Anda di halaman 1dari 16

TRANFUSI DARAH

Posted on Januari 28, 2009 by idmgarut

A. Definisi

Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah
seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit melalui IV. Meskipun tranfusi darah penting
untuk mengembalikan homeostasis, tranfusi darah dapat membahayakan. Banyak komplikasi dapat
ditimbulkan oleh terapi komponen darah, contohnya reaksi hemolitik akut yang kemungkinan
mematikan, penularan penyakit infeksi dan reaksi demam. Kebanyakan reaksi tranfusi yang
mengancam hidup diakibatkan oleh identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah
atau komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel.
Pemantauan pasien yang menerima darah dan komponen darah dan pemberian produk-produk ini
adalah tanggung jawab keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji sebelum dan selama
tranfusi yang dilakukan. Apabila klien sudah terpasang selang IV, perawat harus mengkaji tempat
insersi untuk melihat tanda infeksi atau infilrasi.

Perawat harus memastikan bahwa kateter yang dipakai klien menggunakan kateter ukuran besar (18-
19). Komponen darah harus diberikan oleh personel yang kompeten, berpengalaman dan sesuai dengan
prosedur yang berlaku.

B. Tujuan

1. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau perdarahan


2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada
klien yang mengalami anemia berat.
3. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal : faktor
pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien yang menderita
hemofilia)
C. Golongan dan Tipe Darah

Darah tersusun dari beberapa unsur yang mempunyai peran utama dalam terapi tranfusi darah.
Komponen ini meliputi antigen, antibody, tipe Rh, dan antigen HLA. Antigen adalah zat yang
mendatangkan respon imun spesifik bila terjadi kontak dengan benda asing. Sistem imun tubuh
berespon dengan memproduksi antibody untuk memusnahkan penyerang. Reaksi Antigen (Ag) dan
Antibodi (AB) ini diperlihatkan dengan aglutinasi atau hemolisis. Antibodi dalam serum berespon
terhadap antigen penyerang dengan mengelompokkan sel-sel darah merah bersama-sama dan
menjadikan mereka tidak efektif atau memusnahkan sel darah merah. Sistem penggolongan darah
didasarkan pada reaksi Ag-AB yang menentukan kompabilitas darah.

Golongan darah yang paling penting untuk tranfusi darah ialah sistem ABO, yang meliputi golongan
berikut: A, B, O, AB. Penetapan penggolongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah
merah A dan B. Individu-individu dengan golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada
sel darah merah; individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B, dan individu dengan
golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.

Aglutinin, atau antibody yang bekerja melawan antigen A dan B, disebut agglutinin anti A dan
agglutinin anti B. Aglutinin ini terjadi secara alami. Individu dengan golongan darah A
memproduksi aglutinin anti B di dalam plasmanya secara alami. Begitu juga dengan individu dengan
golongan darah B, akan memproduksi agglutinin anti A di dalam plasma secara alami. Individu dengan
golongan darah O secara alami memproduksi kedua aglutinin tersebut, inilah sebabnya individu dengan
golongan darah O disebut sebagai donor universal. Individu golongan AB juga menghasilkan antibodi
AB, oleh karena itu individu dengan golongan AB disebut resipien universal. Bila darah yang
ditranfusikan tidak sesuai, maka akan timbul reaksi tranfusi.

Setelah system ABO, tipe Rh merupakan kelompok antigen sel darah merah dengan kepentingan klinis
besar. Tidak seperti anti-A dan anti-B, yang terjadi pada individu normal dan tidak diimunisasi,
antibody Rh tidak terbentuk tanpa stimulasi imunisasi. Individu dengan antibodi D disebut Rh positif,
sedangkan yang tidak memiliki antibodi D disebut Rh negatif, tidak menjadi soal apakah ada antibodi
Rh lainnya. Antibody D dapat menyebabkan destruksi sel darah merah, seperti dalam kasus reaksi
tranfusi hemolitik lambat.

Penggolongan darah mengidentifikasi penggolonga ABO dan Rh dalam donor darah. Pencocoksilangan
(crossmatching) kemudian menentukan kompatibilitas ABO dan Rh adalah penting dalam pemberian
terapi tranfusi darah.

