Anda di halaman 1dari 7

A.

KEWAJIBAN LANCAR
Kewajiban lancar diartikan sebagai kemungkinan pengorbanan masa
depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban perusahaan
pada masa sekarang untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa
kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian pada masa lalu. Suatu hal dapat dikategorikan sebagai sebuah
kewajiban apabila memenuhi tiga karakteristik utama, (i) merupakan
kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan
transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa, (ii)
merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari (iii) transaksi atau
kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi di
masa lalu. Pengklasifikasian kewajiban dibagi menjadi kewajiban lancar
dan kewajiban jangka panjang.
Aktiva lancar adalah kas atau aktiva bentuk lainnya yang dapat
diharapkan untuk dikonversi menjadi kas, dijual, atau digunakan dalam
operasi selama satu periode tertentu. Berbeda dengan aktiva lancar,
kewajiban lancar memiliki pengertian sebagai kewajiban yang likuidasinya
diperkirakan memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar
lainnya dalam satu siklus operasi atau periode tertentu. Beberapa jenis
kewajiban lancar adalah sebagai berikut:
1. Utang Usaha
Utang usaha adalah saldo yang terutang kepada pihak lain atas
barang, atau jasa yang dibeli secara kredit. Utang jenis ini muncul karena
adanya kesenjangan waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi hak
aktiva dan pembayaran atas aktiva tersebut. Periode pelunasan kredit ini
biasanya berkisar antara 30 sampai dengan 60 hari.

2. Wesel Bayar
Definisi dari wesel bayar adalah janji tertulis untuk mebayar
sejumlah uang pada suatu tanggal tertentu di masa depan dan dapat
berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi dengan bentuk
lainnya. Utang jenis ini diperlukan sebagai bagian dari transaksi
pembelian atau penjualan sebagai pengganti perluasan kredit yang
normal atau kredit lisan, sementara wesel bayar kepada bank berasal dari
pinjaman kas atau uang tunai. Wesel bayar dapat diklasifikasikan menjadi
wesel jangka pendek maupun jangka panjang berdasarkan periode
pelunasannya, dan diklasifikasikan menjadi wesel berbunga dan tanpa
bunga berdasarkan unsur bunga yang melekat pada wesel tersebut.

3. Jatuh Tempo Berjalan Utang Jangka Panjang


Contoh dari jatuh tempo saat ini utang janga panjang adalah
obligasi, wesel hipotik, dan utang jangka panjang lainnya yang jatuh
tempo dalam tahun fiskal berikutnya. Utang jangka panjnag tidak dicatat
ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan
ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan
tersebut yang tidak ditunjukkan sebagai aktiva lancar, dan apabila akan
didanai kembali atau dilunasi dari hasil penerbitan utang baru atau
dikonversi menjadi modal saham.

4. Kewajiban Jangka Pendek Yang Diharapkan Akan Didanai Kembali


Kewajiban dengan jangka waktu yang pendek adalah jenis utang
yang telah pasti akan jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun setelah
tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus operasi perusahaan,
tergantung mana yang lebih lama dan biasanya sesuai dengan kebijakan
perusahaan. Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai
kembali atas dasar jangka panjang dan oleh karena itu, diperkirakan tidak
memerlukan penggunaan modal kerja selama periode berikutnya. Untuk
menentukan situasi dimana kewajiban jangka pendek dapat dikeluarkan
dari kewajiban lancar, suatu perusahaan harus mengeluarkan kewajiban
jangka pendek tersebut dari kewajiban lancar, dengan syarat perusahaan
harus memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar
jangka panjang dan perusahaan harus menunjukkan kemampuan untuk
melaksanakan pedanaan kembali tersebut

5. Utang Dividen
Utang dividen memiliki pengertian sebagai jumlah yang terutang
oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagai hasil dari
otorisasi dewan komisaris atau direksi. Pada tanggal pengumuman,
perusahaan menempatkan pemegang saham sebagai kreditor ats
sejumlah dividen. Dividen digolongkan menjadi kewajiban lancar karena
dividen akan dibayar pada satu tahun berikutnya setelah pengumuman
kepada para pemegang saham.

