Anda di halaman 1dari 30

BAB III

UJI TARIK

3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari pemakaian logam biasanya berdasarkan sifat yang
dimiliki logam tersebut contoh pada pembuatan konstruksi untuk jembatan dibutuhkan
logam yang kuat dan tangguh berbeda dengan pemakaian logam untuk pagar rumah yang
tidak terlalu memperhatikan sifat mekaniknya. Dalam bidang industri diperlukan
pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang
tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses
selanjutnya. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat data dasar
mengenai kekuatan suatu bahan atau logam. Contoh-contoh sifat mekanik adalah
kekuatan tarik, kekerasan, keuletan dan ketangguhan. Pengujian sifat-sifat mekanik ini
dapat dilakukan dengan pengujian mekanik. Salah satu pengujian yang digunakan untuk
mengetahui sifat mekanis logam adalah uji tarik (tensile test).
Uji tarik mungkin dapat dikatakan pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini
sangat sederhana, tidak mahal dan telah mengalami standarisasi di seluruh dunia, baik
dari metode pengujian, bentuk spesimen yang diuji dan metode perhitungan dari hasil
pengujian tersebut. Dengan menarik suatu material secara perlahan-lahan, kita akan
mengetahui reaksi dari material tersebut terhadap pembebanan yang diberikan dan
seberapa panjang material tersebut bertahan sampai akhirnya putus.
Dari uji tarik, banyak sifat-sifat yang bisa kita ketahui dibandingkan dengan
pengujian lain. Dari hasil penarikan material hingga material tersebut putus, kita dapat
mengetahui data yaitu berupa tegangan tarik versus pertambahan panjang dari material
yang kita uji. [1]

1
3.1.2 Tujuan Praktikum
1. Melakukan percobaan tarik pada Universal testing machine
2. Mengetahui besarnya kekuatan maksimum dan regangan maksimum
3. Membuat grafik tegangan regangan
4. Mengetahui besarnya kontraksi [2]

3.2 DASAR TEORI


3.2.1 Uji Tarik
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang
didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk
karena mengahsilkan data kekuatan material.Pengujian uji tarik digunakan untuk
mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan
uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam
tersebut. [3]

Gambar 3.1 Pengujian tarik[4].

2
3.2.2 ASTM E-8
ASTM E8 menjelaskan uji tarik logam seperti baja atau logam paduan. Tes ini
menentukan sifat mekanik yang penting seperti kekuatan yield, kekuatan tarik utama,
perpanjangan, dan pengurangan daerah. Tes tarik E8 menentukan daktilitas dan kekuatan
dari berbagai logam ketika bahan menjalani tegangan tarik uniaksial. Informasi tersebut
penting untuk pengembangan paduan, desain, kontrol kualitas, dan perbandingan set yang
berbeda dari logam.

Gambar 3.2 Geometri spesimen ASTM E8 [5]

3.2.3 Tegangan
Tegangan tarik mencerminkan suatu bahan dalam menderita suatu gaya yang
mengulurnya, bila bahan itu berbentuk batang F adalah gaya dan A luas penampang
batang, maka tegangan tarik (tensile stress) dapat didifinisikan sebagai [6]:

Keterangan : = tegangan (pascal, N/m2)


F = beban yang diberikan (Newton, dyne)
A = luas penampang (mm2)

3
3.2.3.1 Tegangan Luluh

Gambar 3.3 Kurva Tegangan Regangan [7]


Tegangan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah
kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Nilai Kekuatan luluh merupakan titik awal
sebuah material bahan atau logam mulai terdeformasi secara plastik. Titik luluh dapat
dilihat pada gambar 3.3.Nilainya dapat ditentukan dengan rumus [6]:

Fy
y
Ao
Keterangan :
= Yield Strength (Newton/2 )

= Gaya atau beban (Newton)


0 = Luas penampang awal (2 )

3.2.3.2 Tegangan Maksimum

Gambar 3.4 Kurva Tegangan Regangan [7]

4
Tegangan maksimum adalah tegangan saat mencapai peak atau puncak
gelombang Ultimate Tensile Strength UTS merupakan tegangan maksimum yang
material dapat menahan ketika sedang diregangkan atau ditarik sebelum necking, yaitu
ketika spesimen penampang mulai signifikan kontrak. Tegangan tarik dirumuskan[6] :