System HLA merupakan komponen berikutnya untuk dipertimbangkan dalam pemberian tranfusi.
System HLA didasarkan pada antigen yang terdapat dalam leukosit, trombosit dan sel-sel lainnya.
Penggolongan dan pencocoksilangan HLA kadang-kadang diperlukan sebelum tranfusi trombosit
diulangi.

D. Indikasi
1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan postpartum,
kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau penyakit kelainan darah).
2. Pasien dengan syok hemoragi.
E. Macam-macam Komponen Darah

Darah lengkap (whole blood)

Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan
mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh
yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam, maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik
rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya tersedia
dalam volume 400-500 ml dengan masa hidup 21 hari. Hindari memberikan tranfusi saat klien
tidak dapat menoleransi masalah sirkulasi. Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah
besar.

Indikasi:

1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar

2. Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari volume
darah total

Packed Red Blood cells (RBCs)

Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena sebagian plasma
telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama 2 sampai 4 jam, dengan
golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Hindari menggunakan komponen ini untuk
anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat. Masa hidup komponen ini 21 hari.

Indikasi :

1. Pasien dengan kadar Hb rendah

2. Pasien anemia karena kehilangan darah saat pembedahan

3. Pasien dengan massa sel darah merah rendah

White Blood Cells (WBC atau leukosit)

Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma dihilangkan 80 % ,
biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan darah
ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena
komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan
tranfusi dan disambung dengan antibiotik.

Indikasi :

1. Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3 C dan granulositopenia)

Leukosit poor RBCs

Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95 %, digunakan bila
kelebihan plasma dan antibody tidak dibutuhkan. Komponen ini tersedia dalam volume 200
ml, waktu pemberian 1 sampai 4 jam.
Indikasi:
1. Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise)

Platelet/trombosit

Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan atau jumlah
trombosit yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit, untuk pemberian biasanya
memerlukan beberapa kantong. Komponen ini diberikan secara cepat. Hindari pemberian
trombosit jika klien sedang demam.

Klien dengan riwayat reaksi tranfusi trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan
antihistamin. Shelf life umumnya 6 sampai 72 jam tergantung pada kebijakan
pusat di mana trombosit tersebut didapatkan. Periksa hitung trombosit pada 1 dan 24 jam
setelah pemberian.

Indikasi:

1. Pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit, peningkatan pemecahan


trombosit

2. Pasien dengan leukemia dan marrow aplasia

Fresh Frozen Plasma (FFP)

Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat kehilangan darah
akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah (factor V, VIII, dan IX).
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan
koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life 12
bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan pencocokan golongan
darah ABO dan system Rh.

Indikasi:

1. Pencegahan perdarahan postoperasi dan syok

2. Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan

3. Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan.

Albumin 5 % dan albumin 25 %

Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah dan pengganti
protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag. Volume yang diberikan bervariasi
tergantung kebutuhan pasien. Hindarkan untuk mencampur albumin dengan protein
hydrolysate dan larutan alkohol.

Indikasi :

1. Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau infeksi

2. Terapi hyponatremi

Pertimbangan Pediatrik dan Gerontik

Pediatrik

1. Pada anak-anak, 50 ml darah pertama harus diinfuskan lebih dari 30 menit.


Bila tidak ada reaksi terjadi, kecepatan aliran ditingkatkan dengan sesuai untuk
menginfuskan sisa 275 ml lebih dari periode 2 jam

2. Darah untuk bayi baru lahir dicocok silangkan dengan serum ibu karena mungkin
mempunyai antibody lebih dari bayi tersebut dan memungkinkan identifikasi yang lebih
mudah tentang inkompabilitas

3. Dosis untuk anak-anak bervariasi menurut umur dan berat badan (hitung dosis dalam
milliliter per kilogram berat badan)

4. Tranfusi sel darah merah memerlukan waktu infus yang ketat (untuk mempermudah deteksi
dini reaksi hemolitik yang mungkin terjadi)

5. Penggunaan penghangat darah mencegah hipotermi yang menimbulkan disritmia

6. Gunakan pompa infus elektronik untuk memantau dan mengontrol akurasi


kecepatan tetesan
7. Gunakan vena umbilikalis pada bayi baru lahir sebagai tempat akses vena

8. Tranfusi pada bayi baru lahir hanya boleh dilakukan oleh perawat atau dokter yang
kompeten dan berpengalaman (prosedur ini memerlukan ketrampilan tingkat tinggi)

