Anda di halaman 1dari 23

Khawarij dan Murjiah

Oleh: Fakhrurrozi

BAB I

PENDAHULUAN

Merupakan hal yang dimaklumi bahwa Rasulullah SAW meninggalkan umat islam
berada diatas jalan/petunjuk yang terang, akan tetapi dikarenakan beberapa factor baik
eksternal maupun internal terjadi perselisihan pendapat diantara kaum muslimin tentang
beberapa masalah, seperti masalah hukum pelaku dosa besar.

Dalam kaitannya dengan permasalahan ini, maka manusia secara garis besar terbagi
menjadi tiga golongan, pertama : golongan yang terlalu ekstrim yaitu kaum Khawarij, kedua :
golongan Tafrith ( moderat ) yaitu Aliran Murji'ah, ketiga : golongan tengah yaitu : Ahli
Sunnah Wal Jama'ah.

Secara umum, ajaran-ajaran pokok golongan ini adalah bahwa kaum muslimin yang
berbuat dosa besar menurut mereka adalah kafir.

Dalam upaya kafir mengkafirkan ini, terdapat suatu golongan yang menolak ajaran
kaum Khawarij yang mengkafirkan orang mukmin yang melakukan dosa besar. Sehingga
mereka membentuk sautu golongan yang menolak ajaran pengkafiran tersebut, golongan ini
disebut dengan golangan Murjiah.

Aliran Murjiah muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam
upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal ini
dilakukan oleh aliran Khawarij.

Dilatarbelakangi urgennya permasalahan ini maka penulis termotivasi untuk menulis


sedikit tentang latar belakang pemahaman mereka kemudian bagaimana sikap tengah Ahli
Sunnah ditengah Aliran Khawarij dan Murji'ah.

Dalam makalah ini penulis tidak akan memaparkan panjang lebar tentang eksistensi
dan perkembangan aliran Khawarij dan Murji'ah ini dari sudut sejarahnya, akan tetapi hanya
mengambil satu sisi dari beberapa sisi ajaran atau doktrin-doktrinnya. Batasan ini dianggap

1
perlu, guna menghindari terjadinya perluasan dan pelebaran masalah dalam pembahasan
makalah ini, maka dari itu penulis menyusun batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1. Membahas pengertian Dosa Besar.


2. Sekapur sirih tentang Khawarij dan perkembangannya, Pendapat mereka terhadap pelaku
dosa besar,kerancuan-kerancuan aqidah Khawarij dan jawabannya.

3. Membahas tentang Murji'ah, Pendapat mereka terhadap pelaku dosa besar, contoh-contoh
kerancuan akidah mereka dan bantahannya.

4. Kesimpulan dan penutup.

Dengan demikian, berdasarkan Latar Belakang Masalah dan Batasan Masalah yang
telah penulis uraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut :

Siapakah Khawarij dan Murji'ah itu, bagaimanakah mereka mensikapi pelaku dosa besar dan
bagaimana ahli sunnah wal jama'ah menyingkap syubhat-syubhat mereka? .

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. AL KHAWARIJ

Secara etimologis kata Khawarij bentuk jama', berasal dari bahasa Arab kharij yang
berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Berdasarkan etimilogis pula, Khawarij
juga berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat islam.

Siapa saja yang memberontak terhadap imam yang sah yang telah disepakati oleh
jamaah kaum muslimin, maka ia disebut Khariji ( orang khawarij ), baik pemberontakan itu
terjadi dimasa shahabat yang dilakukan terhadap khulafaur Rasyidin maupun sesudah mereka
yang dilakukan terhadap tabi'in dan para imam di setiap zaman.1

Pengikut Khawarij, pada umumnya terdiri dari orang-orang Arab Badawi.


Kehidupannya di padang pasir yang serba tandus, menyebabkan mereka bersifat sederhana,
baik dalam cara hidup maupun dalam cara berfikir. Namun, sebenarnya mereka keras hati,
berani, bersikap merdeka, tidak bergantung kepada orang lain, dan cenderung radikal. Karena
watak keras yang dimiliki oleh mereka itulah, maka dalam berfikir dan memahami agama
mereka pun berpandangan sangat keras.2

Pada masa-masa perkembangan awal Islam, persoalan-persoalan politik memang tidak bisa
dipisahkan dengan persoalan-persoalan teologis. Sekalipun pada masa-masa Rasulullah masih
hidup, setiap persoalan tersebut bisa diselesaikan tanpa memunculkan perbedaan pendapat
yang berkepanjangan di kalangan para sahabat. Setelah Rasulullah wafat, dan memulainya
penyebaran Islam ke seluruh pelosok jazirah Arab dan luar Arab persoalan-persoalan baru pun
bermunculan di berbagai tempat dengan bentuk yang berbeda-beda pula. Sehingga,
munculnya perbedaan pandangan di kalangan ummat Islam tidak bisa dihindari.

1. Latar Belakang Kemunculan Khawarij

Khawarij adalah sekte pertama yang muncul di tengah umat Islam dan memisahkan
diri dari jamaah kaum muslimin. Imam mereka yang pertama sekaligus pencetusnya adalah
Dzul Khuwaishirah, seorang pria dari Bani Tamim. Ia membangkang terhadap Nabi SAW

1
Al-Syahristany, Al-Milal Wa An-Nihal,( Dar Al-Marifah Beirut, 1404 H ), hal.129.

2
Drs. Abuddin Nata, Ilmu kalam, Filsafat, dan Tasawuf. (Jakarta : Rajawali Pers. 1993), Hal. 30.

3
dengan perkataanya, sebagai mana tercatat di dalam shahih Bukhari dari hadits abu sa'id al-
khudri RA, ia berkata :















.