=
0

Keterangan :
= Ultimate Tensile Strength (Newton/2 )
= Gaya maksimum (Newton)
0 = Luas penampang awal (2 )

3.2.3.3 Tegangan Saat Patah


Tegangan patah adalah besar tegangan yang terjadi pada saat material patah. Ini
terjadi setelah material mencapai kekuatan maksimum (Ultimate Strength). Pada
tegangan yang rendah, terjadi deformasi elastis dan berlaku hukum Hooke dimana
tegangan berbanding linier dengan regangan Rupture strength (tegangan saat patah) dapat
didifinisikan sebagai:


=
0
Keterangan :
= Rupture Strength (Newton/2 )

= Gaya saat patah (Newton)

0 = Luas penampang awal (2 )

5
3.2.3.4 Tegangan Sesungguhnya
Tegangan ditentukan oleh beban sesaat yang bekerja pada luas penampang sesaat.
Tegangan Sesungguhnya diperoleh dari kurva tegangan-regangan sesungguhnya
Tegangan yang sesungguhnya (s) adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas
penampang lintang benda uji Ao dimana beban itu bekerja. [6]


=

Keterangan :
= tegangan sesungguhnya

= Gaya (Newton)
= Luas Penampang (2 )

3.2.4 Regangan dan %EL


Regangan adalah Perbandingan antara pertambahan panjang terhadap panjang
mula-mula. Regangan dinotasikan dengan e dan tidak mempunyai satuan. Rumus dari
regangan yaitu[6] :
0
=
0
Keterangan: e = regangan
Li = panjang benda setelah mengalami pengujian (m, mm)
Lo = panjang benda saat keadaan awal (m, mm)

Sedangkan persentase elongasi (%EL) merupakan salah satu ukuran keuletan


suatu bahan. Jika makin besar % elongasi maka daerah regangannya semakin besar.
Rumusnya ialah :

6
0
%EL = 100%
0
Keterangan: %EL = persentase elongasi
Li = panjang benda setelah mengalami pengujian (m, mm)
Lo = panjang benda saat keadaan awal (m, mm)

3.2.4.1 Regangan Sesungguhnya


Regangan sebenarnya adalah berubahnya panjang spesimen ataupun berubahnya
luas penampang dari kondisi semula. Regangan sesungguhnya dapat dihitung
menggunakan data dari kurva tegangan-regangan sesungguhnya. Regangan
sesungguhnya digunakan dalam hal kekenyalan dan pembentukan logam. Dapat
dinyatakan dengan [6]:

= ln(1 + )
Keterangan :
= Regangan sesungguhnya
= Regangan teknik

3.2.5 Kurva Tegangan-Regangan


Kurva tegangan-regangan dapat kita peroleh dengan pengujian tarik dengan
mencatat perubahan panjang pada material. Dengan adanya kurva tegangan regangan kita
dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus elastisitas,
ketangguhan, dan lain-lain.
3.2.5.1 kurva Tegangan-Regangan Teknik
Tegangan dan regangan teknik lebih mengacu pada tegangan dan regangan rata-
rata. hal ini, disebabkan kerena pada saat terjadi penarikan diameter spesiment
diasumsikan tidak mengalami perubahan, sehingga bentuk kurvanya dapat dilihat pada
gambar 3.5. Fungsi kurva tegangan-regangan teknik yaitu, memberikan informasi bahwa
benda uji secara aktual mampu menahan turunnya beban karena luas area
awal Ao bernilai konstan pada saat penghitungan tegangan = P/A

7
Gambar 3.5 Kurva Tegangan Regangan Teknik[7]

3.2.5.2 kurva Tegangan-Regangan Sebenarnya


Pada kurva tegangan regangan sebenarnya, grafik akan tetap naik setelah
kekuatan tarik karena memperhitungkan perubahan luas penampang setiap saat, kurva
dapat dilihat pada gambar 3.6. fungsi kurva tegangan-regangan sesungguhnya yaitu,
memberikan informasi bahwa luas area aktual akan selalu turun hingga terjadinya
perpatahan dan benda uji mampu menahan peningkatan tegangan karena = P/A. Kurva
tegangan-regangan sesungguhnya juga digunakan untuk pembuatan suatu logam.