6. Uang Muka Pelanggan dan Deposito Yang Dapat Dikembalikan


Perusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan maupun dari
karyawannya sendiri. Perusahaan menerima deposito dari pelanggan
untuk menjamin pembayaran kewajiban yang diharapkan dimasa depan
dan juga sebagai jaminan untuk kemungkinan kerusakan barang yang ada
di tangan pelanggan. Sementara perusahaan menerima deposito dari
karyawan atas jaminan dan pengembalian property perusahaan yang
digunakan oleh karyawan yang membantu kegiatan operasional karyawan
tersebut. Klasifikasi pos-pos ntersebut sebagai kewajiban lancar atau tidak
lancar bergantun pada waktu antara tanggal deposito dan pemutusan
hubungan yang mensyaratkan deposito.
7. Utang Pajak Penjualan
Perusahaan baik dengan dan tanpa perantara dalam penjualannya,
harus menagih pajak penjualan atas transfer produk dan atas jasa-jasa
tertentu harus ditagih dari pelanggan dan diserhakan kepada pemerintah
berupa pajak. Akun utang pajak penjualan harus merefleksikan kewajiban
untuk pajak penjualan yang terutang kepada pemerintah. Terkadang
penagihan pajak penjualan yang dikredit keakun kewajiban tidak sama
dengan kewajiban yang dihitung oleh ketetapan yang berlaku di
pemerintah, dalam hal ini dirjen pajak. Sehingga perlu dibuat penyesuaian
atas akun kewajiban dengan mengakui keuntungan atau kerugian atas
penagihan pajak penjualan. Untuk merefleksikan jumlah penjualan yang
sebenarnya dan kewajiban untuk pajak penjualan, akun penjulalan harus
didebit sebesar jumlah pajak penjualan yang terutang kepada pemerintah
atas penjualan tersebut dan akun utang pajak penjualan dikredit sebasar
jumlah yang sama.

8. Utang Pajak Penghasilan


Untuk menghitung utang pajak penghasilan yang dihasilkan dari
operasi periode berjalan, perusahaan harus mempersiapkan SPT pajak
penghasilan terlebih dahulu. Utang pajak atas laba perusahaan, seperti
yang dihitung per SPT pajak harus diklasifikasikan sebagai kewajiban
lancar. Perusahaan harus membayar pajak periodik kepada bank yang
diotorisasi sepanjang tahun. Pembayaran tersebut didasarkan pada
estimasi total kewajiban pajak tahunan. Apabila estimasi total kewajiban
pajak berubah, maka kontribusi periodik juga berubah.

9. Pendapatan Diterima Dimuka


Pendapatan diterima dimuka adalaha kondisi dimana perusahaan
menerima kas sebagai pembayaran hasil perdagangan maupun jasa dari
pelanggan sebelum melakukan pertukaran barang atau melakukan jasa
tertentu dan hak kepemilkan belum didapat pelanggan namun sudah
dicatat sebagai pendapatan oleh perusahaan. Perlakuan pendapatan
diterima dimuka ketika uang muka diterima, kas didebit, dan akun
kewajiban lancar yang mengidentifikasi sumber pendapatan diterima
dimuka dikredit. Sementara ketika pendapatan diterima, akun pendapatan
diterima dimuka didebit, dan akun pendapatan yang diterima sebenarnya
dikredit. Neraca harus melaporkan kewajiban untuk setiap komitmen yang
dapat ditebus dalam bentuk barang dan jasa, laporan laba rugi harus
melaporkan pendapatan yang telah diperoleh selama periode berjalan.

10. Kewajiban Yang Berhubungan Dengan Karyawan


Jumlah yang terutang kepada karyawan untuk gaji dan upah pada
akhir periode akuntansi dilaporkan sebagai kewajiban lancar. Bentuk dari
kewajiban yang berhubungan dengan karyawan dikategorikasn menjadi :
a. Pemotongan Gaji
Jenis paling umum dari pemotongan gaji adalah pajak premi asuransi,
tabungan karyawan, dan iuran serikat kerja. Jika jumlah yang dipotong
belum diserahkan kepada pihak yang berwenang pada akhir periode
akuntansi, maka jumlah itu harus diakui sebagai kewajiban lancar.
b. Absensi yang Dikompensasi
Absensi yang dikompensasi memiliki pengertian sebagai absensi dari
pekerjaan, yang meliputi cuti, sakit, dan hari libur. Suatu kewajiban harus
diakrualkan untuk biaya kompensasi atas absensi di masa depan jika
semua kondisi berikut dipenuhi :
Kewajiban pemberi kerja atau majikan yang berhubungan dengan
hak karyawan untuk menerima kompensasi atas absensi di masa
depan berasal dari jasa karyawan yang telah diserahkan
Kewajiban yang berhubungan dengan hak yang bersifat terjamin
penuh atau berakumulasi dan pembayaran kompensasi itu adalah
sangat mungkin dan jumlahnya dapat diestimasi dengan layak.

c. Perjanjian Bonus
Perusahaan-perusahaan besar memberikan bonus kepada semua
karyawannya sebagai tambahan atas gaji atau upah regular mereka. Dan
jumlah bonus tersebut bergantung kepada laba tahunan perusahaan
terkait. Pembayaran bonus kepada karyawan dapat dianggap sebaagi
tambahan upah dan harus dimasukkan sebagai pengurang dalam
menentukan laba bersih tahun berjalan.