Dari Abu Said Ra. Dia berkata : ketika kami sedang bersama Rasululullah SAW, kala itu
Rasulullah sedang membagi sesuatu, lalu Abu Al-Khuwaishirah ( seseorang yang berasal
dari Kabilah Tamim ) mendatangi beliau, seraya berkata wahai Rasulullah bersikap adil-lah,
Rasul menjawab : celaka kamu! Siapa yang akan menegakkan keadilan kalau saya sendiri
tidak bersikap adil? Engkau sendiripun akan ikut merugi kalau saya tidak adil. Umar
berkomentar : wahai Rasulullah ! izinkan saya memenggal lehernya. Rasulullah
menjawab : biarkan saja dia, sesungguhnya dia memiliki banyak kawan yang jika kalian
membandingkan shalat mereka dengan shalat kalian, puasa mereka dengan puasa kalian,
maka kalian pasti menganggap ibadah kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
ibadah mereka. Mereka membaca Al-Quran tetapi bacaannya tidak melewati
kerongkongannya, mereka mudah keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari
busurnya.

Intinya didalam hadits diatas Rasulullah menggambarkan cepatnya mereka meninggalkan


agama islam sebagaimana cepatnya anak panah keluar dari busurnya.

Kemunculan mereka dimulai dengan berpisahnya mereka dari barisan pasukan Ali dan
pembangkangan mereka terhadapnya. Pendapat inilah yang dipegang mayoritas ulama. Sebab
mereka mendefinisikan khawarij sebagai orang-orang yang membangkang terhadap Ali
setelah peristiwa tahhim.3

Keputusan dari tahkim yang dilakukan oleh pihak Ali dan Muawiyah mengakibatkan
diturunkannya Ali dari jabatan Khalifah, dan Muawiyah diangkat sebagai khalifah sebagai
pengganti Ali. Hasil tahkim yang di umumkan ini tidak lepas dari adanya kecurangan dan tipu
muslihat dari pihak Muawiyah yang menyelewengkan hasil kesepakatan tahkim yang
dilakukan secara tertutup dari kaum muslimin. Dengan menerimanya Ali dengan hasil tahkim
yang penuh dengan kecurangan dan mengecewakan ini, kontan membuat orang-orang
Khawarij kecewa dan menyatakan diri untuk keluar dari barisan Ali karena menganggap Ali
3
Ummu Tamim,Menyingkap Aliran dan paham sesat, (Jakarta: Pustaka Imam Ahmad.2010),hal.60.
4
tidak menggunakan hukum Allah dalam mengambil keputusan. Sehingga menyebabkan
sebutan kafir bagi Ali dan Muawiyah, serta mereka kontan memberikan pernyataan perang
melawan keduanya.

Perlu diketahui bahwa Ahlus sunnah bersepakat atas kewajiban melarang mencela siapapun
dari kalangan sahabat karena sengketa yang terjadi di antara mereka, meskipun diketahui
siapa yang benar dari mereka. Karena mereka tidaklah berperang melainkan atas dasar
ijtihad, sementara Allah SWT telah memaafkan orang salah dalam ijtihad.

2. Sekte-sekte Aliran Khawarij4


Menurut pandangan Abdul Aziz Dahlan, sebenarnya kata khawarij sendiri secara
tersirat menunujukkan watak kaum Khawarij yang terlalu mudah memisahkan diri dari
kelompok induk, sehingga timbullah sub-sekte yang banyak.
Sub-sekte Khawarij mulai timbul setelah kekalahan besar yang dialami mereka dalam
pembersihan di Nahrawan oleh tentara Ali. Kejadian itu menyebabkan mereka terpecah
menjadi golongan kecil yang mempunyai pendirian sendiri ada yang keras dan moderat.
Namun, meskipun demikian sub-sekte yang timbul itu jarang sekali sampai
menimbulkan peperangan. Hal ini disebabkan karena timbulnya sub-sekte tersebut hanya
sebatas permasalahan prinsip saja.
Adapun sub-sekte yang dimaksud, di antaranya adalah;
1. Al-Azariqah
Pemimpinnya bernama Nafi Ibn al-Azraq, termasuk ahli fiqh yang masyhur dari sekte
Khawarij. Menurut mereka semua orang Islam kecuali golongan mereka sendiri adalah kafir.
Demikian juga dihukumkan musyrik orang-orang yang mengakui al-Azariqah namun tidak
kuat pindah bersama-sama dengan penganut Al-Azariqah lainnya.
Anak-Anak di luar golongan al-Azariqah dihukumkan musyrik dan kekal di neraka.
Mereka boleh membunuhnya. Sub-sekte ini juga tidak akan mengembalikan benda-benda
amanah sekte lainnya. Negara atau pun daerah yang diduduki oleh selain al-Azariqah,
dihukumi kafir dan diklaim sebagai wilayah perang (dar al-Harb).
2. Ash-Shufriyah Az-Ziyadiah
Pemimpinnya Ziyad ibn Asfar. Pandangannya lebih lunak dari al-Azariqah, namun paling
ekstrim dari sub-sekte lainnya. Sub-sekte ini berpendapat bahwa taqiyah, yakni

