Anda di halaman 1dari 11

E-TILANG

DEMI PELAYANAN YANG LEBIH BAIK

DAN BEBAS PUNGLI

Lugis Andrianto / 1401160023


Kelas VII C Program Diploma IV Akuntansi, Politeknik Keuangan Negara STAN, Tangerang Selatan
e-mail: lugis.andrianto@gmail.com

Abstrak Dalam menjalankan roda pemerintahan, segenap aparatur pemerintahan diharapkan memberikan
pelayanan terbaik bagi masyarakat. Oleh sebab itu, inovasi-inovasi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat harus selalu dikembangkan agar kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara pun tetap
terjaga. Di era teknologi seperti sekarang, sektor publik masih tertinggal dengan sektor privat dalam
mengadopsi teknologi informasi untuk mempermudah pemberian layanan jasa kepada masyarakat. Namun kini
pemerintah sudah mulai untuk mengimplementasikan teknologi informasi dalam pemberian layanannya
terutama dalam pelaksanaan Tilang bagi masyarakat yang melanggar ketentuan berlalu lintas dengan
pemberlakuan layanan e-tilang.

Kata Kunci: tilang, online, lalu lintas, e-tilang

Ringkasan Berita
Pemerintah melalui Kepolisian Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, dan
Mahkamah Agung telah meluncurkan layanan e-tilang demi transparansi dan menekan kasus
pungli yang selama ini erat kaitannya dengan proses tilang. Mulai dari oknum Polisi yang
menilang tapi uangnya diambil untuk kepentingan pribadi, calo dalam pengambilan STNK
dan SIM di Pengadilan, dan oknum pengadilan yang kerap meminta pelicin agar urusan
sidang tilang bisa cepat selesai. Berita mengenai diluncurkannya e-tilang ini bisa dilihat pada
tautan berikut:
http://ntmcpolri.info/home/korps-lalulintas-polri-bersiap-launching-e-tilang-e-samsat-sim-
online-serentak-se-indonesia/

1. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, pemerintah dituntut untuk

tidak hanya memberikan layanan yang cepat tetapi juga yang bebas dari praktik KKN.

Pada kenyataannya dalam setiap pemberian layanan olah pemerintah banyak sekali

celah yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk

mengeruk keuntungan. Sebagai contoh: dalam setiap pengurusan dokumen publik

jamak kita temui ada oknum yang meminta imbalan sejumlah tertentu untuk

1
memperlancar prosesnya, tidak terkecuali pada proses tilang ini. Dari awal proses

tilang ketika seseorang dianggap bersalah menyalahi ketentuan berlalu-lintas sudah

ditemui tindakan pungli berupa oknum petugas yang menawarkan ajakan damai

dengan jalan memberikan uang agar sang pelanggar tidak ditilang. Berlanjut ke proses

saat persidangan, ada pula oknum yang dengan tenangnya menawarkan bantuan untuk

mempercepat proses pengambilan STNK atau SIM yang ditahan tanpa proses sidang,

dll
Dengan adanya perbaikan pelayanan hasil kerjasama oleh Kepolisian,

Kejaksaan dan Mahkamah Agung ini diharapkan bisa meningkatkan kepuasan

masyarakat atas pelayanan pemerintah dalam hal ini pihak kejaksaan dan kepolisian

serta untuk menekan praktik pungli yang sudah sedemikian mengakar dalam proses

tilang ini
2. Rumusan Masalah
Untuk dapat menjawab permasalahan utama, yaitu penerapan continuous

improvement dalam proses e-tilang, maka rumusan masalah atas makalah ini adalah

sebagai berikut:
2.1 Apa saja langkah-langkah pemerintah dalam memerangi pungli dalam

proses tilang.
2.2 Apa saja langkah-langkah perbaikan yang dilakukan untuk meraih

kepercayaan masyarakat.
3. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari makalah ini adalah menggambarkan penerapan continuous

improvement dalam sektor publik, dalam hal ini pada proses e-Tilang. Berdasarkan

hal tersebut, tujuan lebih rinci yang diturunkan dari rumusan masalah adalah:
3.1. Mengetahui langkah-langkah pemerintah dalam memerangi pungli dalam

proses tilang.
3.2. Mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dilakukan untuk meraih

kepercayaan masyarakat.
4. Metode

2
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah kualitatif deskriptif dimana

penjabaran dilakukan memakai data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari obyek

yang diamati.

