PENDAHULUAN
penduduk dan semakin berkurangnya lahan pertanian, dilakukan usaha untuk meningkatkan
produksi pertanian. Sejalan dengan kemajuan teknologi, muncullah penggunaan varietas unggul,
pupuk kimia, pestisida, dan bahan kimia lainnya serta mesin-mesin pertanian sebagai usaha
untuk meningkatkan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan. Usaha yang
dilakukan ini dikenal dengan sistem pertanian modern. Dengan adanya sistem pertanian modern,
Akan tetapi, sistem pertanian tersebut tidak dapat menjamin peningkatan produksi
pertanian secara berkelanjutan. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya kualitas lahan akibat
pemakaian pupuk kimia dan obat-obatan yang sudah melampaui ambang batas normal.
Pemakaian masukan luar yang tidak memperhatikan keseimbangan ekologi berdampak negatif
bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Menurut Saleh (2003), dampak negatif sistem pertanian
modern terhadap kesehatan manusia adalah akibat penggunaan pestisida/insektisida kimia yang
tidak tepat dosis, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat aturan. Dampak negatif terhadap kesehatan
manusia, antara lain, berupa keracunan yang bersifat mendadak dan keracunan yang berat
indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum
hayati seperti varietas lokal akibat penggunaan varietas unggul dan hilangnya organisme
dunia yang meningkat mempengaruhi peningkatan biaya produksi pupuk dan pestisida sehingga
harga jualnya menjadi mahal. Varietas unggul yang digunakan sangat responsif terhadap unsur
hara.
Dalam hal ini, semakin tinggi pemberian pupuk, semakin tinggi produksi yang dihasilkan
dan semakin tinggi pula biaya produksi yang diperlukan. Bagi petani kecil hal ini sangat
memberatkan dan menjadikan mereka semakin miskin ditambah dengan kepemilikan lahan yang
sempit yang mengakibatkan produksi mereka sedikit. Dengan, disatu sisi, lahan pertanian yang
semakin berkurang, keanekaragaman hayati yang menyusut, dan permasalahan pertanian yang
ada, maka di sisi lainnya sumber daya alam yang melimpah diperlukan pemanfaatan secara
optimal sumber daya yang ada melalui perencanaan lanskap pekarangan dengan sistem pertanian
merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif karena
lokasinya dekat dengan tempat tinggal sehingga mudah dalam pengelolaannya yang
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di tempat (seperti
tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan lokal, serta tenaga manusia, pengetahuan, dan
keterampilan) dan yang secara ekonomis layak, secara ekologis mantap, sesuai menurut budaya,
1.3. tujuan
PEMBAHASAN
Konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) sebagai arah baru bagi
pertanian konvensional (HEIA : High External Input Agriculture), sangat cocok dilaksanakan
pada sistim pertanian negara-negara berkembang termasuk Indonesia mengingat negara kita
dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam yang terkandung di tanah air kita
sangat memungkinkan konsep LEISA ini menjadi konsep pertanian masa depan yang diharapkan
mampu mengantarkan bangsa kita menjadi bangsa yang besar dengan tingkat kemakmuran dan
kemandirian yang lestari sehingga mampu bersaing menghadapi persaingan bebas pada waktu
ekologi merupakan studi holistik tentang ekosistim pertanian termasuk semua unsur lingkungan
dan manusia. Dengan pemahaman akan hubungan dan proses ekologi, agroekosistim dapat
dimanipulasi guna peningkatan produksi agar dapat menghasilkan secara berkelanjutan, dengan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan maupun sosial serta
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di tempat (seperti
tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan lokal, serta tenaga manusia, pengetahuan, dan
keterampilan) dan yang layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, disesuaikan menurut
LEISA (Low external input sustainable agriculture) tidak bisa dipresentasikan sebagai
solusi mutlak terhadap masalah-masalah pertanian dan lingkungan yang mendadak di dunia ini,
tetapi LEISA bisa memberikan kontribusi yang berharga untuk memecahkan beberapa
pertanian yang ditujukan pada situasi di daerah-daerah pertanian tadah hujan yang terabaikan
pola pertanian terpadu. Konsep LEISA yang dilaksanakan akan melahirkan manfaat dan
keuntungan, yaitu :
Tekhnologi tepat guna dalam penerapan konsep LEISA adalah :Bagaimana mengubah limbah
peternakan menjadi sumberdaya (Compost) dan pemanfaatannya baik sektor pertanian tanaman
Pada integrasi temak-kakao terjadi hubungan yang sinergis . Ternak domba, kambing
temak dapat diolah menjadi pupuk organik dan dapat mensubstitusi penggunaan pupuk
anorganik. Melalui pengolahan yang tepat, kotoran ternak dapat lebih cepat terdekomposisi
sehingga unsur hara yang ada menjadi cepat tersedia bagi tanaman . Penggunaan pupuk organik
bersama dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Produksi kakao
yang meningkat sepanjang tahun diikuti pula dengan produk samping berupa kulit buah kakao .
