Anda di halaman 1dari 35

shellayulizar

Main menu
Skip to content

Home

About

Perawatan Pre Operatif


Posted on November 18, 2013

BAB II

PEMBAHASAN

1. 1. PENGERTIAN

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan pre operatif yang dimulai sejak
pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja
operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien
ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang
dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya

1. A. PRE OPERATIF

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik
pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).

1. Persiapan Psikologi

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat
disebabkan karena :

1. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.

2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.


1. Persiapan Fisiologi

3. Diet

8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak
diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum. Pada pasien dengan
anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering
terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :

1. Aspirasi pada saat pembedahan

2. Mengotori meja operasi.

3. Mengganggu jalannya operasi.

4. Persiapan Perut.

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau
pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada
waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

Manfaat pemberian lavement antara lain :

1. Mencegah cidera kolon

2. Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.

3. Mencegah konstipasi.

4. Mencegah infeksi.

5. Persiapan Kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam
menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari
daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.

1. Hasil Pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

1. Persetujuan Operasi / Informed Consent

Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat
yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli
bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien
atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota
keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.

1. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK)

1. Mencegah Cidera

Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di
bawah ini :

1. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).

2. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.

3. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.

4. Lepas perhiasan

5. Bersihkan cat kuku.

6. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.

7. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.

8. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.

9. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.

10. Kandung kencing harus sudah kosong.

11. Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;

Catatan tentang persiapan kulit.

Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).

Pemberian premedikasi.

Pengobatan rutin.

Data antropometri (BB, TB)

Informed Consent

Pemeriksan laboratorium.
1. Pemberian Obat premedikasi

Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan
untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar
pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.

1. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah

Data Subyektif

Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.

1. Pengertian tentang bedah yang di anjurkan

1. Tempat

2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.

3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di bedah.

4. Kegiatan rutin sebelum operasi.

5. Kegiatan rutin sesudah operasi.

6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.

7. Pengalaman bedah terdahulu

8. Bentuk, sifat, roentgen

9. Jangka waktu

Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah

1. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan.

2. Metode-metode penyesuaian yang lazim.

3. Agama dan artinya bagi pasien.

4. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.

5. Keluarga dan sahabat dekat

6. Perubahan pola tidur


7. Peningkatan seringnya berkemih.

Status Fisiologi

1. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-


komplikasi pascabedah.

2. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.

3. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.

4. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.

5. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang
terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).

6. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.

7. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari
nyeri setelah operasi.

Data Obyektif

1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),


kemampuan berbahasa Inggris.

2. Tingkat interaksi dengan orang lain.

3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).

4. Tinggi dan berat badan.

5. Gejala vital.

6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.

7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.

8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.

9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan
diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).

10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah
vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk,
koordinasi waktu berjalan.

Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

1. Takut

2. Cemas

3. Resiko infeksi

4. Resiko injury

5. Kurang pengetahuan

1. B. INTRA OPERATIF

Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.

1. Pengaturan Posisi

Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :

1. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

2. Umur dan ukuran tubuh pasien.

3. Tipe anaesthesia yang digunakan.

4. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :

1. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

2. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup
dengan duk.

3. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan
diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
4. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya
pertukaran udara.

5. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan
perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.

6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat
melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.

7. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.

8. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.

9. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan
untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.

1. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.

2. Penutupan Daerah Steril

3. Mempertahankan Surgical Asepsis

4. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh

5. Monitor dari Malignant Hyperthermia

6. Penutupan luka pembedahan

7. Perawatan Drainase

8. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.

Pengkajian

1. Sebelum dilakukan operasi

a. Pengkajian psikososial

Perasaan takut / cemas

Keadaan emosi pasien

Pengkajian Fisisk

Tanda vital : TN, N, R, Suhu.


Sistem integumentum

o Pucat

o Sianosis

o Adakah penyakit kulit di area badan.

o Sistem Kardiovaskuler

Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?

Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?

Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.

Kebiasaan merokok, minum alcohol

Oedema

Irama dan frekuensi jantung.

Pucat

Sistem pernafasan

Apakah pasien bernafas teratur ?

Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.

Sistem gastrointestinal

Apakah pasien diare ?

Sistem reproduksi

Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?