4
Rofiqo Rahmawati dkk, sekte khawarij, (http://viesscholar.blogspot.com/2011/02/sekte-
khawarij.html), dikutip pada tanggal 31-12-2011, 11.05.
5
menyembunyikan faham mereka hanya boleh dilakukan dengan perkataan tidak perbuatan.
Wanita Islam di daerah kafir boleh menikah dengan orang kafir.
3. An-Najadaat Al-Aziriah
Pemimpinnya adalah Najdah ibnu Amir al-Hanafi. Semula golongan ini termasuk al-
Azariqah. Akan tetapi, karena ada perbedaan pendapat akhirnya mereka memisahkan diri.
Pendiriannya yang dipandang ekstrim adalah dosa kecil akan menjadi besar apabila
dikerjakan terus menerus dan yang mengerjakannya sendiri menjadi musyrik.
4. Al-Ajaridah
Pemimpinnya adalah Abdul Karim Ibnu Al-Ajrod. Golongan ini lebih lunak. Pendapatnya
adalah hijrah bukanlah suatu keharusan tetapi hanya merupakan kebajikan. Sub-sekte ini
terpecah menjadi beberapa kelompok kecil yaitu ash-Shalthiah, al-Maimuniyah, al-
Hamziyyah, al-Khallafiyah, al-Athrafiyyah, al-Syuaibiyyah.
5. Al-Ibadhiyyah
Pemimpinnya adalah Abdullah ibn Ibadh. Sub-sekte ini merupakan penganut paham
khawarij yang paling moderat dan luwes serta paling dekat dengan paham Sunni. Pendapat
mereka adalah orang yang berbeda paham dengan mereka bukan orang musyrik tetapi juga
bukan orang mumin. mereka menamakannya kafir akan nikmat bukan kafir akan keyakinan.
Abdul Qahir sebagaimana yang tercantum dalam bukunya Taib Thahir Abdul Muin
menambahkan bahwa ada sub-sekte Khawarij yang dianggap keluar dari Islam. Adapun sub-
sekte yang dimaksud yaitu; Yazidiah, Maimuniah, Syabibyah.

3. Pendapat Khawarij terhadap hukum pelaku dosa besar.

Kalangan penulis bidang aliran dan sekte berbeda pendapat tentang masalah ini, ada
yang mengatakan bahwa seluruh sekte yang terdapat dalam aliran khawarij sepakat untuk
mengkafirkan pelaku dosa besar, dan akan kekal selama-lamanya di dalam neraka.5

Sebagian yang lain berpendapat bahwa hal ini belum merupakan kesepakatan seluruh
sekte di dalam khawarij, mungkin pendapat inilah yang paling dapat dipegang, karena
Ibadhiyah misalnya mereka mengatakan bahwa pelaku dosa besar tetap dalam status
muwahhid /mengesakan Allah tapi tidak beriman, oleh sebab itu bagi mereka sah menikahi
pelaku dosa besar. Hal ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa pelaku dosa besar tetap
muslim.6
5
Ka'by, Al-farq baina al-Firaq, hal. 72.
6
Al-asy'ari, Maqaalat. Hal.156.
6
Sekte-sekte khawarij seperti al-muhakkimah, al-azariqah dan al-'ajaridah serta
pengikut-pengikutnya telah menetapkan bahwa pelaku dosa besar dari kalangan umat nabi
Muhammad SAW adalah kafir dan kekal di dalam api neraka. 7

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mayoritas aliran khawarij mengkafirkan


pelaku dosa besar.

4. Dasar Pemikiran Khawarij Dalam Mengkafirkan Pelaku Dosa Besar.

Berikut ini pemakalah akan menyebutkan beberapa argumentasi khawarij meskipun


sebenarnya banyak sekali dalil-dali yang mereka pakai untuk membangun pemikirannya, lalu
kemudian memaparkan analisis kritis tentang pemikiran mereka.

Dalil Pertama firman Allah di dalam surat al-maidah ayat ke 27:

( 27 : ){)




}
Mereka mengatakan bahwa pelaku dosa besar bukan termasuk orang-orang bertaqwa, oleh
karena itu Allah tidak akan menerima amalannya, ia tidak memiliki kebaikan, dan sebesar-
besar bentuk kebaikan adalah iman, pelaku dosa tidak lagi memiliki iman, oleh karenanya dia
berhak untuk dikekalkan di dalam neraka.8

Dalil ke dua firman Allah surat an-nisa ayat : 93.


{)







}
.[4/93]
Artinya : barangsiapa yang membunuh orang mukmin dengan sengaja maka akibatnya adalah
masuk neraka jahannam kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya.

Mereka mengatakan : nash ini merupakan ayat ancaman kekalnya pelaku dosa besar di dalam
api neraka, dan tidak mungkin kekal di neraka kecuali orang kafir.9

Dalil Ke Tiga: Hadits Riwayat Bukhari Dalam Kitab Al-Asyribah.

7
Ka'by,Diraasat fi al-Firaq, hal:100.
8
Ibnu Taimiyah, Fatawa.jilid.7, hal.494-495.

9
Syamsuddin, Lawami' Al-Anwar Al-Bahiyah,( Muassasah Al-Khafiqin, Damaskus, 1402 H),
jild.1,hal.368.
7











.( )


Artinya : " pelaku zina tidaklah beriman ketika ia melakukan zina",HR. muttafaq alaih.