2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Continuous Improvement (Kaizen)
Kaizen () secara harfiah berasal dari kata Kai () yang artinya perubahan

dan Zen () yang artinya baik. Kaizen dapat diartikan secara singkat yaitu perbaikan

atau peningkatan. Menurut Imai (1991:4), kaizen berarti penyempurnaan

berkesinambungan yang melibatkan setiap orang baik manajer maupun karyawan.


Pada intinya kaizen adalah kesadaran bahwa manajemen harus memuaskan

pelanggan dan memenuhi kebutuhan pelanggan, jika perusahaan ingin tetap eksis,

memperoleh laba, dan berkembang. Kaizen memiliki tujuannya yaitu

menyempurnakan mutu, proses, sistem, biaya, dan penjadwalan demi kepuasan

pelanggan. Metode yang digunakan dalam Kaizen untuk mencapai hal tersebut adalah

dengan pertama, mengubah cara kerja karyawan sehingga karyawan bekerja lebih

produktif, tidak terlalu melelahkan, lebih efisien, dan aman; kedua, memperbaiki

peralatan; ketiga, memperbaiki prosedur. Ciri kunci dari pendekatan kaizen terhadap

manajemen adalah:

1. Memperhatikan proses dan bukan hasil


2. Manajemen fungsional silang
3. Menggunakan peningkatan yang terus menerus
Cane (1998:36) menyatakan, Dalam perusahaan yang ingin menggunakan

prisnip kaizen sudah menjadi tanggung jawab setiap orang untuk telibat dalam daur

peningkatan. Mereka harus diberi ilmu pengetahuan, keahlian-keahlian dan peralatan

agar sepenuhnya berpartisipasi bukan hanya berpartisipasi dalam tim mereka sendiri,

tetapi juga berpartispasi dalam tim fungsional silang dan di seluruh organisasi sebagai

satu kesatuan.
Pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari Kaizen bisa diartikan sebagai

kegiatan sehari-hari yang sederhana bertujuan untuk melampaui peningkatan

3
produktifitas, juga merupakan sebuah proses apabila dilakukan dengan benar akan

memanusiawikan tempat kerja, mengurangi beban kerja yang berlebihan, dan

mengajarkan orang untuk melakukan percobaan dalam pekerjaannya dengan

menggunakan metode-metode ilmiah dan bagaimana belajar mengenali serta

mengurangi pemborosan dalam proses kerjanya.


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan Teori Kaizen dapat

berupa :
1. Setiap orang akan mampu menemukan masalah dengan cepat.
2. Setiap orang akan memberikan perhatian dan penekanan pada tahap

perencanaan.
3. Mendukung cara berfikir yang berorientasi proses.
4. Setiap orang berkonsentrasi pada masalah-masalah yang lebih penting dan

memdesak untuk diselesaikan.


5. Setiap orang akan berpartisipasi dalam membangun sistem yang baru.
Dalam malakukan perbaikan berkelanjutan yang diharapkan biasanya, adalah

bagaimana meningkatkan Efektivitas kerja, bagaimana meningkatkan effisiensi,

bagaimana meningkatkan produktivitas kerja. Efektif dalam melakukan pekerjaan

artinya bahwa setiap unit produksi bisa mengurangi produk gagal/ masalah. Makin

Sedikit Kesalahan yang dilakukan maka makan besar pula persentasi efektivitas kerja

kita.
Effisiensi diperlukan supaya setiap pekerjaan bisa dibuat dengan besaran biaya

yang seminimal mungkin. Kunci daripada Effsiensi itu sendiri bukan dari penggunaan

Bahan atau tenaga murah, tetapi tergantung pada kemampuan individu pelaksana,

pamahaman strategi, pemahaman teknis yang lebih baik, sehingga bisa menggunakan

tenaga sesedikit mungkin karena ada teknologi lain yang bisa menggantikan tenaga

tersebut. Bisa juga dengan menggunakan metode kerja yang lebih baik, sehingga bisa

dilakukan dengan lebih cepat walaupun menggunakan jumlah tenaga dan waktu kerja

yang sama.
Produktivitas adalah salah satu yang diharapkan oleh para pengusaha, karena

dengan makin produktif suatu unit kerja ada orang yang mengkaitkan dengan biaya

4
(overhead cost) menjadi lebih kecil, karena dengan menggunakan biaya yang sama

mendapatkan hasil yang lebih banyak. Sama seperti Effisiensi Produktivitas banyak

dipengaruhi oleh perbaikan Kompetensi, teknologi, metode kerja. Hansen & Mowen

(2007, 5) menjelaskan lebih lanjut bahwa:


Continuous improvement means searching for ways to increase the

overall efficiency and productivity of activities by reducing waste,

increasing quality, and reducing costs. Thus, information is needed to

help identify opportunities for improvement and to evaluate the progress

made in implementing actions designed to create improvement.