9. Tinjau kembali riwayat tranfusi anak

Gerontik

1. Riwayat sebelumnya (anemia dengan gagal sumsum tulang, anemia yang berhubungan
dengan keganasan, perdarahan gastrointestinal kronik, gagal ginjal kronik)

2. Terdapat kemungkinan bahaya pada jantung, ginjal, dan sistem pernafasan


(atur kecepatan aliran jika klien tidak mampu menoleransi aliran yang telah
ditetapkan), sehingga waktu tranfusi lebih lambat

3. Defisit sensori dapat terjadi (konsultasikan dengan rekam medik atau anggota keluarga
terhadap reaksi tranfusi darah sebelumnya)

4. Premedikasi dapat menyebabkan mengantuk

5. Integritas vena mungkin melemah, pastikan kepatenan kateter atau jarum sebelum
melakukan tranfusi

G. Efek samping tranfusi

Alergi

Penyebab:

1. Alergen di dalam darah yang didonorkan

2. Darah hipersensitif terhadap obat tertentu

Gejala:

Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria, wheezing), demam, nausea
dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest, kolaps sirkulasi

Intervensi:

1. Lambatkan atau hentikan tranfusi

2. Berikkan normal saline

3. Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan


4. Berikan oksigenasi jika diperlukan

5. Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan kortikosteroid

6. Apabila diresepkan, sebelum pemberian tranfusi berikan diphenhidramin

Anafilaksis

Penyebab:

Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah membentuk antibodi IgA

Gejala:

Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi, kram abdomen, terjadi
dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter darah atau plasma.

Intervensi:

1. Hentikan tranfusi

2. Lanjutkan pemberian infus normal saline

3. Beritahu dokter dan bank darah

4. Ukur tanda vital tiap 15 menit

5. Berikan ephineprine jika diprogramkan

6. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika diperlukan

Pencegahan:

Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan plasma dari SDM
tersebut, gunakan darah dari donor yang menderita defesiensi IgA.

Sepsis

Penyebab:

Komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri atau endotoksin.

Gejala:

Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok, syok

Intervensi:

1. Hentikan tranfusi
2. Ambil kultur darah pasien

3. Pantau tanda vital setiap 15 menit

4. Berikan antibiotik, cairan IV, vasoreseptor dan steroid sesuai program

Pencegahan:

Jaga darah sejak dari donasi sampai pemberian

Urtikaria

Penyebab:

Alergi terhadap produk yang dapat larut dalam plasma donor

Gejala:

Eritema lokal, gatal dan berbintik-bintik, biasanya tanpa demam

Intervensi:

1. Hentikan tranfusi

2. Ukur vital sign tiap 15 menit

3. Berikan antihistamin sesuai program

4. Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada lagi

Pencegahan:

Berikan antihistamin sebelum dan selama pemberian tranfusi

Kelebihan sirkulasi

Penyebab:

Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau diberikan terlalu cepat

Gejala:

Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala hebat, nadi, tekanan darah dan
pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan vena jugularis meningkat

Intervensi:

1. Tinggikan kepala klien


2. Monitor vital sign

3. Perlambat atau hentikan aliran tranfusi sesuai program

4. Berikan morfin, diuretik, dan oksigen sesuai program

Pencegahan:

Kecepatan pemberian darah atau komponen darah disesuaikan dengan kondisi klien, berikan komponen
SDM bukan darah lengkap, apabila diprogramkan minimalkan pemberian normal saline yang
dipergunakan untuk menjaga kepatenan IV

Hemolitik

Penyebab:

Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor, resipien menjadi
tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam system ABO

Gejala:

Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun, dyspnea, mual dan muntah,
menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria, perdarahan abnormal, oliguria, nyeri punggung, syok,
ikterus ringan. Hemolitik akut terjadi bila sedikitnya 10-15 ml darah yang tidak kompatibel telah
diinfuskan, sedangkan reaksi hemolitik lambat dapat terjadi 2 hari atau lebih setelah tranfusi.