Mereka mengatakan : zhahir hadits tersebut menunjukkan hilangnya iman pelaku dosa besar.
Orang yang sudah tidak memiliki iman lagi adalah kafir.10

Masih ada lagi Dalil-dalil lain yang di lontarkan aliran khawarij berkenaan dengan kafirnya
pelaku dosa besar, akan tetapi karena beberapa pertimbangan maka penulis hanya memadakan
sebagiannya saja.

B. AL MURJIAH

Murjiah diambil dari kata irja atau arjaa yang bermakna penundaan, penangguhan,
dan pengharapan. Kata arjaa mengandung pula arti memberi pengharapan kepada pelaku
dosa besar untuk memperoleh pangampunan dan rahmat Allah SWT. Selain itu arjaa berarti
pula meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dari
iman. Oleh karena itu Murjiah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang
yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari kiamat
kelak.11

1. Asal-usul Kemunculan Murjiah

Aliran Murjiah muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam
upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal ini
dilakukan oleh aliran Khawarij.12

Aliran ini menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa
tahkim itu dihadapan Tuhan, karena hanya Tuhanlah yang mengetahui keadaan iman
seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar, masih dianggap
mukmin dihadapan mereka.
10
Sama'ily, Ashdaqul Manahij, hal. 34.

11
Drs. Rohison Anwar, M.Ag. dan Drs. Abdul Razak, M.Ag.. lop cit. Hal. 56.

12
Adeng Muchtar ghozali.lop cit..
8
Ummu Tamim, dalam bukunya mengatakan bahwa kelompok Murji'ah ada tiga
kelompok :

Pertama, Kelompok yang mengatakan bahwa iman hanya sekedar pengakuan dalam hati.
Kemudian diantara mereka ada yang memasukkan amalan hati ke dalam makna iman, dan
pendapat inilah yang dipegang oleh mayoritas kelompok Murji'ah.

Kedua, kelompok yang mengatakan bahwa iman itu sekedar ucapan dengan lisan. Pendapat
ini tidak pernah dikenal dari seorang pun sebelum munculnya Karamiyah.

Ketiga, mempercayai dengan hati dan mengucapkan dengan lisan. Pendapat inilah yang
masyhur dari ahli fiqih dan ibadah dari kalangan mereka.13

2. Sekte sekte Murji`ah14


Secara garis besar Murji`ah diklasifikasikan menjadi dua sekte. Yaitu sekte yang

moderat dan sekte yang ekstrim. Murji`ah moderat berpendirian bahwa orang yang

melakukan dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal dalam neraka. Mereka akan

disiksa sebesar dosanya dan bisa juga diampuni oleh Allah sehingga tidak masuk neraka sama

sekali. Iman adalah pengetahuan tentang Tuhan dan Rasul RasulNya serta apa saja yang

datang darinya secara keseluruhan namun dalam garis besar. Iman dalam hal ini tidak

bertambah dan tidak pula berkurang. Tak ada perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas

pendirian ini adalah Al Hasan Bin Muhammad Bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan

beberapa ahli hadits.

Sedangkan yang termasuk kelompok Murji`ah Ekstrim adalah sebagai berikut :

1. Jahmiyah, kelompok Jahm Bin Shafwan dan para pengikutnya, berpandangan bahwa

orang yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah

menjadi kafir karena iman dan kufuran itu bertempat di hati bukan pada bagian lain dalam

tubuh manusia.

13
Ummu Tamim,Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, hal.128.

14
Udin Zudin, Murjiah dan Sekte-sektenya, ( http://izzudinrifqi.blogspot.com/2011/04/makalah-
murjiah-dan-sekte-sektenya.html), dikutip pada tanggal : 31-12-2-11,11.11.
9
2. Shalihiyah, Kelompok Abu Hasan Al Shalihi, berpendapat bahwa iman adalah

mengetahui Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Shalat bukan merupakan ibadah

kepada Allah. Yang disebut ibadah adalah iman kepadaNya dalam arti mengetahui Tuhan.

Begitu pula zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan

kepatuhan.

3. Yunusiyah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau

perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa dosa dan

perbuatan perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan orang yang bersangkutan.

Dalam hal ini Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit,

tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik.

4. Ghasaniyah menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan, Saya tahu Tuhan

melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan adalah kambing

ini, maka orang tersebut tetap mukmin bukan kafir. Begitu pula yang mengatakan, Saya

tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Kabah, tetapi saya tidak tahu apakah Kabah di India

atau tempat lain.

3. Pandangan Murji'ah terhadap pelaku dosa Besar.

Doktrin-doktrin aliran Murjiah bisa diketahui dari makna yang terkandung dalam
murjiah dan dalam sikap netralnya. Pandangan netral tersebut, nampak pada penamaan
aliran ini yang berasal dari kata arjaa, yang berarti orang yang menangguhkan,
mengakhirkan dan memberi pengharapan. Menangguhkan berarti menunda soal siksaan
seseorang ditangan Tuhan, yakni jika Tuhan mau memaafkan, dia akan langsung masuk surga.
Jika sebaliknya, maka akan disiksa sesuai dengan dosanya.

Istilah memberi harapan mengandung arti bahwa, orang yang melakukan maksiat
padahal ia seorang mukmin, imannya masih tetap sempurna. Sebab, perbuatan maksiat tidak
mendatangkan pengaruh buruk terhadap keimanannya, sebagaimana halnya perbuatan taat
atau baik yang dilakukan oleh orang kafir, tidak akan mendatangkan faedah terhadap
kekufurannya. Mereka berharap bahwa seorang mukmin yang melakukan maksiat, ia masih
dikatakan mukmin.