Menurut Ali Tafriji (2009) Peran utama akuntansi manajemen dalam

organisasi sektor public adalah memberikan informasi yang relevan dan handal

kepada manajer untuk melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian organisasi. Tuntutan layanan yang transparan, efisien dan bebas dari

praktik kotor (KKN) membutuhkan pengelolaan yang meningkat dari masa ke masa

sesuai dengan falsafah continuous improvement dari suatu akuntansi manajemen.


2.2 Penerapan Continuous Improvement pada Sektor Publik
Fryer, Antony, & Douglas (2007) dalam jurnalnya yang berjudul Critical

success factors of continuous improvement in the public sector: a literature review

and some key findings menyatakan bahwa keuntungan penerapan continuous

improvement di sektor publik antara lain:


1. Low Capital Investment dengan secara terus menerus melakukan perbaikan

dalam skala kecil, bukan perubahan dalam skala besar yang dramatis;
2. Ide dan saran berasal dari pegawai yang benar-benar melakukan pekerjaan, tidak

ada monopoli atas ide yang bagus;


3. Meningkatnya komitmen pegawai;
4. Meningkatnya kinerja/kualitas
5. Berkurangnya barang sisa
6. Berkurangnya biaya
7. Meningkatnya kepuasan pelanggan

3. PEMBAHASAN
3.1. Prosedur Penilangan Reguler

5
Polisi memberhentikan pelanggar wajib menyapa dengan sopan serta

menunjukan jati diri dengan jelas. Polisi harus menerangkan dengan jelas kepada

pelanggar apa kesalahan yang terjadi, pasal berapa yang telah dilanggar dan tabel

berisi jumlah denda yang harus dibayar oleh pelanggar.


Pelanggar dapat memilih untuk menerima kesalahan dan memilih untuk

menerima slip biru, kemudian membayar denda di BRI tempat kejadian dan

mengambil dokumen yang ditahan di Polsek tempat kejadian, atau menolak kesalahan

yang didakwakan dan meminta sidang pengadilan serta menerima slip merah.

Pengadilan kemudian yang akan memutuskan apakah pelanggar bersalah atau tidak,

dengan mendengarkan keterangan dari polisi bersangkutan dan pelanggar dalam

persidangan di kehakiman setempat, pada waktu yang telah ditentukan, biasanya 5

sampai 10 hari kerja dari tanggal pelanggaran.

Gambar 1 Alur Proses Tilang


Sumber: Polwiltabes Bandung

6
3.2. Prosedur e-Tilang
Seperti yang sudah kita ketahui Kepolisian Republik Indonesia telah

meluncurkan layanan e-Tilang pada bulan Desember 2016 lalu. Sistim ini adalah

sebagai bukti konkrit pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk memberantas praktik

pungli sampai ke akar-akarnya setelah pada tahun ini juga beliau membentuk Tim

SABER PUNGLI (Satuan Berantas Pungutan Liar).


Berikut adalah alur proses tilang melalui e-Tilang:
1. Polisi melakukan tilang terhadap pelanggar lalu lintas
2. Data tilang dimasukkan ke aplikasi
3. Pelanggar akan menerima notifikasi via SMS berisi jumlah denda dan

kode pembayaran
4. Pelanggar membayar denda maksimal melalui m-Banking, ATM, dan

teller BRI dan BNI


5. Struk pembayaran diserahkan ke petugas untuk mengambil barang bukti

yang disita
6. Data pelanggaran dikirimkan ke pengadilan untuk menerima ketetapan

hakim
7. Jaksa mengeksekusi amar/putusan tilang
8. Pelanggar akan menerima notifikasi berisi amar/putusan tilang dan sisa

dana tilang
9. Pelanggar menerima sisa dana melalui transfer atau mengambilnya ke

bank
Data tilang ini terintegrasi dengan database registrasi dan identifikasi

(regident) kendaraan. Jika pengendara tak kunjung menebus barang bukti yang disita,

seperti SIM atau STNK, polisi dapat memblokir regident kendaraan sehingga

pemiliknya tidak bisa membayar pajak di Samsat. Adapun sistem e-Tilang ini

terintegrasi dengan e-Samsat. Sama seperti e-Tilang, e-Samsat akan membuat

pengendara hanya melakukan pembayaran via perbankan. Pengendara hanya perlu ke

kantor Samsat untuk proses pengesahan STNK.