Intervensi:

1. Monitor tekanan darah dan pantau adanya syok

2. Hentikan tranfusi

3. Lanjutkan infus normal saline

4. Pantau keluaran urine untuk melihat adanya oliguria

5. Ambil sample darah dan urine

6. Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau pemeriksaan darah
untuk anemia yang berlanjut

Pencegahan:

Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan golongannya dan saat darah
diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering karena salah mengidentifikasi).
Demam Non-Hemolitik

Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit yang ditranfusikan.
Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise, sakit kepala
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi

2. Lanjutkan pemberian normal saline

3. Berikan antipiretik sesuai program

4. Pantau suhu tiap 4 jam

Pencegahan:
Gunakan darah yang mengandung sedikit leukosit (sudah difiltrasi)
Hiperkalemia

Penyebab:
Penyimpanan darah yang lama melepaskan kalium ke dalam plasma sel
Gejala:
Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan QRS melebar, kelemahan
ekstremitas, nyeri abdominal
Hipokalemia

Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi dapat dipengaruhi oleh
alkalosis respiratorik
Gejala:
Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen ST depresi, poliuria, kelemahan
otot, bising usus menurun
Hipotermia

Penyebab:

Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin diberikan melalui kateter
vena sentral.

Gejala:

Menggigil, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung/cardiac arrest


Intervensi:

1. Hentikan tranfusi

2. Hangatkan pasien dengan selimut

3. Ciptakan lingkungan yang hangat untuk pasien

4. Hangatkan darah sebelum ditranfusikan

5. Periksa EKG

Infeksi yang ditularkan melalui tranfusi

AIDS

Penyebab:
Darah donor HIV seropositif
Gejala:
Demam, keringat malam, letih, berat badan menurun, adenopati, lesi kulit seropositif terhadap virus
HIV
Kontaminasi bakteri

Penyebab:

Kontaminasi pada saat penyumbangan atau persiapan, bakteri endotoksin melepaskan endotoksin.

Gejala:

Serangan dalam 2 jam tranfusi (menggigil, demam, nyeri abdomen, syok, hipotensi yang nyata
Cytomegalovirus (CMV)

Virus CMV dapat berada pada orang dewasa yang sehat. Pasien-pasien dengan imunosupresi berisiko
tinggi tertular CMV

Gejala:
Letih, lemah, adenopati, demam derajat rendah
Hepatitis
Hepatitis A dan hepatitis B jarang, penyakit hati kronik lebih umum dengan Hepatitis C daripada
hepatitis B

Gejala:
Terjadi dalam dalam beberapa minggu sampai bulan setelah tranfusi, mual, muntah, ikterus, malaise,
kadar enzim hati tinggi
GVHD (Graft versus host desease)

Penyebab:
Limfosit donor yang normal bereproduksi di dalam tubuh resipien yang mengalami gangguan
kekebalan, limfosit menyerang jaringan resipien karena dianggap sebagai protein asing.
Gejala:
Demam, ruam kulit, diare, infeksi, gangguan fungsi hati (jaundice, supresi sumsum tulang)
Intervensi:
Berikan metotresat dan kortikosteroid jika diprogramkan
Pencegahan;
Berikan darah yang tidak diradiasi jika diprogramkan, berikan darah yang telah
dicuci dengan saline jika diprogramkan
Manajemen efek tranfusi
Pedoman untuk mengatasi reaksi tranfusi yang dibuat oleh American
Assotiation of Blood Banks adalah:
1. Hentikan tranfusi untuk membatasi jumlah darah yang diinfuskan

2. Beritahu dokter

3. Pertahankan jalur IV tetap terbuka dengan infus normal saline

4. Periksa semua label, formulir, dan identifikasi pasien untuk menentukan apakah
pasien menerima darah atau komponen darah yang benar

5. Segera laporkan reaksi tranfusi yang dicurigai pada petugas bank darah

6. Kirimkan sample darah yang diperlukan ke bank darah sesegera mungkin, bersama-
sama dengan kantong darah yang telah dihentikan, set pemberian, larutan IV yang
diberikan, dan semua formulir dan label yang berhubungan.

7. Kirim sampel lainnya (misal urin)

8. Lengkapi laporan institusi atau formulir reaksi tranfusi yang dicurigai

9. Peralatan yang harus disiapkan (obat-obatan seperti: aminophilin, difenhidramin,


hidroklorida, dopamine, epinefrin, heparin, hidrokortison, furosemid, asetaminofen,
aspirin; set oksigenasi; kit kateter foley; botol kultur darah; cairan IV; selang IV)

J. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Kondisi pasien sebelum ditranfusi


2. Kecocokan darah yang akan dimasukkan

3. Label darah yang akan dimasukkan

4. Golongan darah klien

5. Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)

6. Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak).

