Main menu
Skip to content
Home
About
BAB II
PEMBAHASAN
1. 1. PENGERTIAN
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan pre operatif yang dimulai sejak
pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja
operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien
ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang
dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya
1. A. PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik
pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
1. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat
disebabkan karena :
3. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak
diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum. Pada pasien dengan
anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering
terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
4. Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau
pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada
waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.
2. Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.
3. Mencegah konstipasi.
4. Mencegah infeksi.
5. Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam
menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari
daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
1. Hasil Pemeriksaan
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat
yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli
bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien
atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota
keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
1. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK)
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di
bawah ini :
4. Lepas perhiasan
8. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
9. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.
Pemberian premedikasi.
Pengobatan rutin.
Informed Consent
Pemeriksan laboratorium.
1. Pemberian Obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan
untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar
pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.
Data Subyektif
1. Tempat
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di bedah.
9. Jangka waktu
Status Fisiologi
5. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang
terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
7. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari
nyeri setelah operasi.
Data Obyektif
3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
5. Gejala vital.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan
diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah
vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk,
koordinasi waktu berjalan.
1. Takut
2. Cemas
3. Resiko infeksi
4. Resiko injury
5. Kurang pengetahuan
1. B. INTRA OPERATIF
1. Pengaturan Posisi
Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
4. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
2. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup
dengan duk.
3. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan
diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
4. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya
pertukaran udara.
5. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan
perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.
6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat
melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
9. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan
untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
7. Perawatan Drainase
Pengkajian
a. Pengkajian psikososial
Pengkajian Fisisk
o Pucat
o Sianosis
o Sistem Kardiovaskuler
Oedema
Pucat
Sistem pernafasan
Sistem gastrointestinal
Sistem reproduksi
Sistem saraf
Kesadaran ?
Lavement ?
Kapter ?
Perhiasan ?
Make up ?
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total
adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah
dengan pengkajian psikososial.
1. Pengkajian mental.
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat
menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien
tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
1. Pengkajian fisik
Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus memberitahukan
ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
Pengeluaran urin
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :
1. Cemas
2. Resiko perlukaan/injury
4. Resiko infeksi
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan keperawatan yang
dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang
dilakukan.
1. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan
rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk
mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien
tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.
1. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia.
Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.
1. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien
berada di ruang pemulihan.
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan
pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat
tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang
kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa
sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang
sedang dilakukan.
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk
lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau >
dari 90 mmHg.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindahkan.
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.
Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-
waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu
terlihat.
A. Pengkajin awal
1. Status Respirasi
Melipuiti :
v Kedalaman pernafasaan.
v Bunyi nafas
1. Status sirkulatori
Meliputi :
v Nadi
v Tekanan darah
v Suhu
v Warna kulit
1. Status neurologis
1. Balutan
Meliputi :
v Keadaan drain
1. Kenyamanan
Meliputi :
v Terdapat nyeri
v Mual
v Muntah
1. Keselamatan
Meliputi :
1. Perawatan
Meliputi :
v Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah
drainage.
1. Nyeri
Meliputi :
v Waktu
v Tempat.
v Frekuensi
v Kualitas
1. Data Subyektif
1. Data Objektif
2. Pengkajian Psikososial
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan
dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan
termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
A. Diagnosa Umum
d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang,
analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
1. Pengertian
Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi lebih umum
pembedahan perut (Harjono. M, 1996). Pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000). Ramali Ahmad
(2000) mengatakan bahwa laparatomy yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut dengan
operasi. Sedangkan menurut Sanusi (1999), laparatomi adalah insisi pembedahan melalui
dinding perut atau abdomen.
11. Selfigo oofarektomi: pengangkatan salah satu atau kedua tuba valopi dan ovarium
Tindakan laparatomi bisa ditegakkan atas indikasi pada klien dengan apendiksitis, pangkreatitis,
hernia, kista ovarium, kangker serviks, kangker ovarium, kangker tuba falopi, kangker hati,
kangker lambung, kangker kolon, kangker kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri,
peritonitis, trauma abdomen, pendarahan abdomen, massa abdomen, dll.
2. Nyeri tekan
4. Kelemahan
6. Konstipasi
8. Komplikasi
1. Infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering
menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus
mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah
perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-
organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka,
kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai
akibat dari batuk dan muntah.