10
Dalam kaitannya dengan hukum pelaku dosa besar aliran Murji'ah berbeda pendapat dalam
menyikapinya.

Golongan Murjiah moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah
kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan di hukum sesuai dengan besar kecilnya dosa
yang dilakukan. Sedangkan Murjiah ekstrim, yaitu pengikut Jaham Ibnu Sofwan,
berpendapat bahwa orang Islam yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufuran
secara lisan, tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya dalam hati. Bahkan,
orang yang menyembah berhala, menjalankan agama Yahudi dan Kristen sehingga ia mati,
tidaklah menjadi kafir. Orang yang demikian, menurut pandangan Allah, tetap merupakan
seorang mukmin yang sempurna imannya. 15

4. Dasar-dasar Pemikiran Murji'ah dalam menyikapi pelaku dosa besar.

Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa aliran murji'ah ekstrim/ ghulat jelas-jelas
berseberangan dengan ahli sunnah di dalam menyikapi pelaku dosa besar, apa yang
melatarbelakangi kekerasan mereka sehingga pemikiran dan sikap mereka sangat meresahkan
orang-orang berdosa?. Berikut beberapa dalil yang mereka jadikan sebagai pijakan sikap
ekstrim mereka:

Pertama : Firman Allah ta'ala surat az-zumar ayat : 53.










}
.( 53 : ) , {)

Artinya : " wahai hamba-hambaku yang berdosa, janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa, sesungguhnya dia adalah Zat maha
pengampun lagi maha penyayang, dan kembalilah kebada rabb kalian serta berserah dirilah
kepadaNya". QS. Az-zumar : 53.

Wajhu al-istidlalnya adalah : bahwa Allah ta'ala mengampuni segala dosa tanpa menuntut
bertaubat, ini menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni segala dosa baik setelah bertaubat
maupun sebelumnya, oleh karenanya pelaku dosa besar tidak akan masuk neraka. 16

Kedua: Surat al-araf ayat 56.

15
Drs. Rohison Anwar, M.Ag. dan Drs. Abdul Razak, M.Ag.. lop cit. Hal. 61.

16
Al-Razi, Al-Arbai'in, hal.209.
11
[ 56 : ){ ]







}
Artinya : sesungguhnya Allah maha dekat dengan hamba-hambanya yang berbuat baik .QS.
al-araf :56.

Wajhu al-istidlalnya adalah : bahwa Allah taala dekat dengan hamba-hambanya yang berbuat
baik. Pelaku dosa besar telah mengucapkan Laa ilaha illallah, barangsiapa yang
mengucapkan Laa ilaha illallah berarti dia termasuk orang baik, kalau dia baik maka rahmat
Allah dekat dengannya, konsekwensi dari rahmat Allah tersebut adalah dengan tidak
mengazab pelaku dosa besar.17

Ketiga : Hadits Muttafaq Alaih.













. ( )

Artinya : .wahai Muadz, tahukah kamu hak Allah yang wajib atas hamba-hambanya?
Dia menjawab: Allah dan Rasulnyalah yang paling tahu, Rasul berkata : sesungguhnya hak
Allah yang wajib di tunaikan hamba-hambaNya adalah memurnikan ibadah kepadaNya tanpa
dicampuri kesyirikan, kemudian Rasul bertanya kembali: tahukah kamu apa hak hamba-
hambaNya jika mereka telah menunaikan kewajiban mereka tersebut? Muadz menjawab:
Allah dan Rasulnyalah yang paling tahu, Rasul menegaskan : sesungguhnya hak hamba atas
hamba-hambaNya adalah dengan tidak mengazab mereka. HR.Muttafaq alaih.

Mereka mengatakan : hadits ini menunjukkan bahwa Allah telah memberikan janji manis bagi
orang yang menyembahNya tanpa dicampuri kesyirikan, dengan tidak menyiksa dan
menghukum mereka, termasuk pelaku besar karena dia telah menghindari perbuatan syirik.

C.ANALISIS PEMIKIRAN KHAWARIJ & MURJIAH

ANALISIS PEMIKIRAN KHAWARIJ

Menyikapi Dalil Pertama :

( 27 : ){)




}
17
Al-Fashl, jilid.4 hal.47.
12
Artinya : Allah hanya menerima ( Amalan ) dari orang-orang bertaqwa saja . Al-Maidah :
27.

Ibnu Taimiyah mengatakan: maksud bertaqwa dalam mengerjakan suatu amalan adalah
sebagaimana yang di kutip dari perkataan Fudhail bin 'iyadh tatkala beliau menjelaskan
maksud firman Allah surat al-Muluk ayat 2 :





}

( 2 : ) ,{)
beliau mengatakan : " amalan yang baik itu adalah amalan yang ikhlas dan benar menurut
tuntunan syari'at. Beliau menambahkan : " Allah tidak akan menerima amalan seseorang
kecuali jika amalan tersebut dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan sunnah.
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman:


- -








. .

Maksudnya Allah adalah Zat paling kaya yang tidak butuh kepada kesyirikan, dan barang
siapa melakukan amalan yang dicampuri dengan syirik, maka Allah akan membiayarkan
kesyirikan tersebut dan meninggalkannya ( tidak menerimanya).HR. Muslim.