Sistem saraf

Kesadaran ?

Validasi persiapan fisik pasien


Apakah pasien puasa ?

Lavement ?

Kapter ?

Perhiasan ?

Make up ?

Scheren / cukur bulu pubis ?

Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?

Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?

Selama dilaksanakannya operasi

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total
adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah
dengan pengkajian psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Pengkajian mental.

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat
menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien
tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

1. Pengkajian fisik

Tanda-tanda vital

(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus memberitahukan
ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).

Transfusi

(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

Pengeluaran urin

Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

Masalah Keperawan Yang Lazim Muncul

Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :

1. Cemas

2. Resiko perlukaan/injury

3. Resiko penurunan volume cairan tubuh

4. Resiko infeksi

5. Kerusakan integritas kulit

Fase Pasca Anaesthesi

Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan keperawatan yang
dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang
dilakukan.

Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :

1. Mempertahankan ventilasi pulmonary

1. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan
rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.

2. Saluran nafas buatan.

Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk
mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien
tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.
1. Terapi oksigen

O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia.
Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.

1. Mempertahankan sirkulasi.

Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien
berada di ruang pemulihan.

1. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan
pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.

1. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan

Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat
tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang
kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter.

Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa
sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang
sedang dilakukan.

Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room

Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk
lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :

1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.

2. Pasang pengaman pada tempat tidur.

3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.

4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.


5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.

6. Observasi adanya muntah.

7. Catat intake dan out put cairan.

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis

Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau >
dari 90 mmHg.

HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit

Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.

Meningkatnya kegelisahan pasien

Tidak BAK + 8 jam post operasi.

Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

1. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.

2. Tanda-tanda vital harus stabil.

3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.

6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.

7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindahkan.

9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.

Pengangkutan Pasien keruangan


Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :

Keadaan penderita serta order dokter.

Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.

Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-
waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu
terlihat.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi

A. Pengkajin awal

1. Status Respirasi

Melipuiti :

v Kebersihan jalan nafas

v Kedalaman pernafasaan.

v Kecepatan dan sifat pernafasan.

v Bunyi nafas

1. Status sirkulatori

Meliputi :

v Nadi

v Tekanan darah

v Suhu

v Warna kulit

1. Status neurologis

Meliputi : tingkat kesadaran

1. Balutan

Meliputi :
v Keadaan drain

v Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.

1. Kenyamanan

Meliputi :

v Terdapat nyeri

v Mual

v Muntah

1. Keselamatan

Meliputi :

v Diperlukan penghalang samping tempat tidur.

v Kabel panggil yang mudah dijangkau.

v Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.

1. Perawatan

Meliputi :

v Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.

v Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah
drainage.

1. Nyeri

Meliputi :

v Waktu
v Tempat.

v Frekuensi

v Kualitas

v Faktor yang memperberat / memperingan

1. Data Subyektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah ditempatkan


ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung
misalnya :Bagaimana perasaan anda?, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa
memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri
sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat
penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan
bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan. Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi
baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif
pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak.

1. Data Objektif

2. Pengkajian Psikososial

1. Sistem Respiratori

2. Status sirkulatori

3. Tingkat Kesadaran

4. Balutan

5. Posisi tubuh

6. Status Urinari / eksresi.

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan
dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan
termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan


manifestasi klinik post operasi. Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara
lain :

1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.


2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.

Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

A. Diagnosa Umum

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang,
analgesik) dan imobil terlalu lama.

B. Diagnosa Tambahan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.

5. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.

6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia,


lemah, nyeri, mual.

8. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.


Contoh Penyakit

1. Pengertian

Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi lebih umum
pembedahan perut (Harjono. M, 1996). Pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000). Ramali Ahmad
(2000) mengatakan bahwa laparatomy yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut dengan
operasi. Sedangkan menurut Sanusi (1999), laparatomi adalah insisi pembedahan melalui
dinding perut atau abdomen.