2. Fase inflamasi
Fase ini berlangsung selama dua sampai lima hari, proses yang terjadi didalamnya, yaitu :
Homestasis
2. Platelet aggregation
Inflamasi
2. Fagositosis, pada saat terjadi peradangan atau infeksi sel fagosit memakan atau
menghancurkan bakteri, benda asing.
3. Fase proliferase
Fase ini berlangsung selama lima hari sampai tiga minggu, proses yang terjadi didalamnya,
yaitu :
Granulasi, pembentukan fibrobals dari kolagen, mengisi luka dan menghasilkan kapiler baru.
Epitelisasi, sel ini menyebar kesegala penjuru untuk menutup luka sekitar tiga cm sehingga luka
dapat tertutup.
Fase ini berlangsung selama tiga minggu sampai dua tahun, proses penyerapan kembali jaringan
yang berlebih dan membentuk jaringan baru yang tipis dan lemas, kekuatannya hanta 80 persen
dari jaringan yang asli.
3. Pencegahan infeksi.
5. Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan
batuk efektif, latihan mobilisasi dini.
7. Pada gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena
adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan terutama
ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi
tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah
operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Anamnesis
Gangguan yang mengenai abdomen dan sistem gastrointestinalbisa menimbulkan gejala yang
sangat beragam:
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
6. Diare
10. Melena (tinja hitam seperti ter akibat darah dari saluran cerna bagian atas) atau darah per
ektum.
Penting untuk menilai adakah penyakit lokal dan adakah efek sismetik seperti penurunan berat
badan atau malabsorpsi.
7. Pernahkah pasien mendapat terapi untuk penyakit saluran cerna, termasuk terapi yang
mungkin merupakan penyebab gejala?
1. Riwayat Keluarga
Pemeriksaan Fisik
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil
pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap abdomen.
1. INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding
abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
5. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor
apa.
6. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding
abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
7. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran
pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
3. Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi
peritonitis.
4. Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri
pankreatitis parah.
1. AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh
darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma
aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising
vena (venous hum) di daerah epigastrium.
1. PALPASI
1. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
2. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk
menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan
penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
3. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
4. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk
menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan menekan daerah
muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka
itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu
adalah spasme sejati.
5. Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri
berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian
depan dinding abdomen.
6. Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites. Caranya
dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepat
tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ
atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul.
Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan
pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
1. PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan
besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista),
adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga
abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi
udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk mengetahui
distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus, pekak hati akan
menghilang.
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara perkusi timpani di
bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness dominant. Karena cairan itu bebas
dalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi
terendah. Cara pemeriksaan asites:
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada satu sisi
dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain.
Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen dan
tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan
kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur terlentang,
lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta
tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redup
maka akan tampak adanya peralihan suara redup.
1. Dignosa Keperawatan
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah, kehilangan air dengan
abnormal.
1. Intervensi Keperawatan
9. Menurunkan laju
metabolic dan iritasi
usus karena oksin
sirkulasi/local, yang
membantu
menghilangkan nyeri
dan meningkatkan
penyembuhan.
mengontrol atau
mengurangi nyeri
untuk meningkatkan
istirahat dan
meningkatkan kerja
sama dengan aturan
terapeutik.
5. Tanda-tanda
haemoragik usus
dan/atau
pembentukan
hematoma, yang
dapat menyebabkan
syok hipovalemik.
6. Memberikan
informasi tentang
volume sirkulasi
umum dan tingkat
hidrasi.
8. Haluaran cairan
berlebihan dapat
menyebabkan
ketidakseimbangan
elektrolit dan
alkalosis metabolic
dengan kehilangan
lanjut kalium oleh
ginjal yang berupaya
untuk
mengkompensasi
9. Demam rendah
umum terjadi selam
24 -48 jam pertama
dan dapat menambah
kehilangan cairan
10. Meningkatkan
dekompresi usus
untuk menurunkan
distensi atau
kekuatan pada garis
jahitan dan
menurunkan mual
atau muntah , yang
dapat menyrtai
anastesi, manipulasi
usus, atau kondisi
yang sebelumnya
ada, missal kanker.
6. Menurunkan
imunokompentesi,ini
mempengaruhi
pemulihan luka pada
infeksi.
Meningkatkan
vaskulitis dan
fibrosis pada
jaringan
penyambung,
mempengaruhi
5. antibiotika
menurunkan jumlah
mikroorganisme dan
juga dapat
membunuh
mikroorganisme
dengan penggunaan
secara teratur.
Post navigation
Search
Recent Posts
Perawatan Pre Operatif
Recent Comments
Archives
November 2013
Categories
Uncategorized