Dihadits lain Rasulullah juga bersabda:






:


. ( )
Artinya : barangsiapa mengamalkan suatu ibadah yang dibangun bukan diatas perintahku
maka amalan tersebut ditolak. ( HR. Muslim no. 1718).

Atas dasar itu maka tidak bisa dipahami bahwa ayat tersebut bermaksud Allah tidak akan
menerima sebuah amalan kecuali jika pelakunya terhindar dari seluruh dosa, karena orang
kafir dan yang fasik sekalipun belum bisa disebut bertaqwa pada saat ia ingin bertaubat.

Kemudian,seandainya bersihnya seseorang dari dosa merupakan syarat diterimanya ibadah


maka ini mengakibatkan konsekwensi tidak diterimanya taubat manusia. Akan sangat berbeda
jika yang disyaratkan pada amalan itu adalah ketaqwaan, karena sesungguhnya orang yang
bertaubat ketika sedang bertaubat berarti ia telah melakukan kewajibannya, sikap tersebut

13
merupakan perpindahan dari kondisi keburukan menuju kebaikan dan ini merupakan sebuah
bentuk ketaqwaan.

Pada zaman Rasulullah juga banyak orang-orang kafir yang masuk islam, dan mereka masing-
masing memiliki segudang dosa bahkan, diantara mereka ada yang belum sepenuhnya bisa
melepaskan kebiasaan-kebiasaan negatifnya sewaktu dia masih kafir, namun Rasulullah
menerima dan mengakui keislamannya.

Menyikapi Dalil ke dua :


{)







}
.[4/93]
Artinya : barangsiapa yang membunuh orang mukmin dengan sengaja maka akibatnya adalah
masuk neraka jahannam kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya.

Mereka mengatakan : nash ini merupakan ayat ancaman kekalnya pelaku dosa besar di dalam
api neraka, dan tidak mungkin kekal di neraka kecuali orang kafir.18

Pertama :

Hukum "kekal" yang disebutkan didalam ayat tersebut diberlakukan hanya kepada orang-
orang yang menganggap halalnya membunuh seorang mukmin. Ini sesuai dengan tafsir Ibnu
Abbas tatkala beliau RA menerangkan maksud " muta'ammidan" disitu, beliau mengatakan :
menganggap halal pembunuhannya.19

Jadi jelas bahwa ayat ini berkenaan dengan orang kafir bukan pelaku dosa besar.

Kedua :

Keterangan lain bahwa ayat tersebut dan yang semisalnya dikhususkan dengan nash-nash
yang mengindikasikan adanya kesempatan untuk mendapatkan kemaapan dan ampunan
meskipun sangat tergantung kepada kehendak Allah dan taubat pelakunya.

18
Syamsuddin, Lawami' Al-Anwar Al-Bahiyah,( Muassasah Al-Khafiqin, Damaskus, 1402 H),
jild.1,hal.368.

19
Imam al-Qurtubi, Tafsir Qurthubi,( Dar Kutub Al-Mishriyah, Kairo 1384 H), jilid.5,hal.334.

14
Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan adanya ampunan bagi para pendosa dari kalangan
muwahid, diantaranya adalah :

Imam al-Qurthubi menyebutkan setelah menyebut ayat diatas- ayat ini dikhususkan dengan
ayat-ayat dan hadits-hadits, diantaranya :


){ ). ( 114 :



}
Artinya : " sesungguhnya kebaikan itu akan menghapuskan keburukan". (QS. Hud: 114).


){ ), ( 48 :



}
Artinya : " dan Dia mengampuni dosa dibawah( syirik) bagi siapa yang dikehendakinya. QS.
An-Nisa: 48.

Kemudian Firman Allah:









}

){) .( 25 :
Artinya : " dan dialah Zat yang menerima taubat hambanya, serta memaafkan kesalahan dan
ia mengetahui apa yang kamu lakukan. (QS. Syura.25).

Itulah beberapa ayat yang menggambarkan bahwa pelaku dosa besar sesungguhnya masih
diberi kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki diri dengan bertaubat dan mengharap
ampunan dari Allah ta'ala.

Adapun nash-nash dari hadits yang mengkhususkan keumuman ayat tersebut sangat banyak
sekali, penulis hanya menyebutkan salah satunya saja, :

-

-




.









.


. .

15








.


.

Artinya : " ..siapa yang menghalangimu untuk bertaubat ?. maka malaikat rahmat
mencabut ruhnya.",HR. Muslim, no.7184.

Diantara pelajaran yang dapat diambil dari hadits diatas adalah adanya peluang diterimanya
taubat pelaku dosa besar,hal ini dapat dilihat dari pernyataan ahli ilmu tersebut kepada
pembunuh yang ingin bertaubat " siapa yang menghalangi anda untuk bertaubat?", tegasnya
sebesar apapun dosa seseorang pintu taubat tetap terbuka lebar.

Menyikapi Dalil ke tiga yaitu hadits riwayat Bukhari dalam kitab al-asyribah.













.( )


Artinya : " pelaku zina tidaklah beriman ketika ia melakukan zina",HR. muttafaq alaih.

Mereka mengatakan : zhahir hadits tersebut menunjukkan hilangnya iman pelaku dosa besar.
Orang yang sudah tidak memiliki iman lagi adalah kafir.20

Analisa dalil.