Gambar 3.6 Kurva Tegangan Regangan Sesungguhnya[7]

8
3.2.6 Possions Ratio
Poisson Ratio adalah konstanta elastisitas yang dimiliki oleh setiap material.
Sebuah material yang diberikan gaya satu arah, ditarik maupun ditekan, akan mengalami
perubahan bentuk. Selain perubahan bentuk kearah gaya yang diberikan, ada juga
perubahan bentuk ke arah yang tegak lurus dengan arah gaya.
d transfersal d y d z
v
d axial d x d x
Keterangan :
v = poisson ratio
daxial = regangan axial
dtransfersal = regangan transfersal

Gambar 3.7 Possions Ratio [8]

3.27 Kontraksi
Kontraksi adalah pengerutan atau pengecilan luas penampang pada batas
penampang. Sebuah material yang diberikan gaya satu arah, ditarik maupun ditekan, akan
mengalami perubahan bentuk. Selain perubahan bentuk kearah gaya yang diberikan, ada
juga perubahan bentuk ke arah yang tegak lurus dengan arah gaya. [8]

9
0
% = 100%

Keterangan: %AR= kontraksi


Ao = penampang mulamula (mm2)
Au = penampang sesudah patah (mm2)

3.2.7 Deformasi
Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran dari sebuah objek karena Sebuah
diterapkan gaya (energi deformasi dalam hal ini ditransfer melalui kerja) atau Perubahan
suhu. Deformasi dibedakan menjadi 2 yaitu:
3.2.7.1 Deformasi elastis
Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi pada suatu benda saat
gaya atau beban itu bekerja, dan perubahan bentuk akan hilang ketika gaya atau bebannya
ditiadakan. Artinya, bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan
ukuran semula. Daerah elastis dapat dilihat padagambar 3.8 berikut.

Gambar 3.8 kurva uji tarik [9]

3.2.7.2 Deformasi Plastis


Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang merupakan kelanjutan dari
deformasi elastis yang bersifat permanen meskipun beban dihilangkan. . Artinya, bila
beban ditiadakan, maka benda tidak akan kembali ke bentuk dan ukuran semula. Berikut
contoh deformasi plastis:

10
Gambar 3.9 Deformasi Plastis [10]

3.2.8 Modulus Elastisitas


Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan () dan regangan
elastis (e). .Kekakuan adalah besar gaya yang diperlukan untuk merubah bentuk benda
sebesar satu satuan tertentu. Makin besar nilai modulus elastisitas, maka makin kecil
regangan elastis yang dapat dihasilkan dari pemberian tegangan. Rumus dari modus
elasitisitas[11]:



e
Keterangan :
= Modulus Elastisitas (Pa)
= Tegangan (N)
= regangan

3.2.9 Patah
Patah atau fracture adalah keadaan akhir pada percobaan uji tarik dimana benda
terpotong menjadi 2 bagian.

11
3.2.9.1 Patah Ulet
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan
pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retak akan berhenti. Patah ulet ini
ditandai dengan penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar di
sekitar patahan, sehingga permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan
berwarna kelabu.

Gambar 3.10 Patah Ulet [12]

3.2.9.2 Patah Getas


Patahan yang terjadi pada material yang getas yaitu tanpa mengalami pengecilan
diameter (necking).

Gambar 3.11 Patah Getas [12]


Patah getas juga bisa terjadi pada material ulet, gejala ini disebut transisi ulet-getas
(Ductile to Brittle Tension). Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :
1. Tegangan 3 Sumbu
Karena keadaan tegangan menjadi rumit terhadap dua atau tiga sumbu disebabkan
oleh pangkal takikan, maka terjadi peningkatan yang mencolok dari tegangan mulur dan
patah getas mudah terjadi.
2. Laju Regangan
Peningkatan tegangan mulur yang sangat ditandai oleh peningkatan laju regangan
yang mengakibatkan patah getas.
3. Temperatur
Semakin rendah temperatur, semakin mudah terjadi patah getas[19]