K. Persiapan Pasien

1. Jelaskan prosedur dan tujuan tranfusi yang akan dilakukan

2. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang keungkinan terjadi dan pentingnya melaporkan
reaksi dengan cepat kepada perawat atau dokter

3. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi, anjurkan untuk segera melapor apabila
reaksi terjadi

4. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa digunakan untuk pemberian
tranfusi

5. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan dan berikan normal saline terlebih dahulu

6. Pastikan golongan darah pasien sudah teridentifikasi

A. Persiapan Alat

1. Set pemberian darah

2. Kateter besar (18 G atau 19 G)

3. Cairan IV normal saline (NaCl 0,9 %)

4. Set infus darah dengan filter

5. Produk darah yang tepat

6. Sarung tangan sekali pakai

7. Kapas alkohol

8. Plester dan gunting

9. Manset tekanan darah

10. Stetoskope
11. Termometer

12. Format persetujuan pemberian tranfusi yang ditandatangani

13. Bengkok

14. Penghangat darah (jika diperlukan)

B. Prosedur kerja

1. Baca status dan data klien untuk memastikan program tranfusi darah

2. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persertujuan tindakan

3. Cek alat-alat yang akan digunakan

4. Cuci tangan

5. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya

6. Perkenalkan nama perawat

7. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien

8. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan

9. Kaji pernah tidaknya klien menerima tranfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul, apabila ada

10. Minta klien untuk melaporkan apabila menggigil, sakit kepala, gatal-gatal, atau
ruam dengan segera

11. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

12. Tanyakan keluhan klien saat ini

13. Jaga privasi klien

14. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien

15. Periksa tanda vital klien sebelum memulai tranfusi

16. Kenakan sarung tangan sekali pakai

17. Lakukan pemasangan infuse, apabila belum terpasang dengan menggunakan kateter berukuran
besar ( 18 atau 19 G), apabila sudah terpasang cek apakah set yang ada bisa digunakan untuk
pemberian tranfusi dan cek kepatenan vena

18. Gunakan selang infus yang memiliki filter di dalam selang (apabila selang infus masih
menggunakan selang infuse yang kecil, ganti dengan selang infus untuk tranfusi yang ukurannya lebih
besar)

19. Gantungkan botol normal saline untuk diberikan setelah pemberian darah selesai

20. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah pada saat
Anda siap menggunakannya.

21. Bersama seorang perawat lainnya yang telah memiliki lisensi, identifikasi produk darah yang akan
dimasukkan (periksa etiket kompabilitas yang menempel pada kantong darah dan informasi pada
kantong tersebut; untuk darah lengkap, periksa golongan darah ABO dan tipe Rh yang terdapat pada
catatan klien; periksa kembali kesesuaian produk darah yang akan diberikan dengan resep dokter;
periksa data kadaluarsa pada kantong darah; inspeksi darah untuk melihat adanya bekuan darah;
tanyakan nama klien dan periksa tanda pengenal yang dimiliki klien)

22. Mulai pemberian tranfusi darah (sebelum darah diberikan, berikan dahulu larutan normal saline;
mulai berikan tranfusi secara perlahan diawali dengan pengisian filter di dalam selang; atur kecepatan
sampai 2 ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien. Apabila perawat menjumpai
adanya reaksi, segera hentikan tranfusi, bilas selang dengan normal saline, laporkan pada dokter dan
beritahu bank darah)

23. Monitor tanda vital (ukur setiap 5 menit pada 15 menit pertama, selanjutnya disesuaikan dengan
kebijakan lembaga)

24. Observasi klien untuk melihat adanya reaksi tranfusi

25. Pertahankan kecepatan infus yang diprogramkan dengan menggunakanpompa, jika perlu

26. Apabila tranfusi sudah selesai, bilas dengan normal saline

27. Bereskan alat, lepas sarung tangan

28. Cuci tangan

29. Kaji respon klien setelah tranfusi diberikan

30. Berikan reinforceament positif pada klien

31. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

32. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan

33. Catat pemberian darah atau produk darah yang diberikan dan respon klien terhadap terapi darah
pada status kesehatan klien

34. Setelah tranfusi selesai, kembalikan kantong darah serta selang ke bank darah

jack

Iklan

Object 1

Anda mungkin juga menyukai