Mayoritas ulama salaf dan khalaf mengomentari hadits di atas bahwa pelaku dosa besar keluar
dari garis iman menuju garis islam, mereka membuat bundaran islam dan membuat bundaran
iman berbentuk lebih kecil di dalam bundaran islam tersebut.

Kemudian pencabutan status iman secara muthlaq tidak dapat dipahami dari hadits tersebut,
iman yang dinapikan hanya kualitas kesempurnaan imannya,bukan pencabutan iman
pelakunya secara keseluruhan, pemahahan ini dikuatkan oleh hadits lain sebagaimana di
dalam riwayat muttafaq 'alaih sebagai berikut:















. ( ) ...

20
Sama'ily, Ashdaqul Manahij, hal. 34.
16
Artinya : " Jibril memberi kabar gembira kepada Rasullullah, seraya mengatakan : siapapun
yang mati di atas tauhid dari kalangan umatmu maka ia akan masuk sorga, meskipun memiliki
dosa zina dan mencuri, HR. Muttafaq alaih.

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mati tanpa dosa kesyirikan akan masuk sorga
dengan kehendak Allah, meskipun pelakunya termasuk pelaku dosa besar seperti berzina dan
mencuri. Dengan demikian jelaslah bahwa pelaku dosa besar tidak kafir, tapi kualitas imannya
menurun disebabkan maksiatnya.

Masih ada lagi syubhat-syubhat lain yang di lontarkan aliran khawarij berkenaan dengan
kafirnya pelaku dosa besar, akan tetapi karena beberapa pertimbangan maka penulis hanya
memadakan syubhat-syubhat di atas.

ANALISIS PEMIKIRAN MURJIAH

Pertama tentang surat Al-Zumar ayat : 53.










}
.( 53 : ) , {)

Artinya : " wahai hamba-hambaku yang berdosa, janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa, sesungguhnya dia adalah Zat maha
pengampun lagi maha penyayang, dan kembalilah kebada rabb kalian serta berserah dirilah
kepadaNya". QS. Az-zumar : 53.

Wajhu al-istidlalnya adalah : bahwa Allah ta'ala mengampuni segala dosa tanpa menuntut
bertaubat, ini menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni segala dosa baik setelah bertaubat
maupun sebelumnya, oleh karenanya pelaku dosa besar tidak akan masuk neraka. 21

Analisa

Ahli sunnah wal jamaah tetap mengharuskan bertaubat bagi setiap dosa, baik dosa besar
terlebih-lebih dosa syirik.

Sikap tegas Ahli Sunnah lebih tampak jelas tatkala mereka mengatakan bahwa kesyirikan
merupakan dosa paling besar, dan Allah tidak akan mengampuni dosa syirik tanpa didahului
taubat, hal ini sesuai dengan surat an-nisa ayat : 48, sebagai berikut:

21
Al-Razi, Al-Arbai'in, hal.209.
17


{)





}
Artinya : sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan mengampuni dosa
selainnya bagi orang yang ia kehendaki.QS. al-Nisa:48.

Kemudian pada ayat berikutnya (maksud penulis surat al-zumar ayat 54), Allah
mengisyaratkan kepada pelaku dosa agar ber-inabah/kembali dan berserah diri kepadaNya,
inabah adalah istilah lain dari taubat; Allah berfirman :



: ) , {)

}
.( 54
Artinya : sesungguhnya dia adalah Zat maha pengampun lagi maha penyayang, dan
kembalilah kebada rabb kalian serta berserah dirilah kepadaNya. QS. Az-zumar : 54.

Dengan demikian Quran surat al-zumar ayat 53 di atas belum 18ati dijadikan pijakan yang
stabil dalam membangun pemikiran Pelaku dosa besar akan masuk sorga tanpa bertaubat.

Kedua menyikapi Surat al-araf ayat 56.

[ 56 : ){ ]







}
Artinya : sesungguhnya Allah maha dekat dengan hamba-hambanya yang berbuat baik .QS.
al-araf :56.

Mereka mengatakan bahwa Allah taala dekat dengan hamba-hambanya yang berbuat baik.
Pelaku dosa besar telah mengucapkan Laa ilaha illallah, barangsiapa yang mengucapkan
Laa ilaha illallah berarti dia termasuk orang baik, kalau dia baik maka rahmat Allah dekat
dengannya, konsekwensi dari rahmat Allah tersebut adalah dengan tidak mengazab pelaku
dosa besar.22

Analisis kritis

Ahli sunnah memiliki cara yang berbeda dalam memahami ayat ini, mereka mengatakan betul
ayat tersebut menjelaskan kedekatan Allah dengan hamba-hambanya yang baik, akan tetapi
bukan berarti orang-orang yang bersalah kebal 18atin, lalu terbebas dari siksa, karena azab
Allah terhadap orang-orang bersalah merupakan sikap keadilan, keadilah Allah tidak
bertentangan dengan rahmatNya.

22
Al-Fashl, jilid.4 hal.47.
18
Ahli sunnah menambahkan seandainya bukan karena rahmat Allah bagi orang-orang yang
bersalah, pasti Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang berkepanjangan, akan tetapi
sebagai salah satu bentuk rahmatnya adalah pemberian maaf dan ampunan terhadap bagi
mereka lalu memasukkan mereka kedalam sorga.

Ketiga menyikapi Hadits Muttafaq Alaih.