12
3.2.10 Aplikasi Uji Tarik
Peningkatan Kekuatan Tarik Maksimum Material Baja Karbon Rendah
Menggunakan Proses Penambahan Karbon Padat

Pembuatan komponen mesin membutuhkan material baku yang memenuhi


persyaratan yang sesuai dengan fungsinya. Kekuatan menerima beban atau gaya akibat
kerja mesin, menjadi pertimbangan perencanaan dalam pemiihan material baku.
Begitu pula untuk pembuatan komponen mesin yang selalu bergesekan satu sama
lain membutuhkan permukaan lebih keras dibandingkan lainnya. Sifat ini
dimaksudkan agar selama mengalami gesekan permukaan tersebut akan lebih tahan aus
dibandingkan komponen yang tidak bergesekan. Material baja karbon dapat secara
langsung dikeraskan menggunakan proses pengerasan (hardening), bila memiliki
kandungan karbon (C) sekurang kurangnya 0,35 %. Pack carburizing adalah salah satu
metoda penambahan unsur karbon (C) ke dalam struktur baja karbon rendah
menggunakan karbon padat.
Proses ini menggunakan panas dengan temperatur austenisasi antara 850C
sampai 950C, media karbon akan teroksidasi menghasilkan gas CO2 dan CO.
Spesimen bersama campuran arang tempurung kelapa 90 % dengan barium karbonat
10 %, dimasukkan kedalam kotak baja dan ditutup rapat. Selanjutnya dilakukan
proses pemanasan dalam dapur listrik sampai mencapai temperatur 900 C.
Temperatur ini dicapai secara bertahap untuk memberi kesempatan perambatan panas
yang membutuhkan waktu. Mula mula panas pada dapur listrik diatur pada posisi
temperatur 200 C dan ditahan selama satu jam sebelum dilanjutkan pemanasan
menuju temperatur 500 C Penambahan unsur karbon (C) ke dalam baja karbon
rendah berakibat pada perubahan kekuatan tarik maksimum yang dimilki oleh
material. Perubahan nilai kekuatan tarik maksimum baja karbon rendah menunjukan
kenaikkan dari sebelum perlakuan. Hasil percobaan dalam penelitian ini menunjukkan
kenaikkan nilai rata-rata kekuatan tarik maksimum sebesar kurang lebih 38 %.[1]

13
3.3 METODOLOGI PENELITIAN
3.3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Ukur diameter batang uji (d0, l0) sebanyak 3x

Pasang specimen pada damping head

Tidak

Pastikan batang uji tercekam


upper dan lower damping

Ya

Gerakkan Hand leverpada posisi tarik

Gerakkan tuas (porsneling) pada posisi


lambat (pengujian)

Hidupkan mesin hidrolik dengan menekan push button


on
Amati dan baca besarnya gaya tarik pada skala (saat maks dan patah)
patah)patah)
Amati (L) benda uji akibat gaya tarik (maksimum dan patah)

Perhatikan jarum penunjuk dibagian belakang mesin

Ukur diameter danpanjangbendaujisetelahpatah (du, lu) sebanyak 3x

SELESAI

14
3.3.2 Langkah Pengujian
1. Ukur diameter batang uji (d0, L0).
2. Hidupkan mesin uji Tarik dengan menekan push button on.
3. Pasang spesimen pada upper damping head mesin uji Tarik.
4. Atur posisi spesimen menggunakan computer pengoperasi mesin uji Tarik sampai
mendekati lower damping head.
5. Batang uji harus tercekam dengan baik pada upper dan lower damping head.
6. Setting nol pada computer pengoperasi mesin uji Tarik.
7. Klik Start untuk memulai pengujian
8. Amati dan baca besarnya gaya Tarik pada layar monitor (saat maksimum dan
patah) dan perpanjangan (L) yang dialami benda uji akibat gaya Tarik
(maksimum dan patah)
9. Lepaskan spesimen dari alat uji Tarik.
10. Ukur diameter dan panjang uji setelah patah (du dan Lu).[2]

3.3.3 Alat dan Bahan Pengujian


Alat dan bahan yang digunakan pada saat pengujian uji tarik adalah sebagai
berikut :
1 Alat
a. Universal Testing Machine (GD 1100-100)

1 2

Gambar 3.12 Universal testing machine GD 1100-100[4].

