanya noise pada output yang terjadi karena
datangnya noise yang dikuatkan oleh gain receiver, bagian pertamanya adalah
kontribusi noise output yang terjadi karena receiver itu sendiri. Noise figur tersebut
menjadikan noise ini bergantung pada level noise input. Untuk menghindari suatu noise
figure yang bergantung pada temperatur input , IEEE membuat standarisasi bahwa t
adalah selalu diambil pada suatu temperatur input yang besarnya To = 290 K.

Oleh karena itu persamaannya menjadi :

No = k.Te.B.G = ( f 1 ).k.To.B.G

Te = ( f 1 ) To dimana To = 290 K

Ini hubungan yang sangat penting antara dua metode umum yang digunakan untuk
menspesifikasikan performansi suatu perangkat aktif yaitu noise temperatur dan noise
figur.

Noise figur secara umum dinyatakan dalam istilah dB sebagai berikut:

F = 10 log (F) dB

Untuk dua perangkat yang serial noise figur totalnya adalah sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 5


Gambar 4.4. Noise Figur

Noise Sistem Penerima Karena Loss Elemen

Pengoperasian suatu attenuator pada suhu ruangan juga akan membangkitkan daya
noise yang harus diperhitungkan dalam kalkulasi. Untuk attenuator yang sesuai / match,
daya noise mengalir kedalam dan keluar dari beberapa seksi dari attenuator .

N = k.To.B

Seksi dari attenuator ini akan menurunkan noise input oleh loss/redaman seksi tersebut
(menaikan noise oleh gain) dan akan membangkitkan noise yang dapat dispesifikasikan
sebagai noise temperatur ekivalen seksi tersebut , karenanya dapat kita tulis persamaan
berikut :

Nout = Nin.G + k.Te.B.G

Oleh karena itu , Te = To ( L 1 )

Noise temperatur Ekivalen pada output suatu attenuator adalah :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 6


Gambar 4.5. Noise Karena Loss Elemen

Noise Sistem Penerima Karena Antena

Antena yang digunakan pada sistem komunikasi satelit tidak hanya menerima atau
memancarkan energi sinyal , tapi juga menerima noise frekuensi radio dari berbagai
sumber. Main lobe antena stasiun bumi akan mengarah ke ruang yang dingin / cold
yang mempunyai latar belakang noise radio yang sangat rendah. Untuk antena yang
beroperasi diatas 1 GHz , sumber noise adalah terutama noise absorpsi oleh oksigen
dan butir air hujan pada ruang atmosfir. Back lobe antena dan beberapa bagian side
lobe menerima radiasi noise dari bagian bumi yang hangat yang akan menambah noise
atmosfir.

4.3. Kalkulasi Total Noise Sistem Penerima

Kontribusi total noise sistem penerima dapat dikalkulasikan berdasarkan model berikut
ini :

Gambar 4.6. Kalkulasi Total Noise

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 7


Dimana :

Ta : Noise temperatur antena

T1 : Noise temperatur LNA

G : Gain antena

F : Noise figur perangkat receiver

Dengan menggunakan input Low Noise Amplifier (LNA) sebagai titik referensi , total
noise temperatur adalah dihitung sebagai berikut:

Contoh :

Diketahui spesifikasi untuk stasiun bumi satelit C Band sebagai berikut :

Ta = 35 K ; Loss = 0,5 dB (L = 1,12)

T1 = 80 K ; Gain = 50 dB (G = 100000)

f = 20 dB (f = 100)

T.sys = 31 + 31 + 80 + 0,3 = 142 K

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 8


4.4. Figur Of Merit / Gain To Temperatur (G/T)

Sistem penerima untuk stasiun radio satelit atau teresterial sering dispesifikasikan dalam
istilah gain to temperatur ratio (G/T) atau figur of merit penerima. Titik referensi untuk
kalkulasi G/T biasanya pada input Low Noise Amplifier ( LNA ). Modelnya sebagai
berikut :

G/T = Ga L 10 Log ( T.sys )

= 45 0,5 21,5 = 23 dB/K

Gambar 4.7. Figure Of Merit

4.5. Persamaan Antena

Flux density atau daya per unit area / luas pada jarak (d) dari suatu radiator isotropic
adalah :

Dimana PT adalah daya pancar antena isotropic.

Untuk radiator yang bukan isotropic , gain antena transmit adalah sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 9


4.6. Persamaan Link radio

Model dibawah ini memperlihatkan sinyal yang dipancarkan dari suatu antena,
merambat melalui free space dan diterima oleh antena yang lain.

Gambar 4.8. Persamaan Link radio

Flux density yang diradiasikan , atau daya persatuan luas area pada jarak d dari
pemancar adalah sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 10


Dimana :

PT = Daya yang masuk ke antena

GT = Gain antena pemancar

GR = Gain antena penerima

Produk daya transmit dan gain antena biasanya disebut dengan Equivalent Isotropically
Radiated Power (EIRP) dan juga disebut dengan figure of merit stasiun pemancar ,
sehingga dapat ditulis :

Daya carier diterima dan dikumpulkan oleh antena penerima yang mempunyai efektif
luas permukaan , sehingga carrier yang di terima adalah sebagai berikut :

Gain antena penerima adalah :

Dengan demikian daya carrier yang diterima dapat ditulis :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 11


Bilamana total jalur tidak hanya free space , akan tetapi lewat melalui atmosfir , maka
bagian loss untuk atmosfir harus ditambahkan , sehingga persamaannya menjadi :

Level carrier yang sebenarnya diterima tidak akan menghawatirkan selama receiver ini
memiliki penguatan (gain) yang bisa meningkatkan level yang diinginkan. Rasio carrier
to noise power density merupakan pengukuran kapabilitas sistem yang sangat berarti
yang melewatkan dari pemancar ke penerima . rasio ini dapat ditulis sebagai berikut :