1. Jenis Laparatomi Menurut Indikasi

2. Adrenalektomi: pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin

3. Apendiktomi: operasi pengangkatan apendiks

4. Gasterektomi: pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/jejunum, mengangkat


sel-sel penghasil gastrin dalam bagian sel parietal)

5. Histerektomi: pengangkatan bagian uterus

6. Kolektomi: seksisi bagian kolon atau seluruh kolon

7. Nefrektomi: operasi pengangkatan ginjal

8. Pankreatomi: pengangkatan pancreas

9. Seksiosesaria: pengangkatan janin dengan membuka dinding ovarium melalui abdomen.

10. Siksetomi: operasi pengangkatan kandung kemih

11. Selfigo oofarektomi: pengangkatan salah satu atau kedua tuba valopi dan ovarium

12. Indikasi Bedah Laparatomi

Tindakan laparatomi bisa ditegakkan atas indikasi pada klien dengan apendiksitis, pangkreatitis,
hernia, kista ovarium, kangker serviks, kangker ovarium, kangker tuba falopi, kangker hati,
kangker lambung, kangker kolon, kangker kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri,
peritonitis, trauma abdomen, pendarahan abdomen, massa abdomen, dll.

1. Manifestasi Klinik Tindakan Laparatomi

2. Nyeri tekan

3. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan

4. Kelemahan

5. Gangguan integumuen dan jaringan subkutan

6. Konstipasi

7. Mual dan muntah, anoreksia

8. Komplikasi

9. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 14 hari setelah operasi. Bahaya besar


tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran
darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki
post operasi, ambulatif dini.

1. Infeksi.

Infeksi luka sering muncul pada 36 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering
menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus
mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah
perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.

1. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.

Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-
organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka,
kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai
akibat dari batuk dan muntah.

1. Ventilasi paru tidak adekuat

2. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung


3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

4. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

1. Proses Penyembuhan Luka

2. Fase inflamasi

Fase ini berlangsung selama dua sampai lima hari, proses yang terjadi didalamnya, yaitu :

Homestasis

1. Vasokontriksi, vasokontriksi pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan dan


menurunkan masuknya mikroorganisme.

2. Platelet aggregation

3. Tromboplastin yang menggumpal.

Inflamasi

1. Vasodilatasi, vasodilatasi pembuluh darah dapat menghantarkan nutrisi dan fagosit


terhadap luka saat timbul tanda-tanda peradangan.

2. Fagositosis, pada saat terjadi peradangan atau infeksi sel fagosit memakan atau
menghancurkan bakteri, benda asing.

3. Fase proliferase

Fase ini berlangsung selama lima hari sampai tiga minggu, proses yang terjadi didalamnya,
yaitu :

Granulasi, pembentukan fibrobals dari kolagen, mengisi luka dan menghasilkan kapiler baru.

Epitelisasi, sel ini menyebar kesegala penjuru untuk menutup luka sekitar tiga cm sehingga luka
dapat tertutup.

1. Fase remodeling atau maturasi.

Fase ini berlangsung selama tiga minggu sampai dua tahun, proses penyerapan kembali jaringan
yang berlebih dan membentuk jaringan baru yang tipis dan lemas, kekuatannya hanta 80 persen
dari jaringan yang asli.

Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka:

1. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin C.


2. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.

3. Pencegahan infeksi.

4. Pengembalian Fungsi fisik.

5. Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan
batuk efektif, latihan mobilisasi dini.

6. Mempertahankan konsep diri.

7. Pada gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena
adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan terutama
ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi
tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah
operasi.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Anamnesis

Gangguan yang mengenai abdomen dan sistem gastrointestinalbisa menimbulkan gejala yang
sangat beragam:

1. Nyeri abdomen

2. Muntah

3. Hematenesis (muntah darah)

4. Sulit menelan (disfagia)

5. Ganguan cerna atau dispepsia

6. Diare

7. Perubahan kebiasaan buang air besar

8. Bengkak atau benjolan pada perut


9. Penurunan berat badan atau gejala akibat malabsorpsi

10. Melena (tinja hitam seperti ter akibat darah dari saluran cerna bagian atas) atau darah per
ektum.

Penting untuk menilai adakah penyakit lokal dan adakah efek sismetik seperti penurunan berat
badan atau malabsorpsi.