15
Keterangan :
1. Penguat atau pengunci atas.
2. Pencekam atas specimen.
3. Pencekam specimen bawah.
4. Penguat atau pengunci bawah.
5. Mesin penggerak penyetinggan nol.

b. Vernier Caliper
Vernier caliper digunakan untuk mengukur diameter dan panjang batang
uji dalam praktikum struktur sifat material dengan ketelitian 0.05 mm.

Gambar 3.13 Vernier Caliper[4].

c. Spidol
Alat yang digunakan untuk menandai batang uji.

Gambar 3.14 Spidol[4].

16
d. Program Pro Test UTM GD 1100-100
15 1 2 3 4 5 6

10

11

12

Gambar 3.15 Program pro test UTM GD 1100-100 [4].


14 13

Gambar 3.15 menerangkan tentang bagian-bagian pengamatan yang dilakukan


pada pengujian tarik pada layar computer. Berikut adalah keterangan dari gambar
program pro test UTM GD 1100-100 pada pengujian tarik:
1. Force-elong : bagian ini untuk melihat hasil diagram force-elong pada
pengujian tarik yang telah dilakukan.
2. Force-Time : bagian ini untuk melihat hasil diagram force-time pada pengujian
tarik yang telah dilakukan.
3. Elong-Time : bagian ini untuk melihat hasil diagram elong-time pada pengujian
tarik yang telah dilakukan
4. Stress-Strain : bagian ini untuk melihat hasil diagram stress-strain pada
pengujian tarik yang telah dilakukan.

17
5. Multigraph : bagian ini berfungsi untuk menampilkan beberapa diagram secara
bersamaan.
6. Test result : bagian ini berfungsi untuk menampilkan data hasil pengujian dari
uji tarik pada layar computer.
7. Tombol ini berfungsi untuk menaikkan lower damping head pada alat pengujian
tarik.
8. Tombol ini berfungsi untuk menghentikan lower damping head pada alat
pengujian tarik.
9. Berfungsi untuk menurunkan lower damping head pada alat pengujian tarik.
10. Zero All : tombol ini berfungsi untuk menggerakkan mesin penggersk
setting nol pada alat pengujian ( gambar 3.12 ).
11. Speed bar : tombol ini berfungsi untuk mengatur kecepatan naik turunnya
lower damping head pada alat pengujian tarik.
12. Start : tombol ini berfungsi untuk memulai pengujian uji tarik.
13. Clear Record : bagian ini berfungsi untuk menghapus record data yang sudah
dibuat.
14. Open Record : bagian ini berfungsi untuk membuka data yang pernah dibuat.
15. User Setting
a. Specimen: Menentukan diameter awal dan gauge length
b. Project Select: Menetukan standar pengujian yang dilakukan

Gambar 3.16 User Setting [4]

18
2 Bahan
Bahan menggunakan standard American Society for Testing and Materials
(ASTM) E8-04. Test piece (batang uji) atau biasa disebut dengan dog bone yang
digunakan yaitu Baja ST 40 dan Baja ST 60.

Gambar 3.17 Drawing technic[11].


a. Baja ST 40
Specimen yang akan digunakan utuk melakukan uji tarik baja ST 40 sesuai
standar bentuk cylinder. Baja ST 40 tergolong baja karbon sedang.

Gambar 3.18 Baja ST 40 [4].


b. Baja ST 60
Specimen yang akan digunakan utuk melakukan uji tarik baja ST 60 sesuai
standar bentuk cylinder. Baja ST 60 tergolong baja karbon sedang.

Gambar 3.19 Baja ST 60[4].