Hampir seluruh propinsi di Indonesia menghasilkan kakao kecuali Provinsi DKI . Kulit buah
kakao merupakan limbah yang selama ini belum banyak dimanfaatkan kecuali sebagai pupuk .
Bila ditinjau dari segi gizinya kandungan protein dan energi kulit buah kakao (8,75% PK; 46%
TDN) sebanding dengan rumput gajah (9,06% PK dan 50% TDN). Melalui sentuhan teknologi
seperti amoniasi, silase, dan biofermentasi, kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan
temak . Disamping meningkatkan kecernaan, dengan pengolahan dapat juga meningkatkan kadar
protein kulit buah kakao. Penggunaan dalam ransum dapat mencapai 50% dari total kebutuhan
bahan kering tanpa menimbulkan efek negative . Penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan
dapat menghemat waktu untuk mencari rumput dan mengatasi kekurangan hijauan pakan di
musim kemarau . Meningkatnya ketersediaan unsur hara dalam pupuk organik dan ketersediaan
nutrien dari kulit buah kakao akan meningkatkan produktivitas pada sistem integrasi kakao-
ternak.
2.3. MODEL SISTEM INTEGRASI PADI-SAPI POTONG DI LAHAN SAWAH
Cianjur Distric. Sistem ternak tanaman adalah upaya untuk meningkatkan produksi padi
yang diintegrasikan dengan ternak. Pola integrasi adalah pemanfaatan sedotan tanaman sebagai
pakan dan pupuk kandang untuk pupuk. Terpadu sistem pertanian yang telah diperkenalkan
adalah penanaman padi, ternak penggemukan, dan padi jerami fermentasi untuk makanan dan
Jerami padi
Pengeringan/Penyimpanan
Pengembangan ternak pola integrasi dalam suatu sistem pertanian yang ramah
lingkungan merupakan suatu strategi yang sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan
rumah tangga petani dan masyarakat pedesaan secara lestari. Dengan inovasi teknologi yang
tepat, limbah tanaman dapat diubah menjadi bahan pakan sumber serat bagi ternak ruminansia
(sapi). Melalui pendekatan LEISA (low external input sustainable agriculture), setiap ha lahan
pertanian dapat menghasilkan pakan untuk memelihara sapi 2-3 ekor/ha. Dalam hal ini ternak
sapi berperan sebagai pabrik kompos dengan bahan baku limbah tanaman, yang pada akhirnya
kompos tersebut dipergunakan sebagai bahan pupuk organik bagi tanaman. Dalam upaya
meningkatkan populasi ternak sapi potong dengan biaya produksi yang layak, pendekatan pola
integrasi ternak dengan tanaman pangan, perkebunan dan hutan tanaman industri layak untuk
dikembangkan baik secara teknis, ekonomis maupun sosial. Salah satu kunci keberhasilan dari
pola ini adalah tidak ada bahan yang terbuang, serta pemanfaatan inovasi secara benar dan
efisien. Pendekatan ini memposisikan sapi sebagai mesin pengolah limbah pertanian menjadi
kompos (bahan organik), sedangkan pedet adalah bonus akibat dari pemeliharaan sapi secara
benar. Secara mikro pola sistem integrasi tanaman-ternak berupaya untuk memperbaiki struktur,
tekstur kimia dan mikrobiologi tanah, sedangkan secara makro pola ini berupaya untuk
kesejahteraan petani.
1.5. Peningkatan Pendapatan dan Produktivitas Lahan melalui Intergrasi Pertanian1
barisan hedgrow rambutan, gamal dan rumput gajah untuk tujuan konservasi
ternak kambing insitu dari pangkasan gamal dan rumput gajah setelah
rambutan yang diteliti. Hal ini berarti tidak terjadi persaingan secara nyata
dipadukan (gamal dan rumput gajah) dalam barisan hedgrow seperti gamal
dan rumput gajah dan jagung. Bahkan jagung yang ditanam diantara
cenderung lebih baik dari pada perlakuan P32 (Gambar 6). Hal ini terjadi
limbah ternak berupa feces atau effluent dari limbah biogas belum dilakukan.
Sistem pertanian terpadu lebih baik dibandingkan dengan monokultur
ternak kambing telah berjalan dan dengan ketersediaan pupuk organik insitu
dari limbah ternak dan biogas produktivitas lahan dengan sistem pertanian