B. PROVISI
Provisi merupakan kewajiban yang jumlah dan waktunya belum pasti
terjadi. Perbedaan provisi dengan kewajiban lancar yaitu waktu dan
jumlahnya yang belum pasti tersebut. Provisi diakui perusahaan beban
dan kewajiban provisi apabila perusahaan tersebut memiliki obligasi
sekarang sebagai hasil dari obligasi pada masa lalu, perkiraan yang
reliable dapat dibuat dari jumlah obligasi, dan perusahaan dapat
melakukan estimasi yang handal atas jumlah maupun waktu dari
kewajiban provisinya.
Perusahaan mengetahui terlebih dahulu kejadian masa lalu yang
mengakibatkan adanya kewajiban timbul pada masa sekarang. Namun
dalam kasus tertentu, dibutuhkan pendapat ahli untuk menentukan
kewajiban kini yang timbul. Contohnya adalah untuk kasus hukum,
diperlukan pendapat seorang kuasa hukum untuk menentukan jumlah
kewajiban dan kemungkinan kerugian yang dihadapi pada pengadilan.
Beberapa contoh provisi adalah sebagai berikut :
1. Perkara Pengadilan, Klaim dan Pengenaan
Dalam menentukan keharusan suatu kewajiban dicatat terkait
dengan perkara pengadilan yang ditunda dan yang mengancam, dan
klaim aktual harus dipertimbangkan periode waktu ketika terjadinya
penyebab tindakan yang mendasari perkara tersebut, kemungkinan hasil
yang merugikan, dan kemampuan untuk membuat perkiraan yang relevan
terkait jumlah kerugian yang akan ditimbulkan.

2. Biaya Jaminan dan Garansi


Jaminan atau garansi sebuah produk merupakan salah satu bentuk
kontijensi kerugian. Definisinya adalah perjanjian kontraktual yang
disepakati pihak penjual yang memberikan klaim terhadap pembeli untuk
memperbaiki menurunnya kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu produk.
Jaminan seperti ini biasanya diterapkan oleh perusahaan manufaktur
untuk menarik konsumen dalam strategi pemasarannya. Jaminan ini
meliputi perbaikan, perakitan, dan penggantian suku cadang baru dengan
tidak mengubah sebagian besar bentuk awal produk.

3. Premi dan Kupon


Premi dank upon adalah salah satu bentuk strategi pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menstimulus minat dari konsumen
terhadap produk yang dijual. Premi biasanya berbentuk hadiah yang
disertai dengan pembelian produk, sementara kupon adalah bentuk
pengganti dari potongan tunai atas produk yang dapat ditukarkan. Biaya
premi maupun kupon dicatat sebagai beban pada periode berjalan. Biaya
premi yang ditawarkan dibebankan pada beban premi, dan kewajiban
yang melakat pada premi tersebut dikredit pada akun estimasi kewajiban
untuk premi.

4. Kewajiban Lingkungan
Setiap perusahaan, teruatama industry eksplorasi sumber daya
alam harus mematuhi kode etik tanggung jawab social, dalam hal ini
tanggung jawab yang berwawasan lingkungan seperti pengolahan limbah,
konservasi hutan, dan kegiatan sebagainya. Meskipun pengaruhnya tidak
signifikan terhadap operasi perusahaan, namun biaya yang dikeluarkan
tidaklah kecil. Sehingga kewajiban yang ditimbulkan juga sangat besar.
Selain itu, untuk industry-industri semacam itu, pembangunan dan
operasi aktiva-aktiva berjangka panjang melibatkan kewajiban masa
penghentian aktiva yang telah habis umur manfaatnya. Perusahaan
berkewajiban terhadap biaya-biaya yang bersangkutan dengan
penghentian aktiva tersebut. Perusahaan tidak boleh mencatat biaya
penghentian aktiva yang dikapitalisasi tersebut pada akun terpisah.