19
3.4 PEMBAHASAN
3.4.1 Data dan Hasil Pengujian
3.4.1.1 Baja ST 40
No D0 L0 Du Lu Fmaks Fpatah
(mm) (mm) (mm) (mm) (KN) (KN)
1 10,20 67,00 6,95 74,5
2 10.25 65,20 6,75 74,85 42,623 25
3 10,20 66,70 6,85 75,65
10.20 66,30 6,85 75 D = 3,35 L = 8,7

a. Luas Penampang
1. Luas mula mula
A0 = ( / 4) (D0)2 = (3,14 / 4) (10,2) 2 = 81,67 mm2
2. Luas Akhir
Au = ( / 4) (Du)2= (3,14 / 4) (6,85)2 = 36,83 mm2
3. Persentase kontraksi
0
% = 100%

81,67 36,83
= 100%
81,67
= 54,90 %
b. Enginnering Stress
1. Yield Strength
diketahui = 37 kN
37 0,453
= = = = 453
0 81,67 2
2. Kekuatan tarik maksimal
42,623 0,522
= = = = 522
0 81,67 2

3. Tegangan patah
25
= = = 0,306 = 306
0 81,67 2

20
c. True Stress
True rupture stress
25
= = = 0,679 = 679
36,83 2
d. Regangan
1. Regangan
0 75 66,3
= = = 0,116
75

2. Persentase elongasi
0
%EL = 100% = 11,6%
0

e. True strain
= ln(1 + ) = ln(1 + 0,116) = 0,109

f. Ralat Pengukuran
1. Deviasi
Pengukuran diameter awal

(0
0 )2
=
( 1)

(10,2 10,2)2 + (10,25 10,2)2 + (10,2 10,2)2


=
3(3 1)

0 + 0,0025 + 0
= = 0,020
6

0,002
Keseksamaan = (1 ) 100% = (1 ) 100% = 99,98%
0 10,2

21
Pengukuran diameter akhir

(
)2
=
( 1)

(6,95 6,85)2 + (6,75 6,85)2 + (6,85 6,85)2


=
3(3 1)

0,01 + 0,01 + 0
= = 0,020
6
0,002
Keseksamaan = (1 ) 100% = (1 ) 100% = 99,98%
10,2

Pengukuran panjang awal

(0
0 )2
=
( 1)

(67 66,3)2 + (65,2 66,3)2 + (66,7 66,3)2


=
3(3 1)

0,49 + 1,21 + 0,16


= = 0,557
6

0,557
Keseksamaan = (1 ) 100% = (1 ) 100% = 99,16%
0 66,3

Pengukuran panjang akhir

(
)2
=
( 1)

(74,5 75)2 + (78,5 75)2 + (75,65 75)2


=
3(3 1)

0,25 + 12,25 + 0,4225


= = 1,468
6

1,468
Keseksamaan = (1 ) 100% = (1 ) 100% = 98,04%
75

22
Berdasarkan grafik stress-strain hasil pengujian yang ditunjukkan gambar 3.20,
didapat beberapa nilai mekanis dari hasil uji tarik dengan bahan menggunakan baja ST
40.
2
1

Gambar 3.20 Grafik Stress-Strain baja ST 40 [4]


Dari hasil grafik didapat bahwa ultimate tensile strength yang ditunjukkan oleh
nomor 1 sebesar 500 N/mm2. Sedangkan nilai rupture strength yang ditunjukkan oleh
nomor 2 sebesar 295 N/mm2. Jika membandingkan pengukuran result test dengan
perhitungan manual, maka terdapat perbedaan nilai ultimate tensile strength sebesar 22
N/mm2 dan rupture strength sebesar 11 N/mm2 yang disebabkan oleh ketidaktelitian
dalam penggunaan vernier caliper. Foto hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 3.21:

Gambar 3.21 Hasil uji tarik baja ST 40 [4]

23
Jika dianalisa, yang mengakibatkan patahan baja ST 40 tidak berada ditengah
yaitu karena proses permesinan pada saat pembuatannya dan juga dikarenakan adanya
surface roughness pada spesimen sehingga terjadinya stress concentration pada bagian
yang kasar. Pada gambar 3.20 juga dapat dilihat pada awal grafik tidak langsung naik
keatas tetapi malah cenderung linear, hal tersebut terjadi karena slip pada Universal
Tensile Machine. Faktor penyebab slip dimungkinkan karena pada saat pemasangan
benda uji pada lower damping tidak teralu kuat.