1. Riwayat Penyakit Dahulu

2. Apakah pernah mengalami penyakit saluran cerna sebelumnya?

3. Apakah pernah dilakukan operasi pada daerah perut sebelumnya?

4. Tentukan riwayat konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok pasien.

5. Riwayat konsumsi alkohol yang rinci sangat penting.

6. Obat apa yang pernah dikonsumsi oleh pasien?

7. Pernahkah pasien mendapat terapi untuk penyakit saluran cerna, termasuk terapi yang
mungkin merupakan penyebab gejala?

1. Riwayat Keluarga

Adakah kondisi turunan yang mempengaruhi sistem gastrointestinal?

Pemeriksaan Fisik

Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil
pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap abdomen.

1. INSPEKSI

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding
abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:

1. Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun


pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-
bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan
lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena
(obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).

2. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).

3. Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kista


ovarii, hidronefrosis).

4. Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.

5. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor
apa.

6. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding
abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).

7. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran
pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

Perhatikan juga gerakan pasien:

1. Pasien sering merubah posisi adanya obstruksi usus.

2. Pasien sering menghindari gerakan iritasi peritoneum generalisata.

3. Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi
peritonitis.

4. Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri
pankreatitis parah.

1. AUSKULTASI

Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh
darah. Dilakukan selama 2-3 menit.

1. Mendengarkan suara peristaltic usus.


Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh bagian
abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus.
Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit. Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat
disertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan
tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound). Bila
terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang.

1. Mendengarkan suara pembuluh darah.

Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma
aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising
vena (venous hum) di daerah epigastrium.

1. PALPASI

Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:

1. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.

2. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk
menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan
penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.

3. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.

4. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk
menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan menekan daerah
muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka
itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu
adalah spasme sejati.

5. Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri
berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian
depan dinding abdomen.

6. Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites. Caranya
dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepat
tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ
atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul.
Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan
pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.

7. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,


konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan
warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya. Palpasi hati; dilakukan
dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari
bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta
untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan
dengan berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah
prosesus xiphoideus. Sebaiknya digambar.

1. PERKUSI

Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan
besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista),
adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga
abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi
udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).

1. Orientasi abdomen secara umum.

Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk mengetahui
distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus, pekak hati akan
menghilang.

1. Cairan bebas dalam rongga abdomen

Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara perkusi timpani di
bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness dominant. Karena cairan itu bebas
dalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi
terendah. Cara pemeriksaan asites:

1. Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).

Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada satu sisi
dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain.
Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen dan
tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan
kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.

1. Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).

Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur terlentang,
lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta
tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redup
maka akan tampak adanya peralihan suara redup.

1. Dignosa Keperawatan

2. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, prosedur preoperative.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber


informasi.

4. Nyeri berhubungan dengan insisi, distensi abdomen, immobilisasi.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah, kehilangan air dengan
abnormal.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan, perubahan sensasi.

7. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuknya mikroorganisme sekunder


akibat pembedahan

1. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

1. Ansietas berhubungan dengan 1. Pengkajian seksama


prosedur pembedahan, prosedur kondisi pasien
preoperative. dengan ansietas
memungkinkan
Kriteria hasil : perawat membuat
priorotas perawatan
1. Pasien akan menunjukan
kemampuan focus pada 2. Focus diskusi
pengetahuan baru dan skil memfasilitasi
kemampuan pasien
2. Identifikasi gejala sebagai untuk menyatakan
indicator kecemasan sendiri ketakutan dan
perasaan yang
3. Tidak menunjukan prilaku dirasakan dan
agresiv membengun
hubungan terapeutik.
4. Berkomunikasi dan penanganan
perasaan negative dengan tepat 3. Diskusi akan
persepsi dan
5. Rileks dan nyaman dalam ketakutan membuat
beraktivitas pasien
mengekspresikan diri
6. Monitor pasien tanda dan gejala sendiri dan
insietas saat pengkajian mengeksplore
keperawatan pengetahuannya.