Artinya : .wahai Muadz, tahukah kamu hak Allah yang wajib atas hamba-hambanya?
Dia menjawab: Allah dan Rasulnyalah yang paling tahu, Rasul berkata : sesungguhnya hak
Allah yang wajib di tunaikan hamba-hambaNya adalah memurnikan ibadah kepadaNya tanpa
dicampuri kesyirikan, kemudian Rasul bertanya kembali: tahukah kamu apa hak hamba-
hambaNya jika mereka telah menunaikan kewajiban mereka tersebut? Muadz menjawab:
Allah dan Rasulnyalah yang paling tahu, Rasul menegaskan : sesungguhnya hak hamba atas
hamba-hambaNya adalah dengan tidak mengazab mereka. HR.Muttafaq alaih.

Mereka mengatakan : hadits ini menunjukkan bahwa Allah telah memberikan janji manis bagi
orang yang menyembahNya tanpa dicampuri kesyirikan, dengan tidak menyiksa dan
menghukum mereka, termasuk pelaku besar karena dia telah menghindari perbuatan syirik.

Analisis kritis

Komentar ahli sunnah terhadap pemahaman murjiah ini adalah sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan ibadah adalah mengerjakan ketaatan dan meninggalkan maksiat, atas
dasar itu muwahid yang melakukan ketaatan dan meninggalkan maksiat, tidak termasuk
pelaku dosa besar.

Sebagian ulama menerangkan bahwa yang dimaksud dengan tidak menyiksa di dalam
hadits tersebut adalah tidak menyiksa seluruh badan pelakunya karena api neraka tidak dapat
membakar sebagian anggota tubuh pelakunya, seperti bagian-bagian anggota sujud manusia.

Masih banyak lagi dalil dalil yang menjadi acuan murjiah dalam membangun pemikirannya
yang terlalu ekstrim mengambil nash-nash wad, penulis hanya menukil sebagiannya saja
karena keterbatasan waktu dan kesempatan.

19
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah penulis sajikan dalam bab pembahasan di atas, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Khawarij pada mulanya adalah suatu golongan yang pada awalnya muncul sebagai
pendukung Ali, namun pada akhirnya keluar dari barisan Ali karena ketidak puasan
mereka terhadap Ali yang menerima tahkim dari Muawiyah, sehingga Khawarij
memberikan perlawanan dan menyatakan perang terhadap Ali dan Muawiyah, sehingga
dengan keluarnya mereka dari golongan Ali maka mereka di juluki Khawarij (orang-orang
yang keluar).
2. Khawarij adalah satu golongan yang menghukumkan kafir bagi seorang muslim atau
mukmin yang berbuat dosa besar, hal ini disebabkan karena mereka memiliki pemikiran
dan pengetahuan yang praktis dalam dalam bidang teologi.

3. Murjiah adalah kelompok yang menentang doktrin-doktrin pengkafiran yang


dituangkan oleh kaum Khawarij, sekaligus secara langsung menjadi musuh besar
Khawarij.

4. Murjiah cenderung menangguhkan keputusan akan hukuman atas dosa-dosa besar di


masa yang akan 20ating dan cenderung menyerahkannya kepada Allah apakah dosa
tersebut akan diampuni atau tidak.

5. Murjiah memandang terbalik dengan Khawarij bahwa orang muslim yang berbuat
dosa besar tidak lah kafir namun masih memiliki kesempatan atau harapan untuk
mendapatkan pengampunan dari Allah SWT.

6. Perbedaan mendasar antara kedua golongan Khawarij dan Murjiah ialah tentang
penghukuman kafir atau tidaknya mengenai apa yang telah dilakukan Ali dan Muawiyah
serta orang orang-orang yang terlibat dalam tahkim dan perang Jamal.

7. Sikap ahli sunnah waj jamaah adalah sikap paling tengah dan paling adil dalam
memperlakukan pelaku dosa besar, hal ini tercermin pemahaman mereka yang dalam dan
universal terhadap nash-nash syari.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rohison dan Abdul Rozak. Ilmu Kalam Untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung :
Pustaka Setia. 2001.

Muchtar Ghozali, Adeng dalam www.http//wordpres.com. Kategori : Refleksi Spiritual/


khawarij dan Murjiah/ tebar cinta damai. 2009

Muhammad Ibn Abdul Karim Ahmad Al-Syahristany, Al-Milal Wa An-Nihal. Daar al-Ma'rifah
Berut.1404.

Nata, Abuddin. Ilmu kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers. 1993.

Ibnu Hazam, Al-Fashl fi al-milal, Kairo.

Ummu Tamim Izzah, Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, Jakarta: Pustaka Imam
Ahmad.2010.

Dll.

21
Daftar Isi

BAB I.....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

BAB II....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN....................................................................................................................3

A. AL KHAWARIJ..............................................................................................................3

1. Latar Belakang Kemunculan Khawarij..............................................................................3

2. Pendapat Khawarij terhadap hukum pelaku dosa besar.....................................................6

3. Dasar Pemikiran Khawarij Dalam Mengkafirkan Pelaku Dosa Besar...............................7

B. AL MURJIAH...............................................................................................................8

1. Asal-usul Kemunculan Murjiah........................................................................................9

2. Pandangan Murji'ah terhadap pelaku dosa Besar.............................................................11

3. Dasar-dasar Pemikiran Murji'ah dalam menyikapi pelaku dosa besar.............................11

BAB III.................................................................................................................................20

22
KESIMPULAN DAN PENUTUP.......................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................22

DAFTAR ISI........................................................................................................................22

23

Anda mungkin juga menyukai