7
Gambar 2 Alur Proses e-Tilang
Sumber: kompas.com

3.3. Kaizen dalam Proses e-Tilang


Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa Kaizen adalah

perkembangan terus-menerus, inovasi tanpa henti demi kepuasan pelanggan, dalam

hal pemerintah tentu yang menjadi pelanggan adalah masyarakat. Dalam proses

tilang ini banyak ditemukan adanya praktik pungli yang oleh masyarakat sangat-

sangat dikeluhkan. Menjawab keresahan tersebut Kepolisian Republik Indonesia

mencoba menjawabnya dengan melakukan perbaikan (Kaizen) dalam proses

tilangnya. Jika pada proses tilang reguler aparat masih sering melakukan kontak

dengan pelanggar lalu lintas maka pada sistem e-tilang ini kontak tersebut sedapat

mungkin diminimalisasi dengan bantuan aplikasi. Dengan aplikasi ini aparat tidak

bisa lagi meminta uang damai atas pelanggaran yang dilakukan. Begitu pula dengan

proses selanjutnya berupa sidang atas kesalahan oleh pelanggar lalu lintas. Pelanggar

langsung menyetor uang denda ke Kas Negara melalui Bank tanpa harus lewat

8
aparat kejaksaan. Dengan begini akan membatasi pula kontak antara oknum aparat

kejaksaan dengan terdakwa pelanggar lalu lintas yang pada praktiknya bisa

menimbulkan pungli.
Begitu pula pada proses pengambilan barang sitaan atas pelanggaran lalu

lintas, biasanya berupa SIM atau STNK, kini pelanggar sudah tidak perlu mengantri

dan memakai jasa calo untuk mengambilnya. Dalam poses e-tilang pelanggar yang

telah membayar denda ke Bank bisa membawa struk pembayaran kepada polisi.

Setelah menunjukkan struk kepada aparat, SIM atau STNK yang ditahan bisa

langsung diambil saat itu juga. Sedangkan pada sistem aplikasi e-tilang yang

dimiliki polisi, bila pelanggar sudah membayar akan berubah warna, dari merah ke

hijau.

4. KESIMPULAN
Pemerintah telah melakukan terobosan yang cukup radikal dalam upaya untuk

memberantas praktik pungli pada proses tilang kendaraan bermotor dengan

peluncuran sistim e-tilang. Sistim ini masih dalam tahap awal penerapan, akan sangat

mungkin apabila banyak memiliki kelemahan. Namun dengan prinsip Kaizen

diharapkan kelemahan-kelemahan itu akan teratasi seiring berjalannya waktu. Dengan

diterapkannya sistim e-tilang ini diharapkan keparcayaan masyarakat kepada

Pemerintah pada umumnya dan Kepolisian pada khususnya akan semakin meningkat.

9
5. DAFTAR REFERENSI

Cane, Sheila. 1998. Kaizen Strategies for Winning Through People. Batam. Penerbit
Interaksara

Fryer, K. J., Antony, J., & Douglas, A. 2007. Critical success factors of continuous improvement
in the public sector: a literature review and some key findings. The TQM Magazine, 19(5),
497-517.

Hansen, Don R., Mowen, Maryane M., 2007. Managerial Accounting. 8th edition. South Western:
Thomson

Heeks, R. 2001. Understanding e-governance for development. Manchester: Institute for


Development Policy and Management.

http://otomotif.kompas.com/read/2016/12/16/115038030/simak.sistem.kerja.tilang.online.

Imai, Masaki. 1991. Kaizen Kunci Sukses Jepang dalam Persaingan. Jakarta: PT Pustaka
Binaman Pressindo

10
http://ntmcpolri.info/home/korps-lalulintas-polri-bersiap-launching-e-tilang-e-samsat-sim-
online-serentak-se-indonesia/

11

Anda mungkin juga menyukai