7. Fokuskan diskusi pada stressor 4. Tindakan untuk


yang mempengaruhi kondisi menambah
pasien pengetahuan dan
reduksi ansietas.
8. Diskusikan persepsi pasien akan
prosedur pembedahan,
ketakutan yang berhubungan
dengan operasi

9. Berikan informasi prosedur


sebelum operasi, penyakit
pasien, dan persiapan operasi

1. Kurang pengetahuan 1. Tinjau ulang 1. Memberikan dasar


berhubungan dengan kurang prosedur dan harapan pengetahuan dimana
informasi, tidak mengenal pasca operasi pasien dapat
sumber informasi. membuat pilihan
2. Diskusikan berdasarkan
Kriteria hasil : pentingnya masukan informasi.
cairan adekuat,
Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan diet 2. Meningkatkan
proses penyakit dan pengobatan. penyembuhan dan
3. Demostrasikan normalisasi usus.
perawatan luka atau
belutan yang tepat. 3. Meningaktkan
penyembuhan,
4. Tinjau ulang menurunkan resiko
perawatan selang infeksi, memberikan
gastrotomi bila kesempatan untuk
pasien dipulangkan mengobservasi luka
dengan alat ini.
5. Identifikasikan tanda- 4. Meningkatkan
tand ayang kemandirian,
memerlukan evaluasi meningkatkan
medis, demam kemampuan
menetap, bengkak, perawatan diri.
eritema, artau
terbukanya tepi luka, 5. Pengenalan dini
perubahan komplikasi dan
karakteristik intervensi segera
drainage. dapat mencegah
progresi situasi
6. Anjurkan serius, mengancam
peningkatan aktivitas hidup.
bertahap sesuai
tolernsi dan 6. Mencegah kelelahan,
keseimbangan merangsang sirkulasi
dengan periode dan normalisasi
istirahat yang fungsi organ,
adekuat meningkatkan
penyembuhan.

1. Nyeri berhubungan dengan 1. Analisa secara


insisi, distensi abdomen, seksama karekteristik
immobilisasi. nyeri membatu
diffirensial diagnosis
Kriteria hasil : nyeri. Standarisasi
skala nyeri
1. Melaporkan nyeri hilang menunjang
keakuratan
2. Tampak rileks, mempu
beristirahat dengan tepat 2. Manajemen
pengalihan fokus
3. Pasien akan menunjukan teknik perhatian nyeri.
relaksasi individu yang efektif Pendidikan pada
dalam mencapai kenyamanan pasien untuk
mengurangi nyeri,
4. Mempertahankan level nyeri setiap orang
pada skala nyeri yang dapat memiliki perbedaan
ditoleransi (skala 0-10) derajat nyeri yang
dirasakan
5. Mengakui faktor penyebab
sehingga dapat menggunakan 3. Laporan pasien
pengukuran untuk mencegah merupakan indikator
nyeri akibat terpercaya mengenai
eksistensi dan
1. Kaji skala nyeri atau intensitas nyeri pada
ketidaknyamanan pasien dewasa. Baru
dengan skala 0 10. atau peningkatan
nyeri memerlukan
2. Ajarkan teknik medikal evaluasi
manajemen nyeri : nafas segera.
dalam, guide imagery,
relaksasi, visualisasi dan 4. Respon verbal dapat
aktivitas terapeutik. menjadi indikasi
adanya dan derajat
3. Kaji secara nyeri yang dirasakan.
komprehensif kondisi Respon non verbal
nyeri termasuk lokasi, menampilkan kondisi
karakteristik, onset, nyeri.
durasi, frekuensi,
kuantitas atau kualitas 5. Partisipasi langsung
nyeri, dan faktor dalam penanganan
presipitasi/pencetus. dan deteksi dini
untuk pengelolaan
4. Observasi secara verbal nyeri secara segera
atau nonverbal setelah dilaporkan.
ketidaknyamanan.
6. Tindakan persiapan
5. Instruksikan pasien kondisi pasien
untuk melaporkan nyeri sebelum prosedur
bila sangat hebat. dan membantu
mpasien menetapkan
6. Informasikan pasien koping sehubungan
prosedur yang dapat dengan kebutuhan
meningkatkan nyeri dan penanganan stres
tawarkan koping adaptif. akibat nyeri.

7. Pantau tanda-tanda vital 7. Respon outonomik


meliputi pada
8. Kaji insisi bedah, tekanan darah, nadi
perhatikan edema, dan pernafasan, yang
perubahan kontur luka berhubungan dengan
(pembentukan keluhan / penghilang
hematoma), atau nyeri. Abnormalitas
inflamasi, mengeringkan tanda vital terus
tepi luka. menerus memerlukan
evaluasi lanjut.
9. Berikan analgesic,
narkotika, sesuai 8. Perdarahan pada
indikasi. jaringan, bengkak,
inflamasi local atau
terjadinya infeksi
dapat menyebabkan
peningkatan nyeri
insisi.