3.4.1.2 Baja ST 60
No D0 L0 Du Lu Fmaks Fpatah
(mm) (mm) (mm) (mm) (KN) (KN)
1 10,35 71,05 7,20 80
2 10,25 70,2 7,20 81,35 63,289 52
3 10,2 70,00 7,20 81,60
10,25 70,40 7,20 81 D = 3,05 L = 10,6

a. Luas Penampang
1. Luas mula mula
A0 = ( / 4) (D0)2 = (3,14 / 4) (10,25) 2 = 82,47 mm2
2. Luas Akhir
Au = ( / 4) (Du)2= (3,14 / 4) (7,20)2 = 40,69 mm2
3. Persentase kontraksi
0
% = 100%

82,47 40,69
= 100%
82,47
= 50,66%
b. Enginnering Stress
1. Yield Strength
diketahui = 36 kN
36 0,437
= = = = 437
0 82,47 2

24
2. Kekuatan tarik maksimal
63,289 0,767
= = = = 767
0 82,47 2
3. Tegangan patah
52
= = = 0,631 = 631
0 82,47 2

c. True Stress
True rupture stress
52
= = = 1,278 = 1278
40,69 2
d. Regangan
1. Regangan
0 80 71,05
= = = 0,112
80

2. Persentase elongasi
0
%EL = 100% = 11,2%
0

e. True strain
= ln(1 + ) = ln(1 + 0,112) = 0,106

f. Ralat Pengukuran
1. Deviasi
Pengukuran diameter awal

(0
0 )2
=
( 1)

(10,35 10,25)2 + (10,25 10,25)2 + (10,2 10,25)2


=
3(3 1)

0,01 + 0 + 0,0025
= = 0,046
6

0,046
Keseksamaan = (1 ) 100% = (1 ) 100% = 99,55%
0 10,25

25
Pengukuran diameter akhir

(
)2
=
( 1)

(7,2 7,2)2 + (7,2 7,2)2 + (7,2 7,2)2


=
3(3 1)

0+0+0
= =0
6
0
Keseksamaan = (1 ) 100% = (1 ) 100% = 100%
7,2

Pengukuran panjang awal

(0
0 )2
=
( 1)

(71,05 70,4)2 + (70,2 70,4)2 + (70 70,4)2


=
3(3 1)

0,42 + 2,56 + 0,16


= = 0,723
6

0,723
Keseksamaan = (1 ) 100% = (1 ) 100% = 98,97%
0 70,4

Pengukuran panjang akhir

(
)2
=
( 1)

(80 81)2 + (81,35 81)2 + (81,60 81)2


=
3(3 1)

1 + 0,1225 + 0,36
= = 0,497
6

0,497
Keseksamaan = (1 ) 100% = (1 ) 100% = 99,37%
81

26
Berdasarkan grafik stress-strain hasil pengujian yang ditunjukkan gambar
3.22, didapat beberapa nilai mekanis dari hasil uji tarik dengan bahan menggunakan
baja ST 60

1 2

Gambar 3.22 Grafik Stress-Strain baja ST 60 [4]


Dari hasil grafik didapat bahwa ultimate tensile strength yang ditunjukkan oleh
nomor 1 sebesar 760 N/mm2. Sedangkan nilai rupture strength yang ditunjukkan oleh
nomor 2 sebesar 610 N/mm2. Jika membandingkan pengukuran result test dengan
perhitungan manual, maka terdapat perbedaan nilai ultimate tensile strength sebesar 7
N/mm2 dan rupture strength sebesar 21 N/mm2 yang disebabkan oleh ketidaktelitian
dalam penggunaan vernier caliper. Foto hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 3.23:

27
.
Gambar 3.23 Hasil uji tarik baja ST 60 [4]
Jika dianalisa, yang mengakibatkan patahan baja ST 60 tidak berada ditengah
yaitu karena proses permesinan pada saat pembuatannya dan juga dikarenakan adanya
surface roughness pada spesimen sehingga terjadinya stress concentration pada bagian
yang kasar. Pada gambar 3.20 juga dapat dilihat pada awal grafik tidak langsung naik
keatas tetapi malah cenderung linear, hal tersebut terjadi karena slip pada Universal
Tensile Machine. Faktor penyebab slip dimungkinkan karena pada saat pemasangan
benda uji pada lower damping tidak teralu kuat.

