Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA

(PMRI) INDONESIA
PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil
maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut
dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah merupakan
lembaga formal penyelenggara pendidikan. Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu lembaga
formal dasar yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional mengemban misi dasar
dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar yang merupakan pelaksanaan
dari kurikulum sekolah. Melalui kegiatan pengajaran, siswa-siswi SD yang berada pada tahap
operasi konkrit sudah semestinya dibekali dengan ilmu pengetahuan dasar dan keterampilan
dasar yang dalam hal ini adalah mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum SD/MI untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Pengajaran di kelas tidak terlepas dari aktivitas belajar siswa. Melalui aktivitas belajar tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar sehingga proses pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pelaksanaannyapun harus dilaksanakan dengan
pendekatan belajar yang relevan dengan paradigma pendidikan sekarang.
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia
yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan
pengembangan pengetahuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif
dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari
orang lain dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000). Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai
dengan paradigma pendidikan sekarang. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam
paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar (Marpaung,
2004).
PMRI selama ini merupakan sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang relatif baru dan
belum semua kalangan dalam dunia pendidikan mengenalnya. Selama beberapa tahun
belakangan sampai sekarang. PMRI telah diuji coba terbatas di kelas I, II dan III. Kemudian
mulai tahun pelajaran 2002/2003 baru dilakukan uji coba penuh di beberapa Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Indonesia dengan hasil yang sangat menggembirakan. Saat ini
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik untuk kelas lainnya masih diujicobakan.
SD Islam Sabilal Muhtadin merupakan salah satu sekolah di Indonesia yang telah melaksanakan
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik di kelas I dan II sejak tahun pelajaran
2003/2004. Seperti halnya di beberapa sekolah di Indonesia, pembelajaran matematika dengan
pendekatan realistik untuk kelas IV masih diujicobakan.
Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika adalah
alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep/
sifat/ teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang
dimiliki ke pikiran anak dan anak menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa
menjawab soal dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas jawaban
mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan
mengapa rumus itu digunakan. Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses
pembelajaran tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide dan
alasan jawaban mereka sehingga kurang terbiasa untuk mengungkapkan ide-ide atau alasan
dari jawabannya.
Perubahan cara berpikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah bahwa hasil belajar siswa
meruapakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara
langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Tanggung jawab langsung
guru sebenarnya pada penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan siswa memperoleh
pengalaman belajar yang baik (Marpaung, 2004). Pengalaman belajar akan terbentuk apabila
siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktivitas belajarnya.
PMRI juga menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan
mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan
masalah-masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik.
Kata realistik disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau
menggambarkan situasi dalam dunia nyata (Zulkarnain, 2002).

PEMBAHASAN

Matematika Realistik (MR) adalah matematika yang disajikan sebagai suatu proses kegiatan
manusia, bukan sebagai produk jadi. Bahan pelajaran yang disajikan melalui bahan cerita yang
sesuai dengan lingkungan siswa (kontekstual) (Zigma Edisi, 14, 12 Oktober 2007)

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Realistic Mathematics Education (PMR)


merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori PMR pertama
kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal.
Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat
dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar, 2000). Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh
prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan
konsep matematisasi (http/darsusianto-blogspot. Com 2007/08/matematika realistik/html).
Adapun konsep pendidikan matematika realistik tentang siswa antara lain sebagai berikut:Siswa
memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar
selanjutnya;Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk
dirinya sendiri;Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi
penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan;
Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat
ragam pengalaman; Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu
memahami dan mengerjakan matematik (Zigma Edisi 10, 27 Juni 2007)

Pengajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik meliputi aspek-


aspek berikut : Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa
sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam
pelajaran secara bermakna; Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut Siswa mengembangkan atau menciptakan
model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan (De Lange,
1995)

Berdasarkan uraian aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan matematika


realistik berlangsung secara interaktif, siswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru,
dan memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikannya, memahami
jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan
ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi terhadap
setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

Prinsip-prinsip Dasar Matematika Realistik

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) mempuinyai tiga prinsip kunci, yaitu :

Guided Reinvention (menemukan kembali)/progressive Mathematizing (matematesasi


progresif), yakni peserta didik diberikan kesempatan untuk mengalami proses yang sama
sebagaimana konsep-konsep matematika ditemukan. Pembelajaran dimulai dengan suatu
masalah kontekstual atau realistik yang selanjutnya melalui aktifitas siswa dikharapkan
menemukan kembali sifat, defenisi, teorema atau prosedur-prosedur.
Didaktical Phenomenology (fenomena didaktik). Situasi-situasi yang diberikan dalam
suatu topik matematika atas dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi dalam
pengajaran dan sebagai titik tolak dalam proses matematika.
Self-developed Models (pengembangan model sendiri); kegiatan ini berperan sebagai
jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Model dibuat siswa sendiri
dalam memecahkan masalah. Model pada awalnya adalah suatu model dari situasi yang
dikenal (akrab) dengan siswa. Dengan suatu proses generalisasi dan formalisasi, model
tersebut akhinrya menjadi suatu model sesuai penalaran matematika (Anonim, tt)
Karakteristik Matematika Realistik

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) memiliki 5 karakteristik, yaitu :

Menggunakan konteks, Konteks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkuingan
keseharian yang nyata (yang dikenal) siswa.
Menggunakan model, Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik
yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Artinya siswa membuat model
sendiri dalam menyelesaikan masalah. Generalisasi dan formalisasi model tersebut akan
berubah menjadi model-of masalah tersebut. Melalui penalaran matematik model-of akan
bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis (http/darsusianto-blogspot. Com
2007/08/matematika realistik/html).
Menggunakan kontribusi murid, Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar
diharapkan dan konstruksi peserta didik sendiri yang mengarahkan mereka dari metode
informai mereka ke arah yang lebih formal atau baku.
Menggunakan Interaktif, Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang
mendasar dalam PMR. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa penjelasan,
pembenaran, setuju, tidak, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal
dari bentuk-bentuk informal siswa.
Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya, Topik-topik yang peneliti berikan
dikaitkan dan diintegrasikan sehingga memunculkan pemahaman suatu konsep atau operasi
secara terpadu, agar hal tersebut dapat memberikan kemungkinan efisien dalam mengajarkan
beberapa topik pelajaran.
Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Matematika Realistik
1. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai
berikut :
2. Memotivasi siswa (memfokuskan perhatian siswa)
3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
4. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam
pelajaran secara bermakna
5. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pelajaran tersebut;
6. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal
terhadap persoalan/masalah yang diajukan
7. Pengajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju
terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian
yang lain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap
hasil pelajaran.
KESIMPULAN
Pendekatan matematika realistik berlangsung secara interaktif, siswa mengajukan
beberapa pertanyaan kepada guru, dan memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban
yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban
temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan
melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://pbmmatmarsigit.blogspot.com/2008/12/pendekatan-matematika-realistik-pada.html
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/03/pendekatan-matematika-realistik.html
http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/12/pendekatan-matematika-realistik-pmr.html

https://yudhaanggara147.wordpress.com/artikel/pendidikan-matematika-
realistik-indonesia-pmri/

Anda mungkin juga menyukai