5. Asuransi Sendiri
Risiko umum tidak dicatat sebagai sebuah kerugian kontijensi. Sama
halnya seperti risiko yang mungkin terjadi di masa depan terhadap
penyisihan reparasi aktiva. Karena, pos-pos tersebut tidak sesuai dengan
definisi sebuah kewajiban karena berasal dari transaksi yang mungkin
terjadi di masa depan. Contohnya adalah polis asuransi sendiri yang
dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi risiko yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan oleh asuransi biasa. Sehingga, asuransi sendiri ini
tidak digolongkan dalam asuransi pada umumnya, melainkan
penanggungan risiko dan akan menjadi beban bagi perusahaan. tidak
seperti perusahaan asuransi secara umum yang memiliki kewajiban
terhadap kerugian pemegang polis, perusahaan yang menerapkan
asuransi sendiri ini tidak memiliki kewajiban terhadapn asuransi sendiri
tersebut. Sehingga, tidak ada kewajiban pada saat sebelum atau sesudah
terjadinya risiko yang diperkirakan pada masa lalu tersebut.

6. Onerous Contract (Kontrak Memberatkan)


Onerous Contract adalah kontrak atau perjanjian tertulis yang
menyatakan biaya yang tidak dapat dihindari untuk menjalankan kontrak
tersebut melebihi manfaat yang diperoleh. Sebagai contoh, PT. Sukses
Makmur menyewa sebidang tanah dan bangunan dari PT. Maju Mundur
selama 5 tahun sebagai sewa operasi dan menjalankan produksinya di
tempat bangunan tersebut. Pada tahun ke 2, akibat beberapa
pertimbangan, PT. Sukses Makmur melakukan relokasi pabriknya ke
tempat lain, namun tidak dapat membatalkan sewa operasi dengan PT.
Maju Mundur yang masih memiliki sisa 3 tahun. Demikian pula dengan PT.
Sukses Makmur tidak dapat menyewakan tanah dan bangunan tersebut
kepada pihak ketiga. Situasi tersebut membuat PT. Sukses Makmur dapat
mencatat sisa beban sewa 3 tahun tersebut sebagai provisi pada tanggal
pelaporan pada periode terjadinya kejadian tersebut.

7. Restrukturisasi
Restrukturisasi membuat kewajiban konstruktif berupa pembayaran
pesangon untuk karyawan yang di-PHK. Perusahaan harus mencatat
provisi atas kewajiban konstruktif apabila perusahaan memiliki
perencanaan terkait restrukturisasi sebelumnya dalam hal bisnis atau
bagian usaha yang akan ditutup, lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah
tenaga kerja yang diberikan kompensasi atas pemutusan hubungan kerja,
dan seluruh pengeluaran yang akan terjadi ketika rencana tersebut
direalisasikan

C. KONTIJENSI
Kontijensi adalah kondisi dimana terjadi ketidakpastian mengenai apakah
kewajiban untuk mentransfer kas atau aktiva yang lain telah timbul dan
atau jumlah yang akan diminta untuk melunasi kewajiban tersebut. Atau
dalam arti yang lebih luas, kontijensi adalah suatu atau serangkaian
kondisi atau situasi, yang melibatkan ketidak pastian mengenai
keuntungan atau kerugian bagi perusahaan yang pada akghirnya akan
diketahui ketika satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak
terjadi.
Keuntungan kontijensi adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva yang
keberadaannya tidak pasti, akan tetapi pada akhirnya mungkin akan
menjadi sah. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah :
1. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus,
dan lain-lain.
2. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan
pajak.
3. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin akan
menguntungkan.
4. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.
Sementara itu, kerugian kontijensi melibatkan kemungkinan terjadinya
kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontijensi
adalah pengertian dari kewajiban kontijensi. Kewajiban kontijensi
bergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau lebih kejadian di masa
depan untuk mengkonfirmasi jumlah utang, pihak yang dibayar, dan
tanggal pembayarannya. Seuatu estimasi kerugian dari kerugian
kontijensi harus diakrualkan dengan membebankannya ke beban dan
kewajiban dicatat hanya jika informasi yang tersedia sebelum penerbitan
laporan keuangan menunjukkan bahwa kemungkinan besar suatu
kewajiban telah terjadi pada laporan keuangan dan apabila jumlah
kerugian dapat diestimasi secara rasional.

Anda mungkin juga menyukai