3.5 PENUTUP
3.5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, maka didapatkan
beberapa kesimpulan, antara lain :
1 Proses uji tarik merupakan salah satu proses untuk menentukan sifat mekanik
suatu material yaitu contohnya menentukan kekuatan suatu material dalam hal ini
menentukan tegangan regangan material.
2 Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda dan
komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan kurva
hasil uji tariknya juga berbeda.
3 Kekuatan tarik, tegangan maksimal baja ST 60 lebih besar dari pada baja ST 40,
hal ini dikarenakan kadar karbon baja ST 60 lebih besar dari pada baja ST 40. dan baja

28
ST 60 memiliki struktur materialnya lebih keras disbanding ST 40, sehingga ST 60 lebih
ulet.
4 Dari pengujian ini diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Pengujian
Keterangan Nilai Baja ST Nilai Baja ST
Jenis Jenis Data 40 60
Luas mula-mula 81,67 mm 82,47 mm
Luas Penampang Luas akhir 36,83 mm 40,69 mm
Presentase kontraksi 54,90% 50,66%
Yield Strength 453 MPa 437 MPa
Engineering Stress Kekuatan tarik maks 522 MPa 767 MPa
Tegangan patah 306 MPa 631 MPa
True Stress True Rupture Strength 679 MPa 1278 MPa
Regangan 0,116 0,112
Regangan
Persen Elongasi 11,6% 11,2%
True Strain 0,109 0,106
5 Yang menyebabkan patahan pada spesimen tidak ditengah adalah karena saat
pemasangan spesimen pada mesin uji tarik, pencengkraman bagian bawah lebih kuat
dari bagian atas. Dan faktor lainnya adalah karena adanya surface roughness pada
specimen sehingga terjadinya stress concentration pada bagian yang kasar.
3.5.1 Saran
Saran untuk percobaan uji Tarik yang telah dilakukan adalah :
1. Penguncian spesimen agar lebih kuat sehingga grafik bisa lebih akurat.
2. Pembacaan dengan menggunakan Vernier caliper lebih teliti lagi untuk
mengurangi error atau kesalahan pembacaan.
3. Sebelum praktikum, praktikan diharapkan memahami jobsheet supaya dalam
pengujian tarik tidak terjadi kesalahan.
4. Untuk Laboratorium Metalurgi Fisik dapat diperbesar agar praktikan lebih
nyaman dalam melakukan praktikum.
5. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, diusahakan memakai alat yang
dianggap standar

29
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kurnia H, Syarief A, Maulana Y. Peningkatan Kekuatan Tarik Maksimum
Material Baja Karbon Rendah Menggunakan Proses Penambahan Karbon Padat
(Perhitungan Manual Minitab.13). Strukrur Beton. Volume 12 (2012) halaman
3
[2] Jobsheet Praktikum Struktur dan Sifat Material Laboratorium Metalurgi Fisik
2016
[3] Angus J Macdonald. Struktur dan Arsitektur Ed 2. Jakarta: Erlangga ; 2002.
[4] Laboratorium Metalurgi Fisik Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
[5] pengujian sifat-mekanik bahan logam kurva tegangan regangan sejati sebenarnya
[Internet]. 2016 [Disitasi 9 November 2016] https://ardra.biz/sain-teknolog
[6] Research Gate.ASTM E-8.[Internet].2016. (disitasi pada tanggal 8 November
2016).https://www.researchgate.net/post/How_can_I_prepare_tensile_test_samp
le_according_to_ASTM_E8
[7] Syawaldi. Analisa Kekuatan Tarik. Jurnal Sistem Teknik Industri. Volume 17
(2006) Halaman 1-6.
[8] William D. Callister, Jr. Materials Science and Engineering Ed 8. New York: John
Wiley and Sons ; 2011.
[9] POISSON_RATIO [Internet]. 2015 [Disitasi 8 November 2016].
https://www.academia.edu/9367483/POISSON_RATIO.html
[10] William D. Callister, Jr. Materials Science and Engineering Ed 8. New York: John
Wiley and Sons ; 2011.
[11] Angus J Macdonald. Struktur dan Arsitektur Ed 2. Jakarta: Erlangga ; 2002.

30

Anda mungkin juga menyukai