Rasio ini dinyatakan dalam decibel menggunakan notasi sebagai berikut :

Komponen kompone persamaan dasar diats meliputi :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 12


EIRP adalah Equivalent Isotropically Radited Power (EIRP) transmiter dalam
dBW
FSL adalah Loss Free Space dalam decibel

L adalah loss atmosfir dalam decibel


G/Tsys adalah figure of merite receiver dalam dB/K
10 log (k) adalah konstanta Boltzmann = 228,6 dBW/K/Hz

Persamaan lain yang sangat yang sangat berguna yaitu flux density pada receiver ,
yaitu :

Dimana G1 adalah gain antena dalam area 1 m2

Gain ini merupakan suatu konstanta untuk beberapa frekuensi tertentu dan bersama
sama dengan loss free space akan digunakan pada analisa link, hal ini memungkinkan
flux density pada receiver dengan mudah dapat dikalkulasi. Dibawah ini merupakan
persamaan yang lebih umum dimana loss absorpsi atmosfir diikut sertakan dalam
kalkulasi :

= EIRP FSL L + G dBW / m2

Demikian pula dapat ditulis sebagai berikut :

C/No = - G1 + G/Tsys 228,6 dB - Hz

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 13


4.7. Kalkulasi Link VSAT

Link satelit terdiri dari dua bagian besar yaitu pengaruh up link dan pengaruh down link.
Disana terdapat sejumlah bagian interferensi yang mempengaruhinya. Satelit
menguatkan sinyal yang diterimanya (berikut dengan noise dan interferensi),
melaksanakan translasi frekuensi dan mentransmisikan kembali sejumlah daya ke
stasiun bumi penerima.

1. Persamaan Up Link

Persamaan up link untuk transmisi ke satelit dapat ditulis secara langsung


dengan mensubstitusikan nilai nilai kedalam persamaan dasar link :

C/No = EIRPES FSLUP LABS + G/TSAT + 228,6 dB-HZ

Dimana :

EIRPES : EIRP Stasiun Bumi

FSLUP : Loss Free Space Up Link

LABS : Loss Absorpsi

G/TSAT : G/T Satelit

228,6 : Konstanta Boltzmann

2. Persamaan Down Link

Bagian kalkulasi link down link bisa diperoleh dengan mensubstitusikan lagi nilai
nilai kedalam persamaan dasar link sebagai berikut :

C/No = EIRPSAT FSLDN LABS + G/TES + 228,6 dB-Hz

Dimana :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 14


EIRPSAT : EIRP Satelit

FSLDN : Loss Free Space Down Link

LABS : Loss Absorpsi

G/TES : G/T Stasiun Bumi

228,6 : Konstanta Boltzmann

Input / Output Back Off Untuk Multicarrier

Gambar 4.9. IBO dan OBO

Pada multicarrier titik kerja ( IBO , OBO ) satelit diset oleh daya total untuk semua carrier
yang melewati TWT tersebut. Untuk mengkalkulasi performansi individual carrier , akan
dikenalkan ide suatu power fraction (F) , yang menetapkan fraction atau portion
daripada titik kerja daya yang mewakili individual carrier. Sebagai contoh , jika kanal RF
mempunyai 100 carrier , maka F= -20 dB.

Individual carrier mempunyai fraction daya output yang sama sebagaimana dia
mempunyai daya input. Maka kita akan mendefenisikan hal- hal berikut :

IBO = Input Back Off Kanal RF

OBO = Output Back Off Kanal RF

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 15


IBOi = Input Back Off Individual Carrier

OBOi = Output Back Off Individual Carrier.

Fraction daya input dapat dinyatakan sebagai :

F = IBO IBOi dB

IBOi sendiri diperoleh dari :

IBOi = SFD - = EIRPES FSLUP L + G1

Sedangkan Output Back Off adalah :

OBOi = OBO F dB

Berikut tabel intermodulasi kanal satelit (multi carrier)

Tabel 3 Intermodulasi Kanal Satelit

INPUT BACK OFF OUTPUT BACK OFF SATURASI CARRIER TO


IBO (dB) OBO (dB) INTERMOD NOISE DENSITY (dB Hz)

14 8.1 102

13 7.2 100,5

12 6.5 99

11 5.8 97,5

10 5.1 96

9 4.5 94,5

8 3.9 93

7 3.4 91,5

6 2.9 90

5 2.5 89

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 16


4 2.3 88

3 2.1 86,5

Dalam kalkulasi link yang memperhitungkan IBO dan OBO (untuk multi carrier) maka
untuk kalkulasi up link EIRP Up link harus dikurangkan dengan Input Back Off sehingga
EIRP up link akan sama dengan EIPRES IBO , sehingga C/No up link akan menjadi :

C/No = (EIRPES IBO) FSLUP LABS + G/TSAT + 228,6 dB-HZ

Sedangkan untuk kalkulasi down link EIRP satelit ( EIRP Down Link) harus dikurangkan
dengan Output Back Off (OBO), sehingga C/No nya akan menjadi :

C/No = (EIRPSAT OBO ) FSLDN LABS + G/TES + 228,6 dB-Hz

Nilai output saturasi carrier to intermode noise density (CSAT/Io) dapat diperoleh dari tabel
3 . Sedangkan nilai (C/Io)-nya sendiri adalah sebagai berikut :

C/Io = CSAT/Io OBOi

Maka link totalnya adalah sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB DUDI NUGROHO JARINGAN TELEKOMUNIKASI 17

Anda mungkin juga menyukai