9. Menurunkan laju
metabolic dan iritasi
usus karena oksin
sirkulasi/local, yang
membantu
menghilangkan nyeri
dan meningkatkan
penyembuhan.
mengontrol atau
mengurangi nyeri
untuk meningkatkan
istirahat dan
meningkatkan kerja
sama dengan aturan
terapeutik.

1. Kekurangan volume cairan 1. Monitor dan perbaiki 1. Terapi diuretik,


berhubungan dengan kehilangan intake output, antara hipertermia,
darah, kehilangan air dengan setiap jam dan pembatasan intake
abnormal. perbandingkan. Ukur cairan dapat
dan dokumentasikan menimbulkan
Kriteria hasil : output urine setiap 1- kekurangan cairan.
4 jam. Pengukuran tiap jam
1. Menunjukan level elektrolit, dan perbandingannya
BUN, hematokrit dan serum 2. Monitor hasil dapt mendeteksi
osmolalitas dalam keadaan laboratorium sesuai kekurangan.
normal. indikasi (osmolalitas
2. Urine output dalam batas normal urine <200mOsm/kg, 2. Hasil laboratorium
osmolalitas serum menambah keadaan
3. Hasil hemodinamika dalam >300 mOsm/kg, objektif dari
batas normal serum sodium >145 ketidakseimbangan.
mEq/L, peningkatan Penurunan
level BUN dan osmolalitas urine
hematokrit) berhubungan dengan
diuresis, peningkatan
3. Monitor ECG dan serum osmolalitas,
tekanan serum sodium dan
hemodinamika secara hematokrit
periodic. Perhatikan menunjukan
adanya gelombang U, hemokonsentrasi
QT memanjang,
depresi segmen ST, 3. Pemantauan secara
gelombang T periodic menunjang
memendek dan peringatan
tekanan secepatnya apabila
hemodinamika terjadi kondisi yang
kardiak output fatal. Tanda ECG
rendah menunjukan
penurunan
4. Berikan terapi sesuai responsibilitas
indikasi, biasanya stimulus sel kardiak,
cairan isotonic menghasilkan
dengan penambahan hipokalemia
potassium klorida sekunder akibat
jika serum potassium pengeluaran
rendah. Pantau akses potassium.Sedangka
IV , antisipasi n penurunan tekanan
peningkatan menunjukan
pemberian cairan jika hipovolemia dan
hipertermia atau penurunan kardiak
adanya infeksi. output menunjukan
preload insuffisiensi.
5. Pantau tanda-tanda
vital dengan sering, 4. Cairan isotonic
perhatikan adalah pengganti
peningkatan nadi dan cairan untuk
perubahan tekanan kehilangan cairan
darah. tubuh. Produk darah,
koloid, atau albmin,
6. Palpasi nadi perifer, dapat digunakan
evaluasi pengisian untuk peningkatan
kapiler, turgor kulit MAP. Monitor
dan status membrane digunakan untuk
mukosa. mencegah overload
volume cairan.
7. Perhatikan adanya Cairan dengan
edema potassium harus
dipantau dengan
8. Observasi, catat seksama karena
kualitas kateter pottasium
drainage / ngt mengiritasi vena dan
infus potassium yang
9. Pantau suhu cepat dapat
menyebabkan
10. Pertahankan patensi hiperkalemia.
penghisapan NGT. Hipertermia dan
infeksi terjadi akibat
kehilangan cairan
karena peningkatan
metabolic,
peningkatan keringat
dan ekskresi cairan
melalui pernafasan.

5. Tanda-tanda
haemoragik usus
dan/atau
pembentukan
hematoma, yang
dapat menyebabkan
syok hipovalemik.

6. Memberikan
informasi tentang
volume sirkulasi
umum dan tingkat
hidrasi.

7. Edema dapat terjadi


karena perpindahan
cairan berkenaan
dengan penurunan
kadar albumin
serum/protein.

8. Haluaran cairan
berlebihan dapat
menyebabkan
ketidakseimbangan
elektrolit dan
alkalosis metabolic
dengan kehilangan
lanjut kalium oleh
ginjal yang berupaya
untuk
mengkompensasi

9. Demam rendah
umum terjadi selam
24 -48 jam pertama
dan dapat menambah
kehilangan cairan

10. Meningkatkan
dekompresi usus
untuk menurunkan
distensi atau
kekuatan pada garis
jahitan dan
menurunkan mual
atau muntah , yang
dapat menyrtai
anastesi, manipulasi
usus, atau kondisi
yang sebelumnya
ada, missal kanker.

11. Kerusakan integritas


kulit berhubungan
dengan insisi
pembedahan,
perubahan sensasi.

Kriteria hasil : 1. Monitor karakteristik 1. Permulaan


luka meliputi lokasi, pengkajian yang
1. Pasien akan menunjukan ada/tidaknya dan merupakan langkah
perwatan optimal kulit dan luka karakter eksudat, awal utnuk
secara rutin ada/tidaknya jaringan memberikan
nekrotik, perawatan
2. Menunjukan intgritas kulit dan ada/tidaknya tanda- individual.
membrane mukosa adekuat tanda infeksi (nyeri, Penemuan abnormal
( temperature jaringan, bengkak, kemerahan, dapat menjadi data
elastisitas, hidrasi, pigmentasi, peningkatan sushu, untuk masalah dan
dan warna) penurunan fungsi). dapat digunakan
untuk pedoman
3. Mencapai pemulihan luka tepat 2. Bersihkan dan ganti perencanaan
waktu tanpa ada komplikasi. balutan (wound care) perawatan
luka dengan teknik
steril. 2. Pencegahan
komplikasi luka
3. Minimalisir terhadap kontaminasi
penekanan pada silang dan membantu
bagian luka. penyembuhan luka.

4. Pantau tanda-tanda 3. Pencegahan


vital dengan sering, kerusakan kulit
perhatikan demam, merupakan salah satu
takipneu, takikardi penanganan mudah
dan gemetar. Periksa masalah sebelum
luka dengan sering kerusakan kulit
terhadap bengkak berkembang
insisi berlebihan,
inlamasi drainage. 4. Pasien dengan
kondisi post
5. Waspadai factor pembedahan
resiko lanjut, misal : beresiko tinggi
keganasan, seperti mengalami
limfasarkoma dan komplikasi. Evaluasi
mieloma multiple, segera dapat menjadi
terapi radiasi dan sisi ukuran pencegahan
operasi. dan penanganan dini.

6. Berikan antibiotic 5. Indikatif dari


sesuai indikasi pembentukan
hematoma atau
terjadinya infeksi
yang menunjang
perlambatan
pemulihan luka dan
meningkatkan resiko
pemisahan luka.

6. Menurunkan
imunokompentesi,ini
mempengaruhi
pemulihan luka pada
infeksi.
Meningkatkan
vaskulitis dan
fibrosis pada
jaringan
penyambung,
mempengaruhi

1. Risiko infeksi berhubungan 1. monitor tanda-tanda 1. mengetahui tanda


dengan adanya tempat vital awal terjadinya
masuknya mikroorganisme infeksi
sekunder akibat pembedahan. 2. lakukan tehnik
perawatan luka 2. perawatan luka
2. Klien tidak mengakami infeksi dengan tehnik septik dengan tekhnik
dan aseptik aseptic dapat
3. Luka cepat sembuh tanpa mencegah
komplikasi 3. observasi penyatuan berkembangbiaknya
luka, karakter mikroorganisme
drainage, adanya penyebab infeksi
inflmasi
3. mengetahui secara
4. berikan nutrisi yang dini tanda infeksi
adekuat atau
memperburuknya
5. kolaborasi dalam kondisi luka.
pemberian antibiotika
4. dengan nutrisi yang
baik dapat
meningkatkan daya
tahan tubuh

5. antibiotika
menurunkan jumlah
mikroorganisme dan
juga dapat
membunuh
mikroorganisme
dengan penggunaan
secara teratur.
Post navigation
Search

Recent Posts
Perawatan Pre Operatif

Recent Comments
Archives
November 2013

Categories
Uncategorized

Anda mungkin juga menyukai